Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tujuan Pendidikan dalam Perspektif Hadis

Pengertian Tujuan   
Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha dilakukan atau setelah kegiatan selesai dilakukan. Paulo Freire dalam Djunaedi Sajidiman menyebutkan bahwa Tujuan pendidikan adalah melahirkan peserta didik yang mampu membaca masalah dan mengatasi masalah yang ada dilingkungannya, serta mampu berdialog tidak hanya dengan sesama, tetapi juga dengan dunia beserta segenap isinya.[1] Lebih khusus berikut ini hadis-hadis yang menjelaskan tentang tujuan pendidikan seorang muslim:

a.    Tujuan pendidikan untk menjadi orang yang berilmu (‘alim)

Rasulullah SAW bersabda:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ (رواه بيهقى)

“Nabi SAW bersabda ;

1.         Jadilah engkau orang berilmu, atau

2.         Orang yang menuntut ilmu, atau

3.         Orang yang mau mendengarkan ilmu, atau

4.         Orang yang menyukai ilmu. dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka” (HR. Baihaqi).

 

Hadis di atas menjelaskan kepada kita bahwa Rasullah SAW memerintahkan umatnya untuk menjadi orang ‘alim (orang berilmu), kalau belum bisa maka hendaknya menjadi orang yang mau mendengarkan ilmu dengan kata lain mau menjadi penuntut ilmu, atau orang yang mencintai ilmu dengan seperti bersedekah untuk para penuntut ilmu, menyediakan tempat untuk para penuntut ilmu dan lain-lain, dan larangan untuk menjadi yang kelima yakni orang pembenci atau pengrusak.  Artinya, salah satu tujuan pendidikan adalah menjadi orang yang berpengetahuan. Belajar untuk menghilangkan kebodohan dan kemanfaatan ilmu pengetahuan. Bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Tujuan belajar tidak untuk kejahatan atau merugikan orang lain, belajar juga bukan untuk mencari popularitas atau kehormatan dari para penguasa.

b.    Tujuan Pendidikan untuk mengembangkan Potensi anak

Secara etimologi potensi adalah daya, suci, kekuatan, kemampuan, kesanggupan, dan kekuasaan. Sementara secara terminology potensi diartikan sebagai kemampuan dasar yang memiliki kemungkinan untuk dikembangkan.[2] Ramayulis[3] memaknai fitrah dengan potensi dasar. Sementara itu muhaimin dkk dalam Halid Hanafi, dkk[4] memaknai fitrah dengan ciptaan, sifat pembawaan manusia (yang ada sejak lahir) hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

 حَدَّثَنَا عَبْدَانُ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنْ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ: " مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ، ثُمَّ يَقُولُ: فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاف لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِق ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ

Artinya : Abdan Menceritkan kepada kami (dengan berkata) Abdullah memberitahukan kepada kami (yang berasal) dari al-Zukhri (yang menyatakan) Abu salamah bin Abd al-Rahman memberitahukan kepadaku bahwa Abu Hurairah, ra. Berkata : Rasulullah SAW bersabda “setiap anak lahir (dalam keadaan) Fitrah, kedua orang tuanya (memiliki andil dalam) menjadikan anak beragama Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusi. sebagimana binatan ternak memperanakkan seekor binatang (yang sempurnah Anggota tubuhnya). Apakah anda melihat anak binatang itu ada yang cacak (putus telinganya atau anggota tubuhnya yang lain)kemudian beliau membaca, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptkan menurut manusia fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus.

Dapat disimpulkan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci yakni beriman kepada Allah SWT, serta memiliki kemapuan dasar seperti berfikir, bertindak, bertumbuh, berkembang serta memiliki sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir. Agar pertumbuhan jasmani dan ruhani sesuai dengan tujuan penciptaannya maka keluarga memiliki peranan yang besar untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, baik lingkungan dalam keluarga, masyarakat, dan sekolah.  

c.    Memperoleh kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.

Selain untuk mengembangkan potensi peserta didik, pendidikan diharapkan mampu memberikan kehidupan yang yang lebih baik, baik itu kehidupan di dunia dan akhirat maupun kehidupan di akhirat. Hal ini sebagaimana Doa yang sering dipanjatkan Rasulullah SAW sebagai berikut:

حدثني زهير بن حرب حدثنا اسماعيل يعني ابن علية عن عبد العزيز وهو ابن صهيب قال سأل قتادة أناسا "أي دعوة كان يدعو بها النبي صلى الله عليه وسلم أكثر؟"  قال "كان أكثر دعوة يدعو بها يقول "اللهم اتنا في الدنيا حسنة وفي الاخرة حسنة وقنا عذاب النار )رواه مسلم([5]

Artinya:

Menceritakan kepada kami Zuhair ibn Harb, menceritakan kepada  kami Isma’il- yakni ibn ‘Ulaiyyat- dari ‘Abdul ‘Azis- dan dia adalah ibn Suhaibia berkata, “Qatadat bertanya kepada Anas, “Do’a apakah yang paling sering digunakan Rasulullahsaw ?” Anas menjawab, “Kebanyakan do’a Nabi saw., adalah, Allahumma atina fi al-dunya hasanat, wa fi al-akhirati hasanat, waqina ‘adzab al-nar. (Ya Allah, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka).” – (HR.Muslim).

Dao adalah harapan, keinginan dan cita-cita. Sebagai orang muslim hendaknya meminta kebahagiaan kehidupan di dunia dan kebahagiaan kehidupan di akhirat. Bagi orang muslim dunia adalah kehidupan sementara, sementara akhirat adalah kehidupan yang kekal. Alangkah meruginya manusia apabila tujuan pendidikan hanya ditujukan untuk mendapatkan kesuksesan dunia semata. Untuk itu tujuuan pendidiikan harus selaras dengan tujuan penciptaan manusia yakni sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah di muka bumi.  



[1] Djunaedi Sajidiman, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Cianjur: Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah, 2012) Hal.6

[2] Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta BP Balai Pustaka, 1990), h.697.

[3] Ramayalusi, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hal. 15

[4] Halid Hanafi, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Sleman: Deepublish, 2018), hal.68.

[5] Abi Al-Husaini Muslim ibn Hajjaj, Shahih Muslim, (Berut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 261 H), h. 1037.

Posting Komentar untuk "Tujuan Pendidikan dalam Perspektif Hadis "