Peran Penting Pelatihan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja
Abstrak:
Pelatihan dan
Pengembangan SDM merupakan upaya untuk meningkatkan kompetensi pegawai agar
tercipta kesesuaian antara tujuan organisasi dengan kompetensi pegawai, sehingga
memungkinkan bagi pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Semakin baik
kompetensi pegawai maka semakin baik pula produktivitas kerja pegawai. Agar
tujuan pelatihan dan pengembangan dapat tercapai dengan optimal, diperlukan manajemen yang baik. Dengan
manajemen yang baik, pelatihan dan pengembangan pegawai diharapkan mampu
meningkatkan produktivitas kerja pegawai, ditandai dengan: 1). volume atau
kuantitas keluaran bertambah besar, tanpa menambah jumlah masukan. 2). Volume
atau kuantitas keluaran tidak bertambah, akan tetapi masukannya berkurang. 3).
volume atau kuantitas keluaran bertambah besar sedangkan masukannya juga
berkurang. 4). jumlah masukan bertambah, asalkan volume atau kuantitas keluaran
bertambah berlipat ganda.
Kata Kunci: Pelatihan, Pengembangan, Produktivitas
A. Pendahuluan
Pelatihan
dan pengembangan merupakan salah satu upaya strategis yang bisa dilakukan
pimpinan untuk meningkatkan produktivitas organisasi. Pelatihan dan
pengembangan pegawai menjadi penting manakala terdapat kesenjangan antara
kebutuhan organisasi dengan kompetensi sumber daya manusia yang ada. Terdapat
perbedaan kebutuhan pelatihan dan pengembangan SDM antara pimpinan dan pegawai
(karyawan). Pada tingkat pimpinan, materi pelatihan dan pengembangan yang
diberikan lebih bersifat teoritis dan konseptual. Sementara pelatihan dan
pengembangan pada pegawai dititik beratkan pada keterampilan teknis.[1]
Pelatihan dan pengembangan keduanya memberikan manfaat bagi pegawai dalam
menambah pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap dalam berorganisasi.
Menurut
Handoko dalam Kadarisman[2],
Pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan
teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Pelatihan menyiapkan
pegawai untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang, sementara pengembangan dimaksudkan
untuk menyiapkan pegawai memegang tanggung jawab pekerjaan di waktu yang akan
datang.
Mengingat
begitu pentingnya pelatihan dan pengembangan dalam meningkatkan produktivitas
organisasi, maka setiap organisasi perlu untuk mengadakan pelatihan dan
pengembangan SDM, hal ini dikarenakan : 1) pegawai baru, 2). Pegawai yang
ditempatkan pada pekerjaan yang lama, 3) Kurang adanya persiapan dalam menerima
pegawai baru, 4). Fasilitas yang baru yang diberikan pda kegiatan tertentu. 5).
Penemuan alat atau cara kerja yang baru. 6). Pengawas dan administrator 7)
hubungan dengan kator lain dan dengan masyarakat, 8). Karyawan ingin menambah
pengetahuan, keterampilan dan merubah sikap.[3]
Dewasa
ini beberapa organisasi baik swasta maupun negeri menyadari peran penting
pelatihan dan pengembangan SDM sebagai investasi oraganisasi, terbukti banyak
organisasi yang memberikan pelatihan serta pengembangan SDM kepada pegawai hal
ini merupakan salah satu indikator kesadaran akan pentingnya pelatihan dan
pengembangan SDM untuk meningkatkan produktivitas pegawai. Namun, terkadang
pelatihan yang diberikan tidak berdasarkan kebutuhan organisasi sehingga sering
kali pelatihan yang diberikan tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap
kinerja pegawai. Selain itu rendahnya evaluasi pelatihan juga menjadi salah
satu penyebab tidak efektifnya pelatihan dan pengembangan yang diberikan. Oleh
sebab itu pelatihan dan pengembangan perlu untuk direncanakan, dilaksanakan
serta di evaluasi pelaksanaannya.
Pelatihan
dan pengembangan tidak hanya dibutuhkan oleh pegawai, namun juga perlu
diberikan oleh pimpinan lembaga atau organisasi. Dalam penyelenggaraannya pimpinan
perlu memperhatikan kebutuhan organisasi
serta manajemen yang tepat sehingga antara pelatihan dan pengembangan
yang diberikan dapat mencapai mendukung ketercapaian tujuan organisasi.
B. Pembahasan
1.
Pelatihan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pelatihan
merupakan salah satu metode pengembangan sumber daya manusia. Pelatihan
dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan serta perubahan sikap
pegawai dalam menghadapi pekerjaannya. Semakin baik pemahaman serta
keterampilan pegawai tentang wilayah kerjanya, maka semakin baik pula sikap
pegawai dalam menjalankan pekerjaannya. Hal itu tentu saja akan berdapak pada
produktivitas organisasi.
Menurut
William J. Rothwell & H.C. Kazanas[4],
“Training consists of organized learning activities capable of improving
individual performance through changes in knowledge,skills, or attitudes.” Lebih
lanjut Edwin B. Flippo dalam
Sedarmayanti[5] pelatihan
adalah proses memberikan bantuan kepada karyawan untuk meningkatkan efektivitas
dalam pekerjaaan yang sedang dihadapi maupun pekerjaan yang akan dihadapi
melalui pengembangan kebiasaan, fikiran dan tindakan, kecakapan, pengetahuan
dan sikap.
Menurut
Noe dalam [6]
Aditya Wardhana tujuan pelatihan
diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Reduce learning time to teach acceptable
performance. Memberikan pelatihan
pada pegawai akan memberikan kemudahan bagi karyawan untuk memiliki keterampilan
bekerja lebih cepat dan lebih cepat bagi karyawan untuk menerapkan
keterampilannya untuk menyelesaikan pekerjaannya. 2) Improve performance on
prsesent jo. Artinya, meningkatkan prestasi kerja bagi pegawai untuk
menghadapi pekerjaan yang dihadapi. 3) Attitude
formation. Artinya, membentuk sikap pegawai dalam menghadapi
pekerjaannya seperti peningkatan partisipasi karyawan, kerja sama antar
karyawan, serta loyalitas terhadap perusahaan. 4). Aid in solving operation problem. Artinya, membantu memecahkan
permasalahan-permasalahan operasional yang dihadapi oleh perusahaan atau suatu lembaga tertentu seperti:
mengurangi kecelakaan kerja, mengurangi absensi, mengurangi labor turnover dan
lain-lain. 5). Fill manpower needs. Maksudnya adalah Pelatihan
bertujuan tidak hanya untuk mencapai tujuan jangka pendek akan tetapi juga
untuk mencapai tujuan jangka panjang yakni yakni meningkatkan SDM sesuai dengan
kebutuhan organisasi. 6). Benefits to
employee themselves. Pelatihan akan memberikan manfaat bagi pegawai untuk
dapat bekerja dengan maksimal, memiliki rasa aman dan kepuasan atas
pekerjaannya.
Sementara
itu yang dimaksud dengan pengembangan William J. Rothwell & H.C. Kazanas[7]
menuturkan, Organization Development (OD) is about changing organizational
culture and about long-term change. It typically focuses on a group or an
entire organization rather than on one person. This group-orientation
distinguishes OD from individually focused change efforts like training.
Lebih lanjut Priyono dan Marnis menyebutkan pengembangan SDM adalah upaya
pimpinan terhadap bawahannya untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,
konseptual, dan moral pegawai sesuai dengan jabatan melalui pendidikan dan
pelatihan. Pendidikan berhubungan dengan
peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan secara menyeluruh
sementara pelatihan adalah usaha peningkatan pengetahuan dan keahlian pegawai
untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.[8]
Pengembangan sumber daya manusia
bertujuan untuk menghasilkan kerangka kerja yang bertalian secara logis dan
komprehensif untuk mengembangkan lingkungan.
Dari
segi pelaksanaannya, pelatihan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: Pertama, Pre-service training (Pelatihan
pra-tugas) adalah pelatihan yang diberikan kepada calon pegawai baru yang
berfungsi sebagai pembekalan bagi pegawai pegawai yang akan memulai bekerja
sehingga pegawai tersebut dapat melaksanakan tugas yang dibepercayakan
kepadanya. Kedua. In service training (Pelatihan dalam tugas) adalah
pelatihan yang diberikan untuk peningkatan kompetensi pegawai yang diberikan
pada saat pegawai sedang bertugas dalam organisasi. Ketiga. Post service trainig (pelatihan
purna/pasca tugas) adalah pelatihan yang diberikan oleh organisasi kepada
pegawai untuk mempersiapkan pegawai menghadapi pensiun misalnya pelatihan
kewirausahaan baik dibidang kuliner, peternakan, maupun perkebunan.[9]
Menurut
Sedarmayanti[10] pelatihan dan
pengembangan sumber daya manusia memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan
produktivitas organisasi. Untuk mencapai tujuan umum, perlu dilakukan upaya
pencapaian tujuan khusus terlebih dahulu. Berikut ini digambarkan bagaimana
tujuan khusus dalam mewujudkan pencapaian umum:
Tujuan umum pelatihan dan pengembangan SDM adalah
meningkatkan produktivitas organisasi melalui berbagai macam kegiatan seperti:
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan merubah sikap sehingga pekerjaan
dapat terselesaikan secara rasional, dapat terselesaikan secara efektif dan
efisien, serta memiliki kemauan kerja sama dengan sesama dan pimpinan. Lebih
lanjut berikut ini tujuan, dan metode pelatihan dan pengembangan karyawan
diutarakan pada tabel berikut:
Tabel
I. Tujuan dan Metode Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
Tujuan
Pengembangan |
Sifat
Pengembangan |
Proses
Pengembangan |
Metode
Pengembangan |
Memperbaiki tingkat efektivitas kinerja karyawan
dalam mencapai hasil yangditetapkan |
- Pengembangan pengetahuan - Pengembangan Keterampilan - Perubahan Sikap untuk
membangkitkan kemauan/kerjasama |
- Pengembangan intelektualisasi - Latihan/praktek - Perubahan sikap untuk
membangkitkan kemauan/kerjasama |
- Sekolah, kuliah, ceramah, audio
visual, intruksi terprogram - Disku kasus, memainkan peran
dalam bisnis, projek studi. - Konsultasi proyek, memainkan
peran, lathan sensitivitas |
Untuk menyusunan program pelatihan dan pengembangan pegawai,
pimpinan harus mengikuti langkah-langkah tertentu dan sistematis yakni : (1) Melakukan
penelitian dan pengumpulan data tentang aspek-aspek yang perlu diberikan
pengembangan dan pelatihan. (2) Menentukan materi, (3) Menentukan metode
pelatihan dan pengembangan, (4). Memilih pelatih sesuai kebutuhan, (4). Mempersiapkan
fasilitas yang dibutuhkan, (5). Memilih peserta. (6). Melaksanakan program,
(7). Melakukan evaluasi program.[11]
Sebelum pelatihan dan pengembangan diberikan, terlebih
dahulu pimpinan melakukan analisis kebutuhan terhadap organisasi maupun tingkat
jabatan/tugas/pekerjaan. Hal ini perlu
dilakukan oleh pimpinan untuk mengetahui organisasi apa yang membutuhkan
pelatihan serta pada jabatan apa yang membutuhkan pelatihan atau pengembangan,
selain itu analisis kebutuhan diperlukan untuk menentukan jenis pelatihan apa
yang harus diberikan kepada pegawai sehingga kesenjangan antara kebutuhan
organisasi dan kompetensi pegawai tidak terjadi kesenjangan dan karyawan dapat
melaksanakan tugas sesuai dengan jabatannya.
Lebih lanjut untuk memudahkan pimpinan dalam menganalisis
kebutuhan pelatihan dan pengembangan pegawai, berikut ini beberapa indikator
kebutuhan pelatihan diantaranya: adanya peningkatan absesnsi dan pergantian
pegawai, tingkat kecelakaan meningkat, banyaknya keluhan pegawai, ada kemacetan
produksi, adanya pemborosan, penggunaan tenaga yang tidak efisien, supervisi
tidak efektif, dan banyaknya pekerjaan yang tidak terselesaikan.[12]
Pelatihan dan pengembangan tidak akan memiliki impact
yang berarti manakala pelatihan dan pengembangan tersebut tidak memiliki
kesesuaian dengan kebutuhan organisasi. Selain itu pelatihan dan pegembangan
SDM tidak dapat tercapai dengan optimal manakala tidak dilakukan evaluasi program.
Berikut ini beberapa indikator keberhasilan kegiatan pengembangan SDM yaitu:
1). prestasi kerja karyawan, 2). kedisiplinan karyawan, 3). Absensi karyawan, 4). Tingkat kerusakan
produksi 5). tingkat kecelakaan karyawan, 6). Tingkat pemborosan bahan baku,
tenaga dan waktu, 7). Prakarsa pegawai. 8). Tingkat upah insentif karyawan 9).
Kepemimpinan dan keputusan manager.[13]
Dari beberapa indikator tersebut diatas, setelah mengikuti
pelatihan dan pengembangan diharapkan pegawai semakin meningkat keberdayaannya
baik pada aspek kesejahteraan maupun pada aspek kinerjanya. Akan tetapi dalam
implementasinya tidak jarang pelatihan dan pengembangan SDM mengalami
kegagalan. Kegagalan tersebut bisa disebabkan karena fasilitas pengembangan, kurikulum
maupun pelatih yang diamanahkan untuk memberikan materi pelatihan. Hal ini
sebagaimana disebutkan oleh Masram dan Mu’ah[14]
bahwa ada beberapa penyebab kendala penyelenggaraan pengembangan pegawai: 1) Peserta,
2). Pelatih atau instruktur, 3). Fasilitas pengembangan, 4). Kurikulum, 5).
Dana pengembangan.
Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa
pelatihan dan pengembangan merupakan salah satu paya yang dilakukan pimpinan
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan maupun sikap pegawai sehingga ada
kesesuaian antara kebutuhan organisasi atau lembaga dengan kompetensi yang
dimiliki pegawai sehingga sangat dimungkinkan pegawai mampu untuk mewujudkan
tujuan organisasi.
2.
MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS KERJA
Manusia merupakan salah satu unsur strategis dalam upaya meningkatkan produktivitas organisasi. Sebuah organisasi memiliki produktivitas kerja yang rendah manakala tidak adanya kesesuaian antara apa yang diharapkan oleh organisasi dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, oleh karena itu penting bagi organisasi untuk memberikan pelatihan dan pengembangan kepada para pegawai sehingga potensi yang ada pada pegawai dapat diberdayakan dengan maksimal untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut sedarmayanti[15] produktivitas berarti perbandingan terbalik antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). dari pengertian tersebut, produktivitas dapat diformulasikan sebagaimana terlihat pada gambar berikut:
Dari gambar 1 terlihat bahwa output
dari suatu proses pelaksanaan tugas berpengaruh terhadap produktivitas kerja.
Semakin baik kinerja pegawai maka semakin meningkat produkktifitas kerja
pegawai tersebut. Menurut Sedarmayanti[16]
ada beberapa indikator yang menunjukkan produktivitas pegawai mengalami
peningkatan yakni: a). volume atau kuantitas keluaran bertambah besar, tanpa
menambah jumlah masukan. b). Volume atau kuantitas keluaran tidak bertambah,
akan tetapi masukannya berkurang. c). volume atau kuantitas keluaran bertambah
besar sedangkan masukannya juga berkurang. d). jumlah masukan bertambah,
asalkan volume atau kuantitas keluaran bertambah berlipat ganda.
Peningkatan produktivitas pegawai dalam sebuah organisasi
tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantara
faktor-faktor tersebut adalah: motivasi, kedisiplinan, etos kerja,
keterampilan, dan pendidikan. Selain itu faktor lain yang juga turut
mempengaruhi produktivitas kerja diantaranya adalah sikap kerja, tingkat
keterampilan, hubungan pegawai dengan pimpinan, manajemen produktivitas,
efisiensi tenaga kerja dan kewirausahaan.[17]
Lebih lanjut Nasution dalam Darmadi[18]
menyebutkan bahwa banyak teknik, metode, dan bidang pekerjaan yang secara
efektif dapat meningkatkan produktivitas kinerja pegawai sebagaimana yang terlihat
pada gambar berikut ini:
Pada gambar tersebut terdapat bidang
pekerjaan yang memiliki pengaruh besar terhadap produktivitas kerja pegawai
yakni: pertama, investasi mesin untuk mengganti tenaga manusia. Kedua. Upaya
menyempurnakan metode kerja yang efektif. Ketiga. Menghilangkan praktek-praktek
kerja yang tidak produktif yang dapat menghambat produktifitas kerja. Keempat.
Menyempurnakan manajemen personalia sebagai upaya mengoptimlkan SDM agar lebih efektif.
III. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
pelatihan merupakan salah satu metode pengembangan SDM. Pelatihan dan
pegembangan SDM berperan penting dalam memenuhi kesenjangan atara kebutuhan
organisasi dengan kompetensi pegawai. Pelatihan bertujuan untuk mempersiapkan
pegawai dalam menghadapi pekerjaannya yang telah ada dalam lembaga (jangka
pendek) sementara pelatihan mempersiapkan kompetensi pegawai untuk menghadapi
pekerjaannya dalam jangka panjang.
Pelatihan dan pengembangan penting untuk diberikan kepada
pegawai baru maupun pegawai lama, baik atasan maupun pimpinan untuk menghadapi
tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang juga
terus berkembang dan tidak dapat terlelakkan. Namun untuk penyelenggaraannya,
diperlukan manajemen yang baik sehingga pelaksanaannya mampu mencapai tujuan
scara efektif dan efisien yakni meningkatnya produktivitas kerja pegawai yang
di tandai dengan: a). volume atau kuantitas keluaran bertambah besar, tanpa
menambah jumlah masukan. b). Volume atau kuantitas keluaran tidak bertambah,
akan tetapi masukannya berkurang. c). volume atau kuantitas keluaran bertambah
besar sedangkan masukannya juga berkurang. d). jumlah masukan bertambah,
asalkan volume atau kuantitas keluaran bertambah berlipat ganda.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya Wardana. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung:
Karyamanunggal Lithomas. 2014.
Darmadi, Manajemen Sumber Daya Manusia
Kekepalasekolahan: Melejitkan Produktivitas Kerja Kepala Sekolah dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Yogyakarta: Deepublish. 2017.
Kadarisman. Manajemen Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2012.
Mamik. Manajemen Sumber Daya Manusia. Sidoarjo:
Zifatama Jawara. 2016.
Masram dan Mu’ah. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Sidoarjo. Zifatama Pulisher. 2015.
Priyono dan Marnis. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Sidoarjo: Zifatama. Publisher. 2008.
Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia:
Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: Refika
Aditama. 2016.
Sedarmayanti. Restrukturisasi dan Pemberdayaan
Organisasi. Bandung: Refika Aditama. 2014.
William J. Rothwel l & H.C. Kazanas, Planning
& Managing Human Resources: Strategic Planning For Personnel Management. U.S.
and Canada: HRD Press. 2003.
[1] Sedarmayanti, Manajemen
Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil
(Bandung: Refika Aditama, 2016), hal.
189.
[2] Kadarisman, Manajemen
Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012),
hal. 13.
[3] Ibid.,
hal. 191.
[4] William J.
Rothwel l & H.C. Kazanas, Planning & Managing Human Resources:
Strategic Planning For Personnel Management (U.S. and Canada, HRD Press,
2003), hal.353.
[5] Sedarmayanti, Manajemen
Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil,
hal. 188.
[6] Aditya Wardana,
Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Karyamanunggal Lithomas,
2014), hal.98.
[7] William J.
Rothwel l & H.C. Kazanas, Planning & Managing Human Resources:
Strategic Planning For Personnel Management, hal. 373.
[8] Priyono dan
Marnis, Manajemen Sumber Daya Manusia (Sidoarjo, Zifatama, Publisher,
2008), Hal.46.
[9] Sedarmayanti, Manajemen
Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil,
hal. 191-192.
[10]Ibid.,
hal. 194.
[11] Ibid.,
hal. 197-198.
[12] Ibid.,,
hal. 198-199.
[13] Mamik,Manajemen
Sumber Daya Manusia (Sidoarjo: Zifatama Jawara, 2016), hal. 186-187.
[14] Masram dan
Mu’ah, Manajemen Sumber Daya Manusia (Sidoarjo, Zifatama Pulisher,
2015), hal. 113.
[15] Sedarmayanti, Restrukturisasi
dan Pemberdayaan Organisasi (Bandung: Refika Aditama, 2014), hal. 223-224.
[16] Ibid.,
230.
[17] Ibid.,
hal.237-250.
[18] Darmadi, Manajemen
Sumber Daya Manusia Kekepalasekolahan: Melejitkan Produktivitas Kerja Kepala
Sekolah dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi (Yogyakarta: Deepublish, 2017),
hal. 276.
Posting Komentar untuk "Peran Penting Pelatihan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja"