Tujuan Pendidikan dalam Perspektif Hadis
a.
Tujuan
pendidikan untk menjadi orang yang berilmu (‘alim)
Rasulullah SAW
bersabda:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُنْ عَالِمًا
أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا
فَتَهْلِكَ (رواه بيهقى)
“Nabi SAW bersabda ;
1.
Jadilah engkau
orang berilmu, atau
2.
Orang yang
menuntut ilmu, atau
3.
Orang yang mau
mendengarkan ilmu, atau
4.
Orang yang
menyukai ilmu. dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan
celaka” (HR. Baihaqi).
Hadis di atas menjelaskan kepada kita bahwa Rasullah SAW
memerintahkan umatnya untuk menjadi orang ‘alim (orang berilmu), kalau
belum bisa maka hendaknya menjadi orang yang mau mendengarkan ilmu dengan kata
lain mau menjadi penuntut ilmu, atau orang yang mencintai ilmu dengan seperti
bersedekah untuk para penuntut ilmu, menyediakan tempat untuk para penuntut
ilmu dan lain-lain, dan larangan untuk menjadi yang kelima yakni orang pembenci
atau pengrusak. Artinya, salah satu
tujuan pendidikan adalah menjadi orang yang berpengetahuan. Belajar untuk
menghilangkan kebodohan dan kemanfaatan ilmu pengetahuan. Bermanfaat untuk diri
sendiri dan orang lain. Tujuan belajar tidak untuk kejahatan atau merugikan
orang lain, belajar juga bukan untuk mencari popularitas atau kehormatan dari para penguasa.
b.
Tujuan
Pendidikan untuk mengembangkan Potensi anak
Secara etimologi potensi adalah daya, suci, kekuatan, kemampuan,
kesanggupan, dan kekuasaan. Sementara secara terminology potensi diartikan
sebagai kemampuan dasar yang memiliki kemungkinan untuk dikembangkan.[2] Ramayulis[3]
memaknai fitrah dengan potensi dasar. Sementara itu muhaimin dkk dalam Halid Hanafi,
dkk[4] memaknai
fitrah dengan ciptaan, sifat pembawaan manusia (yang ada sejak lahir) hal ini
sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ، أَخْبَرَنَا
عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنْ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي
أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ: " مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ
عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ
جَدْعَاءَ، ثُمَّ يَقُولُ: فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاف
لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِق ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
Artinya : Abdan Menceritkan kepada kami (dengan berkata)
Abdullah memberitahukan kepada kami (yang berasal) dari al-Zukhri (yang
menyatakan) Abu salamah bin Abd al-Rahman memberitahukan kepadaku bahwa Abu
Hurairah, ra. Berkata : Rasulullah SAW bersabda “setiap anak lahir (dalam
keadaan) Fitrah, kedua orang tuanya (memiliki andil dalam) menjadikan anak
beragama Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusi. sebagimana binatan
ternak memperanakkan seekor binatang (yang sempurnah Anggota tubuhnya). Apakah
anda melihat anak binatang itu ada yang cacak (putus telinganya atau anggota
tubuhnya yang lain)kemudian beliau membaca, (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptkan menurut manusia fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (itulah) agama yang lurus.
Dapat disimpulkan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci yakni
beriman kepada Allah SWT, serta memiliki kemapuan dasar seperti berfikir,
bertindak, bertumbuh, berkembang serta memiliki sifat pembawaan yang dibawa
sejak lahir. Agar pertumbuhan jasmani dan ruhani sesuai dengan tujuan penciptaannya
maka keluarga memiliki peranan yang besar untuk menciptakan lingkungan yang
mendukung, baik lingkungan dalam keluarga, masyarakat, dan sekolah.
c.
Memperoleh
kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.
Selain untuk mengembangkan potensi peserta didik, pendidikan diharapkan
mampu memberikan kehidupan yang yang lebih baik, baik itu kehidupan di dunia
dan akhirat maupun kehidupan di akhirat. Hal ini sebagaimana Doa yang sering
dipanjatkan Rasulullah SAW sebagai berikut:
حدثني زهير بن
حرب حدثنا اسماعيل يعني ابن علية عن عبد العزيز وهو ابن صهيب قال سأل قتادة أناسا "أي
دعوة كان يدعو بها النبي صلى الله عليه وسلم أكثر؟" قال "كان أكثر دعوة يدعو بها يقول "اللهم
اتنا في الدنيا حسنة وفي الاخرة حسنة وقنا عذاب النار )رواه مسلم([5]
Artinya:
Menceritakan
kepada kami Zuhair ibn Harb, menceritakan kepada kami Isma’il- yakni ibn ‘Ulaiyyat- dari ‘Abdul
‘Azis- dan dia adalah ibn Suhaibia berkata, “Qatadat bertanya kepada Anas,
“Do’a apakah yang paling sering digunakan Rasulullahsaw ?” Anas menjawab,
“Kebanyakan do’a Nabi saw., adalah, Allahumma atina fi al-dunya hasanat, wa fi
al-akhirati hasanat, waqina ‘adzab al-nar. (Ya Allah, berilah kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka).” – (HR.Muslim).
Dao adalah harapan, keinginan dan cita-cita. Sebagai orang muslim
hendaknya meminta kebahagiaan kehidupan di dunia dan kebahagiaan kehidupan di
akhirat. Bagi orang muslim dunia adalah kehidupan sementara, sementara akhirat
adalah kehidupan yang kekal. Alangkah meruginya manusia apabila tujuan
pendidikan hanya ditujukan untuk mendapatkan kesuksesan dunia semata. Untuk itu
tujuuan pendidiikan harus selaras dengan tujuan penciptaan manusia yakni
sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah di muka bumi.
[1] Djunaedi
Sajidiman, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Cianjur: Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah,
2012) Hal.6
[2] Tim Penyusun
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta BP
Balai Pustaka, 1990), h.697.
[3] Ramayalusi, Ilmu
Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hal. 15
[4] Halid
Hanafi, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Sleman: Deepublish, 2018), hal.68.
[5] Abi Al-Husaini
Muslim ibn Hajjaj, Shahih Muslim, (Berut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 261
H), h. 1037.
Posting Komentar untuk "Tujuan Pendidikan dalam Perspektif Hadis "