Interaksi Pendidikan dalam Perspektif Hadis
Interaksi Pendidikan
1.
Guru harus bersikap kasih dan sayang kepada peserta didik
وحدثنى عمرى النقِد وابن ابي عمر. جميها عن سفيان. قال عمرو، حدثنا
سفيان بن عيينة عن الزهي، عن أبي سلامة، عن أبى هريرة "أن الأقرع بن حابس
أبصر النبي صلى الله عليه وسلم يقبل الحسن. فقال "إن لي عشْرة من الولد ما
قبلت واحدا منهم. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم، إنه من لم يرحم لايرحم"
رواه أبوداود)
Artinya: Artinya:
Menceritakan kepadaku ‘Amar Al-Naqid Dan Ibn Abi ‘Umar. Sekalian dari Sufyan.
Berkata ‘Amr, “Menceritakan kepada kami Sufyan ibn ‘Uyainat, dari Zuhri, dari
Abi Salamat, dari Abu Hurairah, bahwa Aqra’ bin Habis pernah melihat Nabi SAW
sedang mencium Hasan. Dia (Aqra’ bin Habis) lalu berkata, “Sesungguhnya aku
mempunyai sepuluh orang anak tetapi aku tidak pernah mencium seorang pun dari
mereka, kemudian Rasulullah bersabda, ”Sesungguhnya barang siapa yang tidak
mengasihi, tidak akan dikasihi.” (HR. Abu Daud)[1]
Hadis di atas menujukkan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan kepada
umat Islam agar senantiasa berkasih sayang terhadap anak kecil. Mengajarkan kepada
anak didik agar memiliki rasa kasih sayang. Sebagaimana Rasulullah dalam
menyayangi anak, ditunjukkan dengan mencium cucunya ‘Hasan’. Hadis ini juga
memberikan pelajaran untuk selalu bersikap kasih sayang terhadap sesama
sekaligus ancaman bagi siapapun yang tidak melakukannya.
Dari hadis di atas pula, dapat difahami bahwa umat Islam dituntut
untuk memiliki sifat kasih dan sayang terhadap sesama. Lebih-lebih terhadap
anak kecil atau kepada peserta didik. Seorang guru dalam mengajar hendaknya
dilandasi sikap kasih dan sayang kepada peserta didik. Menyampaikan materi
dengan suara lantang dan jelas dengan tujuan agar peserta didik mudah memahami,
tidak memberikan tugas yang memberatkan peserta didik dan tidak melakukan
kekerasan fisik maupun psikis. Sebaliknya guru bias mengganti dengan sikap
kasih dan sayang missal dengan mengucapkan terima kasih kepada peserta didik
yang sudah menyimak materi pelajaran dengan baik, memberikan hadiah bagi
peserta didik yang berprestasi, dan menasihati secara pribadi bagi siswa yang
kedapatan melanggar aturan sekolah.
2.
Mendokan Peserta Didik dengan Doa yang baik
عن ابن عباس
قال: ضمني رسول الله صلى الله عليه وسلم وقال: «اللهم علمه الكتاب»
Dari
Ibnu Abbas r.a menceritakan bahwa rasululah saw. memelukku sambil berdo’a, “Ya
Allah ajarilah dia Al-kitab.” (H.R.
Bukhari : 75 dan 7270)
وَمَسَحَ بِرَأْسِي فَقَالَ: اللَّهُمَّ عَلِّمْهُ
الحِكْمَةَ
Dan
beliau mengusap kepalaku kemudian berkata: Ya Allah Ajarkanlah dia Al-Hikmah.
Ibnu Abbad atau Abdullah bi Abbas adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang memiliki pengetahuan luas tentang hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Ibnu Abbas lahir saat Nabi sudah 10 tahun menjalankan dakwah dan sedang diblokasi ekonomi oleh Quraisy. Sebagai sahabat Ibnu abbas menunjukkan akhlak dan adabnya terhadap Rasulullah sebagai guru dengan cara berkhidmat, memberikan pelayanan kepada Rasulullah dengan membawakan air wudu, yang kemudian rasulullah memeluk dan mengusap kepalanya seraya mendo’akan Ibnu Abbas agar menjadi seorang yang ahli terhadap Al-Qur’an sebagai bentuk ungkapan rasa kasih sayang dan rasa bangga. Berdasarkan hadis ini dapat diketahui bahwa sebagai pendidik guru berharap keberkahan akan ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepada peserta didiknya dengan cara mendokan peserta didiknya sebagaimana Rasulullah mendo’akan ibnu Abbas untuk menjadi seorang yang ahli Al-qur’an. Berkat doa dari Rasulullah Ibnu Abbas menjadiseorang habrul Ummah, Turjumanul Qur’an.
3.
Berbicara dengan lembut dan Wajah Tersenyum
Seorang guru ketika menyampaikan ilmu dan melakukan interaksi
edukatif kepada murid-muridnya hendaklah dengan raut wajah yang tulus dan
senyum. Rasulullah Saw menjadi contoh sempurna tentang hal ini. Perihal senyum
Rasulullah, Abu Darda` berkata:
حدثنا عبد الله
حدثني ابي ثنا زكريا بن عدي انا بقية عن حبيب بن عمر الانصاري عن شيخ يكني ابا عبد
الصمد قال سمعت ام الدرداء نقول: كان ابو الدرداء اذا حدث حديثا تبسم فقلت لا يقول
الناس انك اي امحق فقال: <ما رايت او ما سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم
يحدث حديثا الا تبسم>
Artinya:
Tidak
pernah saya melihat atau mendengar Rasulullah Saw mengatakan suatu perkataan
kecuali sambil tersenyum.[2]
4.
Lemah lembut
Nabis
SAW juga mengingatkan agar pendidik menunjukkan sikap lemah lembut kepada
murid. Bukhari meriwayatkan:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلاَمٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ
عَنْ أَيُّوبَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِى مُلَيْكَةَ عَنْ عَائِشَةَ - رضى
الله عنها أَنَّ يَهُودَ أَتَوُا النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالُوا
السَّامُ عَلَيْكُمْ . فَقَالَتْ عَائِشَةُ عَلَيْكُمْ ، وَلَعَنَكُمُ اللَّهُ ،
وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ . قَالَ « مَهْلاً يَا عَائِشَةُ ، عَلَيْكِ
بِالرِّفْقِ ، وَإِيَّاكِ وَالْعُنْفَ وَالْفُحْشَ »
Artinya:
…hendaknya kamu bersikap lemah lembut, kasih sayang, dan hindarilah sikap
keras serta keji.[3]
Demikian di antara hadis-hadis yang berkaitan dengan interaksi antara guru dan peserta didik. Semoga bermanfaat.
[1] Samsul
Nizar dan Zainal Effendi H., Hadis Tarbawi: Membangun Kerangka Pendidikan Ideal
Perspektif Rasulullah, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), Hlm. 45-46.
[2] Ahmad bin Hanbal
asy-Syaibani, Musnad Ahmad
bin Hanbal, Juz 6 (Kairo: Muassasah Qurtubah, tth), h. 198.
[3] Al-Bukhari, Shahih
Bukhari, juz 20, h. 152.
Posting Komentar untuk "Interaksi Pendidikan dalam Perspektif Hadis "