Rahasia Sukses dalam Menuntut Ilmu
Niat Belajar
اذا النية هي االصل فى جميع االحوال لبد له من النية فى زمان تعلم العلم.
Artinya: “Wajib bagi pelajar menata niatnya ketika akan belajar,
sebab niat merupakan
pokok dalam segala hal”
Peserta didik hendaknya memilih ilmu yang terbaik dan ilmu yang
dibutuhkan dalam kehidupan agamanya pada
waktu itu, lalu yang untuk waktu mendatang. Ia perlumendahulukan ilmu tauhid
dan ma’rifat beserta dalilnya. Demikian pula perlu memilih ilmu ‘atiq (kuno). Dalam memilih
pendidik hendaknya mengambil yang lebih wara’,
‘alim, berlapang dada dan penyabar. Peserta didik juga harus sabar dan tabah dalam belajar kepada pendidik yang telah
dipilihnya serta sabar dalam menghadapi berbagai cobaan. Peserta didik
hendaknya memilih teman yang tekun, wara’, jujur, dan mudah memahami masalah
dan perlu menjauhi pemalas, banyak bicara, penganggur, pengacau dan pemfitnah.
Seorang penyair mengatakan: “Teman durhaka lebih berbahaya dari pada ular yang
berbisa demi Allah Yang Maha Tinggi dan Suci teman buruk membawamu ke neraka
Jahim sedangkan teman baik mengajakmu ke syurga Na’im.” Di samping itu,
al-Zarnuji juga menganjurkan pada peserta didik agar bermusyawarah dalam segala
hal yang dihadapi. Karena ilmu adalah perkara yang sangat penting, tetapi juga
sulit, maka bermusyawarah di sini menjadi lebih penting dan diharuskan pelaksanaannya.
Menghormati Ilmu Dan Ulama
Menurut al-Zarnuji, peserta didik harus menghormati ilmu, orang
yang berilmu Dan pendidiknya. Sebab
apabila melukai pendidiknya, berkah ilmunya bisa tertutup dan Hanya sedikit
kemanfaatannya. Sedangkan cara menghormati pendidik di antaranya adalah tidak
berjalan di depannya, tidak menempati tempat duduknya, tidak memulai mengajak
bicara kecuali atas izinnya, tidak bicara macam-macam di depannya, tidak menanyakan
suatu masalah pada waktu pendidiknya lelah, dan tidak duduk tertalu dekat dengannya
sewaktu belajar kecuali karena terpaksa. Pada prinsipnya, peserta didik harus melakukan
hal-hal yang membuat pendidik rela, menjauhkan amarahnya dan mentaati perintahnya
yang tidak bertentangan dengan agama Allah SWT, termasuk menghormati ilmu
adalah menghormati pendidik dan kawan serta memuliakan kitab. Oleh karena itu,
peserta didik hendaknya tidak mengambil kitab kecuali dalam keadaan suci demikian
pula dalam belajar, hendaknya juga dalam keadaan suci, sebab ilmu adalah
cahaya, wudlupun cahaya, maka akan semakin bersinarlah cahaya ilmu itu dengan
wudlu. Peserta didik hendaknya juga memperhatikan catatan yakni selalu menulis
dengan rapi dan jelas, agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari. Peserta
didik juga hendaknya dengan penuh rasa hormat, ia selalu memperhatikan secara
seksama terhadap ilmu yang disampaikan padanya, sekalipun telah diulang seribu kali
penyampaiannya.
Untuk menentukan ilmu apa yang akan dipelajari, hendaknya ia
musyawarah dengan pendidiknya, sebab pendidik sudah lebih berpengalaman dalam
belajar serta mengetahui ilmu pada seseorang sesuai bakatnya. Az Zarnuji juga
mengingatkan agar peserta didik selalu menjaga diri dari akhlak tercela,
terutama sikap sombong. Mengutip dari syair beliau tentang akhlak:
وكذلك فى سائر االخالق نحو الجود والبخل والجبن والجرأة والتكبر والتواضع والعفة واالسراف
والتقتير وغيرها
Demikian pula, setiap muslim wajib mengetahui dan mempelajari akhlak yang terpuji maupun yang tercela, seperti pemurah dan pelit, penakut dan pemberani, sombong dan rendah diri, sederhana dan berlebih-lebihan, irit dan lain sebagainya
Sungguh-Sungguh, Kontinuitas dan Memiliki Minat yang Kuat
Peserta didik harus sungguh-sungguh di dalam belajar dan mampu mengulangi pelajarannya secara kontinu pada awal malam dan di akhir malam, yakni waktu antara maghrib dan isya dan setelah waktu sahur, sebab waktu-waktu tersebut kesempatan yang memberkahi. Peserta didik jangan sampai membuat dirinya terlalu kepayahan, sehingga lemah dan tidak mampu berbuat sesuatu. Kesungguhan dan minat yang kuat adalah pangkal kesuksesan. Oleh karena itu, barang siapa mempunyai minat yang kuat untuk menghafal sebuah kitab misalnya, maka menurut ukuran lahiriyah, tentu ia akan mampu menghafalnya, separuh, sebagian besar, atau bahkan seluruhnya.
Tertib (permulaan dan intensitas belajar)
Menurut al-Zarnuzi, belajar hendaknya dimulai pada hari rabu, sebab hari itu Allah SWT menciptakan nur (cahaya), hari sialnya orang kafir yang berarti hari berkahnya orang mukmin. Bagi pemula (anak usia dini) hendaknya mengambil pelajaran yang sekiranya dapat dikuasai dengan baik setelah di ulangi dua kali. Kemudian tiap hari ditambah sedikit demi sedikit, sehingga apabila telah banyak masih mungkin dikuasai secara baik dengan mengulanginya dua kali, seraya ditambah sedikit demi sedikit lagi. Selain itu, untuk pemula hendaknya dipilihkan kitab-kitab yang kecil, sebab dengan begitu akan lebih mudah dimengerti dan dikuasai dengan baik serta tidak menimbulkan kebosanan. Ilmu yang telah dikuasai dengan baik, hendaknya dicatat dan diulangi berkalikali. Jangan sampai menulis sesuatu yang tidak dipahami, sebab hal itu bisa menumpulkan kecerdasan dan waktupun hilang dengan sia-sia belaka.
Diskusi dalam Menuntut Ilmu
Menurut al-Zarnuji diskusi juga perlu dilakukan oleh peserta didik.
Manfaat diskusi lebih besar dari pada sekedar mengulangi, sebab dalam diskusi,
selain mengulangi juga menambah ilmu pengetahuan. Al-Zarnuji juga mengingatkan
agar diskusi dilaksanakan dengan penuh kesadaran serta menghindari hal-hal yang
membawa akibat negatif. Peserta didik hendaknya membiasakan diri senang membeli
kitab, sebab hal itu akan bisa memudahkan ia belajar dan menelaah pelajarannya.
Oleh karena itu, hendaknya peserta didik berusaha sedapat mungkin menyisihkan
uang sakunya untuk membeli kitab. Menurut al-Zarnuji peserta didik di masa
dahulu belajar bekerja dulu, baru kemudian belajar, sehingga tidak tamak kepada
harta orang lain.Tawakkal Kepada Allah SWT dalam belajar, peserta didik harus
tawakkal kepada Allah SWT dan tidak tergoda oleh urusan rezeki. Peserta didik
hendaknya tidak digelisahkan oleh urusan duniawi,karena kegelisahan tidak bisa
mengelakkan musibah, bahkan membahayakan hati, akal, badan dan merusak
perbuatan-perbuatan yang baik. Oleh karena itu, hendaknya peserta didik
berusaha untuk mengurangi urusan duniawi. Peserta didik hendaknya bersabar dalam
perjalanannya mempelajari ilmu. Perlu disadari bahwa perjalanan mempelajari Ilmu
itu tidak akan terlepas dari kesulitan, sebab mempelajari ilmu merupakan suatu
perbuatan yang menurut kebanyakan ulama lebih utama dari pada berperang membela
agama Allah. Siapa yang bersabar menghadapi kesulitan dalam mempelajari ilmu,
maka Ia akan merasakan lezatnya ilmu melebihi segala kelezatan yang ada di
dunia.
Pintar Memanfaatkan Waktu Belajar
Masa belajar adalah semenjak dari buaian hingga masuk liang lahat. Adapun masa yang cemerlang untuk belajar adalah awal masa muda. Belajar dilakukan pada waktu sahur dan waktu antara maghrib dan isya, namun sebaiknya peserta didik memanfaatkan seluruh waktunya untuk belajar. Bila telah merasa bosan mempelajari suatu ilmu hendaknya mempelajari ilmu yang lain.
Kasih Sayang Dan Memberi Nasehat
Orang alim hendaknya memiliki rasa kasih sayang, mau memberi nasehat dan jangan berbuat dengki. Peserta didik hendaknya selalu berusaha menghiasi dirinya dengan akhlak mulia, dengan demikian orang yang benci akan luluh sendiri. Jangan berburuk sangka dan melibatkan diri dalam permusuhan, sebab hal itu hanya menghabiskan waktu serta membuka aib sendiri.
Mengambil pelajaran
Peserta didik hendaknya memanfaatkan semua kesempatannya untuk
belajar, hingga dapat mencapai keutamaan. Caranya dengan menyediakan alat tulis
disetiap saat untuk mencatat hal-hal ilmiah yang diperolehnya. Al-Zarnuji
mengingatkan bahwa umur itu pendek dan ilmu itu banyak. Oleh karena itu peserta
didik jangan sampai menyianyiakan waktunya, hendaklah ia selalu memanfaatkan
waktu-waktu malamnya dan saatsaat yang sepi. Di samping itu peserta didik
hendaknya berani menderita dan mampu menundukkan hawa nafsunya.
Wara’ (menjaga diri dari yang syubhat dan haram) pada masa belajar
Di waktu belajar hendaknya peserta didik berlaku wara’, sebab dengan begitu ilmunya akan lebih bermanfaat, lebih besar faedahnya dan belajarpun lebih mudah.Sedangkan yang termasuk perbuatan wara’ antara lain menjaga diri dari terlalu kenyang, terlalu banyak tidur dan terlalu banyak membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat. Selain itu, jangan sampai mengabaikan adab kesopanan dan perbuatan-perbuatan sunah. Peserta didik juga hendaknya memperbanyak salat dan melaksanakannya secara kusyuk, sebab hal itu akan membantunya dalam mencapai keberhasilan studinya. Dalam hal ini alZarnuji juga mengingatkan kembali agar peserta didik selalu membawa buku untuk dipelajari dan alat tulis untuk mencatat segala pengetahuan yang didapatkannya. Ada ungkapan bahwa barang siapa tidak ada buku di sakunya maka tidak ada hikmah dalam hatinya.
Penyebab Hafal Dan Lupa
Upaya untuk memperkuat hafalan adalah melalui kesungguhan, kontinu, mengurangi makan, melaksanakan salat malam, membaca al-Quran, banyak membaca salawat Nabi dan berdoa sewaktu mengambil buku serta seusai menulis. Adapun penyebab mudah lupa antara lain perbuatan maksiat, banyak dosa, gelisah karena urusan-urusan duniawi dan terlalu sibuk dengan urusan-urusan duniawi, juga harus memilliki sifat tawdhu sebagaimana syair yang ditulis oleh al-Zarnuji :
ان التواضـع من خصـال المتـقى – وبه التــقى الى المعالى يرتقى
ومن االعجائب عجب من هو جاهل – فى حاله اهو السعيد ام الشقى
Rendah hati adalah sikap orang yang bertakwa dan kelak ia akan
mendapatkan derajat yang tinggi.Sungguh mengherankan orang yang tak tahu apakah
ia orang yang berbahagia atau tercela.
Masalah Rezeki Dan Umur
Peserta didik perlu mengetahui hal-hal yang bisa menambah rizki, umur dan lebih sehat, sehingga dapat mencurahkan segala kemampuannya untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Bangun pagi-pagi itu diberkahi dan membawa berbagai macam kenikmatan, khususnya rezeki. Banyak bersedekah juga bisa menambah rizki. Adapun penyebab yang paling kuat untuk memperoleh rezeki adalah salat dengan ta’zhim, khusyu’ sempurna rukun, wajib, sunnah dan adatnya. Di antara faktor penyebab tambah umur adalah berbuat kebajikan, tidak menyakiti orang lain, bersilaturrahim dan lain sebagainya.
Terlalu berlebihan dalam membelanjakan harta, bermalas-malasan, menunda-nunda dan mudah menyepelekan suatu perkara, semua itu bisa mendatangkan kefakiran seseorang. Menurut al-Zarnuji, peserta didik juga harus belajar ilmu kesehatan dan dapat memanfaatkannya dalam menjaga kesehatan dirinya. Demikianlah deskripsi isi kitab Ta’lim al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum karya al-Zarnuji. Dia menulis kitab ini, karena di masanya dia mengetahui banyak peserta didik yang telah belajar dengan sungguh-sungguh, tetapi tidak bisa menyiarkannya. Menurut al-Zarnuji hal tersebut dikarenakan mereka salah jalan dan meninggalkan syarat-syarat yang seharusnya mereka penuhi. Oleh karena itu, dia menulis kitab Ta’lim al-Muta’allim Thuruq alTa’allum dengan maksud untuk menjelaskan kepada para peserta didik tentang cara yang seharusnya mereka tempuh agar tidak salah jalan, sehingga studi yang ditempuhnya bisa berhasil secara optimal dan bermanfaat.
Kesimpulan
Dalam konsep etika belajar mengajar, yaitu adanya keterlibatan secara menyeluruh pada diri manusia baik fisik maupun psikis. Hal ini melibatkan beberapa unsur yang kemudian dengannya akan tampak kemajuan pada diri manusia baik dirinya secara pribadi, orang lain, maupun lingkungan. Akhlak merupakan unsur psikis yang tidak boleh di hilangkan, karena akhlak akan berdampak pada perilaku keseharian anak didik. Unsur yang lain adalah akal dan hati, rohani dan jasmani, keseluruhannya menempatkan diri pada porsinya. Keseluruhannya menjadi penting untuk dikembangkan dan mendapatkan penanganan yang serius dari pendidik (guru). agar seluruh aspek fisik maupun psikis peserta didik dapat dioptimalisaikan, maka konsepsi etika menuntut ilmu yang ditawarkan oleh Syekh al-Zarnuji bisa menjadi solusi. Memang tidak semuanya dapat diterapkan dan kondusif dalam konteks kehidupan zaman sekarang, seperti larangan berbicara banyak dalam konteks pembelajaran, padahal konsep pembelajaran modern menuntut peserta didik untuk banyak berbicara, baik dalam rangka mengemukakan pendapat, menyanggah pendapat, mengkritik suatu pengetahuan dan lain sebagainya. Namun demikian, untuk sebagai besar, etika peserta didik yang dikemukakan oleh Syekh al-Zarnuji, masih tetap relevan dan dapat diaplikasikan dalam Konteks pembelajaran dewasa ini. Di antara sekian banyak anjuran al-zarnuji yang dapat Diaplikasikan, misalnya, anjuran imam al-zarnuji agar siswa senantiasa tekun, sungguhsungguh, banyak beribadah, memelihara sopan santun, tidak cepat menyerah dan lain sebagainya. Konsepsi teoritis tentang etika dalam kitab Ta’lim muta’allim Thariqa alTa’allumi karya Syekh al-Zarnuji, paling tidak menjadi referensi tambahan bagi pendidik dalam melakukan aktivitas pendidikan khususnya pendidikan Islam. Beberapa petunjuk etika dan akhlak bagi para penuntut ilmu (peserta didik) dalam melakukan aktivitas belajar-mengajar. Pertama, anjuran untuk selalu belajar; Kedua, kewajiban mempelajari dan mengamalkan akhlak terpuji dan menjauhi yang tercela; Ketiga, larangan mempelajari ilmu perdukunan; Keempat, menguatkan atau membulatkan niat dalam menuntut ilmu; Kelima, memiliki sifat tawadhu; Keenam, harus pintar dalam memilih guru; Ketujuh, harus cerdas dalam memilih jenis ilmu; Kedelapan, harus saling menasehati kepada para sesama penuntut ilmu.
Daftar Pustka
Ali, Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2010.Ali, Zainuddin, PendidikanAgama Islam. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2010.
Al-Rifa‟I, Muhammad Nasib, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4, Cet. 1.
Jakarta: Gema Insani Press,2000.
Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta,
2007.
Az-Zarnuji, Syeikh Pedoman Belajar Bagi Penuntut Ilmu Secara
islami, cetakan ke -1. Surabaya: Menara Suci, 2008.
Basuki dan M. Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan. Ponorogo:
STAIN Po PRESS, 2007.
Bertens, K., filsafat Barat Abad XX, Jilid II. Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama, 1985. Dahlan, Pendidikan Islam. Bandung; Pustaka Abadi, 2004.
Darwis, Djamaluddin, Dinamika Pendidikan Islam: Sejarah Ragam dan
Kelembagaan. Semarang: RaSAIL, 2006. Fakhry, Majid, Sejarah Filsafat Islam:
Sebuah Peta Kronologis. Bandung : Mizan, 2001.
Muchtar, Heri Jauhari Fikih Pendidikan, Cet. 2. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008.
Muchsin, Bashori dan Abdul Wahid, Pendidikan Islam Kontemporer.
Bandung: PT. Refika Aditama. 2009.Mustofa, H.A., Filsafat Islam. Bandung :
Pustaka Setia, 1997.
Muzaki, Ahmad Teori Pendidikan Islam. Bandung: Ganesha,
1999.Nasution, Hasyimsyah Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama,
1999.Saihu, “Pendidikan Sosial Yang Terkandung Dalam Surat At-Taubah Ayat
71-72”, Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, VOL: 09/NO: 01 (2020):
127-147.1Sholeh, Ahmad, Konsep Pembelajaran Islam. Surakarta; CV. Permata,
2007.Sjarkawi. Pembuatan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara. 2011.
Sudarsono, Filsafat Islam. Jakarta : Rineka Cipta, 1997. Sugiono,
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: PT Alfabeta, 2008.Syarif, M. M., Para Filosof Muslim. Jakarta : Mizan,
1993.
Veeger, K. J., Realitas Sosial. Refleksi Filsafat sosial atas
hubungan individu-individu Masyarakat dalam cakrawala sejarah sosial. Jakarta,
Gramedia, 1985.
· Nim : 602221010020
· Program studi : MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
· Matkul : Ta’alim muta’alim
· Dosen pengampu : Dr.Nurkomariah.M.Pd.I
Posting Komentar untuk "Rahasia Sukses dalam Menuntut Ilmu "