Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rahasia Sukses dalam Menuntut Ilmu

 Niat Belajar

Mengenai niat dan tujuan belajar, al-Zarnuji mengatakan bahwa niat yang benar  dalam belajar adalah untuk mencari keridlaan Allah SWT, agar memperoleh kebahagiaan  di dunia dan di akhirat. Niat belajar juga dimantapkan dengan selalu berusaha  memerangi kebodohan pada diri sendiri dan orang lain, mengembangkan dan  melestarikan ajaran Islam, dan mensyukuri nikmat Allah SWT. Sehubungan dengan hal  ini, al-Zarnuji mengingatkan agar setiap penuntut ilmu tidak sampai keliru menentukan niat dalam belajar, misalnya belajar yang diniatkan untuk mencari pengaruh, mendapatkan kenikmatan duniawi atau kehormatan dan kedudukan tertentu. Jika masalah niat ini sudah benar, tentu ia akan merasakan kelezatan ilmu dan amal serta berkuranglah kecintaannya pada harta dunia.

اذا النية هي االصل فى جميع االحوال  لبد له من النية فى زمان تعلم العلم.

Artinya: “Wajib bagi pelajar menata niatnya ketika akan belajar, sebab niat merupakan

pokok dalam segala hal”

 Memilih Guru, Ilmu, Teman, dan Memiliki Ketabahan dalam Belajar

Peserta didik hendaknya memilih ilmu yang terbaik dan ilmu yang dibutuhkan  dalam kehidupan agamanya pada waktu itu, lalu yang untuk waktu mendatang. Ia perlumendahulukan ilmu tauhid dan ma’rifat beserta dalilnya. Demikian pula perlu  memilih ilmu ‘atiq (kuno). Dalam memilih pendidik hendaknya mengambil yang lebih  wara’, ‘alim, berlapang dada dan penyabar. Peserta didik juga harus sabar dan tabah  dalam belajar kepada pendidik yang telah dipilihnya serta sabar dalam menghadapi berbagai cobaan. Peserta didik hendaknya memilih teman yang tekun, wara’, jujur, dan mudah memahami masalah dan perlu menjauhi pemalas, banyak bicara, penganggur, pengacau dan pemfitnah. Seorang penyair mengatakan: “Teman durhaka lebih berbahaya dari pada ular yang berbisa demi Allah Yang Maha Tinggi dan Suci teman buruk membawamu ke neraka Jahim sedangkan teman baik mengajakmu ke syurga Na’im.” Di samping itu, al-Zarnuji juga menganjurkan pada peserta didik agar bermusyawarah dalam segala hal yang dihadapi. Karena ilmu adalah perkara yang sangat penting, tetapi juga sulit, maka bermusyawarah di sini menjadi lebih penting dan diharuskan pelaksanaannya.

Menghormati Ilmu Dan Ulama

Menurut al-Zarnuji, peserta didik harus menghormati ilmu, orang yang berilmu  Dan pendidiknya. Sebab apabila melukai pendidiknya, berkah ilmunya bisa tertutup dan Hanya sedikit kemanfaatannya. Sedangkan cara menghormati pendidik di antaranya adalah tidak berjalan di depannya, tidak menempati tempat duduknya, tidak memulai mengajak bicara kecuali atas izinnya, tidak bicara macam-macam di depannya, tidak menanyakan suatu masalah pada waktu pendidiknya lelah, dan tidak duduk tertalu dekat dengannya sewaktu belajar kecuali karena terpaksa. Pada prinsipnya, peserta didik harus melakukan hal-hal yang membuat pendidik rela, menjauhkan amarahnya dan mentaati perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama Allah SWT, termasuk menghormati ilmu adalah menghormati pendidik dan kawan serta memuliakan kitab. Oleh karena itu, peserta didik hendaknya tidak mengambil kitab kecuali dalam keadaan suci demikian pula dalam belajar, hendaknya juga dalam keadaan suci, sebab ilmu adalah cahaya, wudlupun cahaya, maka akan semakin bersinarlah cahaya ilmu itu dengan wudlu. Peserta didik hendaknya juga memperhatikan catatan yakni selalu menulis dengan rapi dan jelas, agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari. Peserta didik juga hendaknya dengan penuh rasa hormat, ia selalu memperhatikan secara seksama terhadap ilmu yang disampaikan padanya, sekalipun telah diulang seribu kali penyampaiannya.

Untuk menentukan ilmu apa yang akan dipelajari, hendaknya ia musyawarah dengan pendidiknya, sebab pendidik sudah lebih berpengalaman dalam belajar serta mengetahui ilmu pada seseorang sesuai bakatnya. Az Zarnuji juga mengingatkan agar peserta didik selalu menjaga diri dari akhlak tercela, terutama sikap sombong. Mengutip dari syair beliau tentang akhlak:

وكذلك فى سائر االخالق نحو الجود والبخل والجبن والجرأة والتكبر والتواضع والعفة واالسراف

والتقتير وغيرها

Demikian pula, setiap muslim wajib mengetahui dan mempelajari akhlak yang terpuji maupun yang tercela, seperti pemurah dan pelit, penakut dan pemberani, sombong dan rendah diri, sederhana dan berlebih-lebihan, irit dan lain sebagainya

Sungguh-Sungguh, Kontinuitas dan Memiliki Minat yang Kuat

Peserta didik harus sungguh-sungguh di dalam belajar dan mampu mengulangi pelajarannya secara kontinu pada awal malam dan di akhir malam, yakni waktu antara maghrib dan isya dan setelah waktu sahur, sebab waktu-waktu tersebut kesempatan yang memberkahi. Peserta didik jangan sampai membuat dirinya terlalu kepayahan, sehingga lemah dan tidak mampu berbuat sesuatu. Kesungguhan dan minat yang kuat adalah pangkal kesuksesan. Oleh karena itu, barang siapa mempunyai minat yang kuat untuk menghafal sebuah kitab misalnya, maka menurut ukuran lahiriyah, tentu ia akan mampu menghafalnya, separuh, sebagian besar, atau bahkan seluruhnya.

Tertib (permulaan dan intensitas belajar)

Menurut al-Zarnuzi, belajar hendaknya dimulai pada hari rabu, sebab hari itu Allah SWT menciptakan nur (cahaya), hari sialnya orang kafir yang berarti hari berkahnya orang mukmin. Bagi pemula (anak usia dini) hendaknya mengambil pelajaran yang sekiranya dapat dikuasai dengan baik setelah di ulangi dua kali. Kemudian tiap hari ditambah sedikit demi sedikit, sehingga apabila telah banyak masih mungkin dikuasai secara baik dengan mengulanginya dua kali, seraya ditambah sedikit demi sedikit lagi. Selain itu, untuk pemula hendaknya dipilihkan kitab-kitab yang kecil, sebab dengan begitu akan lebih mudah dimengerti dan dikuasai dengan baik serta tidak menimbulkan kebosanan. Ilmu yang telah dikuasai dengan baik, hendaknya dicatat dan diulangi berkalikali. Jangan sampai menulis sesuatu yang tidak dipahami, sebab hal itu bisa menumpulkan kecerdasan dan waktupun hilang dengan sia-sia belaka.

Diskusi dalam Menuntut Ilmu

Menurut al-Zarnuji diskusi juga perlu dilakukan oleh peserta didik. Manfaat diskusi lebih besar dari pada sekedar mengulangi, sebab dalam diskusi, selain mengulangi juga menambah ilmu pengetahuan. Al-Zarnuji juga mengingatkan agar diskusi dilaksanakan dengan penuh kesadaran serta menghindari hal-hal yang membawa akibat negatif. Peserta didik hendaknya membiasakan diri senang membeli kitab, sebab hal itu akan bisa memudahkan ia belajar dan menelaah pelajarannya. Oleh karena itu, hendaknya peserta didik berusaha sedapat mungkin menyisihkan uang sakunya untuk membeli kitab. Menurut al-Zarnuji peserta didik di masa dahulu belajar bekerja dulu, baru kemudian belajar, sehingga tidak tamak kepada harta orang lain.Tawakkal Kepada Allah SWT dalam belajar, peserta didik harus tawakkal kepada Allah SWT dan tidak tergoda oleh urusan rezeki. Peserta didik hendaknya tidak digelisahkan oleh urusan duniawi,karena kegelisahan tidak bisa mengelakkan musibah, bahkan membahayakan hati, akal, badan dan merusak perbuatan-perbuatan yang baik. Oleh karena itu, hendaknya peserta didik berusaha untuk mengurangi urusan duniawi. Peserta didik hendaknya bersabar dalam perjalanannya mempelajari ilmu. Perlu disadari bahwa perjalanan mempelajari Ilmu itu tidak akan terlepas dari kesulitan, sebab mempelajari ilmu merupakan suatu perbuatan yang menurut kebanyakan ulama lebih utama dari pada berperang membela agama Allah. Siapa yang bersabar menghadapi kesulitan dalam mempelajari ilmu, maka Ia akan merasakan lezatnya ilmu melebihi segala kelezatan yang ada di dunia.

Pintar Memanfaatkan Waktu Belajar

Masa belajar adalah semenjak dari buaian hingga masuk liang lahat. Adapun masa yang cemerlang untuk belajar adalah awal masa muda. Belajar dilakukan pada waktu sahur dan waktu antara maghrib dan isya, namun sebaiknya peserta didik memanfaatkan seluruh waktunya untuk belajar. Bila telah merasa bosan mempelajari suatu ilmu hendaknya mempelajari ilmu yang lain.

Kasih Sayang Dan Memberi Nasehat

Orang alim hendaknya memiliki rasa kasih sayang, mau memberi nasehat dan jangan berbuat dengki. Peserta didik hendaknya selalu berusaha menghiasi dirinya dengan akhlak mulia, dengan demikian orang yang benci akan luluh sendiri. Jangan berburuk sangka dan melibatkan diri dalam permusuhan, sebab hal itu hanya menghabiskan waktu serta membuka aib sendiri.

Mengambil pelajaran

Peserta didik hendaknya memanfaatkan semua kesempatannya untuk belajar, hingga dapat mencapai keutamaan. Caranya dengan menyediakan alat tulis disetiap saat untuk mencatat hal-hal ilmiah yang diperolehnya. Al-Zarnuji mengingatkan bahwa umur itu pendek dan ilmu itu banyak. Oleh karena itu peserta didik jangan sampai menyianyiakan waktunya, hendaklah ia selalu memanfaatkan waktu-waktu malamnya dan saatsaat yang sepi. Di samping itu peserta didik hendaknya berani menderita dan mampu menundukkan hawa nafsunya.

Wara’ (menjaga diri dari yang syubhat dan haram) pada masa belajar

Di waktu belajar hendaknya peserta didik berlaku wara’, sebab dengan begitu ilmunya akan lebih bermanfaat, lebih besar faedahnya dan belajarpun lebih mudah.Sedangkan yang termasuk perbuatan wara’ antara lain menjaga diri dari terlalu kenyang, terlalu banyak tidur dan terlalu banyak membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat. Selain itu, jangan sampai mengabaikan adab kesopanan dan perbuatan-perbuatan sunah. Peserta didik juga hendaknya memperbanyak salat dan melaksanakannya secara kusyuk, sebab hal itu akan membantunya dalam mencapai keberhasilan studinya. Dalam hal ini alZarnuji juga mengingatkan kembali agar peserta didik selalu membawa buku untuk dipelajari dan alat tulis untuk mencatat segala pengetahuan yang didapatkannya. Ada ungkapan bahwa barang siapa tidak ada buku di sakunya maka tidak ada hikmah dalam hatinya.

Penyebab Hafal Dan Lupa

Upaya untuk memperkuat hafalan adalah melalui kesungguhan, kontinu,  mengurangi makan, melaksanakan salat malam, membaca al-Quran, banyak membaca salawat Nabi dan berdoa sewaktu mengambil buku serta seusai menulis. Adapun  penyebab mudah lupa antara lain perbuatan maksiat, banyak dosa, gelisah karena urusan-urusan duniawi dan terlalu sibuk dengan urusan-urusan duniawi, juga harus memilliki sifat tawdhu sebagaimana syair yang ditulis oleh al-Zarnuji :

 ان التواضـع من خصـال المتـقى وبه التــقى الى المعالى يرتقى

 ومن االعجائب عجب من هو جاهل فى حاله اهو السعيد ام الشقى

Rendah hati adalah sikap orang yang bertakwa dan kelak ia akan mendapatkan derajat yang tinggi.Sungguh mengherankan orang yang tak tahu apakah ia orang yang berbahagia atau tercela.

Masalah Rezeki Dan Umur

Peserta didik perlu mengetahui hal-hal yang bisa menambah rizki, umur dan lebih sehat, sehingga dapat mencurahkan segala kemampuannya untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Bangun pagi-pagi itu diberkahi dan membawa berbagai macam kenikmatan, khususnya rezeki. Banyak bersedekah juga bisa menambah rizki. Adapun penyebab yang paling kuat untuk memperoleh rezeki adalah salat dengan ta’zhim, khusyu’ sempurna rukun, wajib, sunnah dan adatnya. Di antara faktor penyebab tambah umur adalah berbuat kebajikan, tidak menyakiti orang lain, bersilaturrahim dan lain sebagainya.

Terlalu berlebihan dalam membelanjakan harta, bermalas-malasan, menunda-nunda dan mudah menyepelekan suatu perkara, semua itu bisa mendatangkan kefakiran seseorang. Menurut al-Zarnuji, peserta didik juga harus belajar ilmu kesehatan dan dapat memanfaatkannya dalam menjaga kesehatan dirinya. Demikianlah deskripsi isi kitab Ta’lim al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum karya al-Zarnuji. Dia menulis kitab ini, karena di masanya dia mengetahui banyak peserta didik yang telah belajar dengan sungguh-sungguh, tetapi tidak bisa menyiarkannya. Menurut al-Zarnuji hal tersebut dikarenakan mereka salah jalan dan meninggalkan syarat-syarat yang seharusnya mereka penuhi. Oleh karena itu, dia menulis kitab Ta’lim al-Muta’allim Thuruq alTa’allum dengan maksud untuk menjelaskan kepada para peserta didik tentang cara yang seharusnya mereka tempuh agar tidak salah jalan, sehingga studi yang ditempuhnya bisa berhasil secara optimal dan bermanfaat.

Kesimpulan

Dalam konsep etika belajar mengajar, yaitu adanya keterlibatan secara menyeluruh pada diri manusia baik fisik maupun psikis. Hal ini melibatkan beberapa unsur yang kemudian dengannya akan tampak kemajuan pada diri manusia baik dirinya secara pribadi, orang lain, maupun lingkungan. Akhlak merupakan unsur psikis yang tidak boleh di hilangkan, karena akhlak akan berdampak pada perilaku keseharian anak  didik. Unsur yang lain adalah akal dan hati, rohani dan jasmani, keseluruhannya menempatkan diri pada porsinya. Keseluruhannya menjadi penting untuk dikembangkan dan mendapatkan penanganan yang serius dari pendidik (guru). agar seluruh aspek fisik maupun psikis peserta didik dapat dioptimalisaikan, maka konsepsi etika menuntut ilmu yang ditawarkan oleh Syekh al-Zarnuji bisa menjadi solusi. Memang tidak semuanya dapat diterapkan dan kondusif dalam konteks kehidupan zaman sekarang, seperti larangan berbicara banyak dalam konteks pembelajaran, padahal konsep pembelajaran modern menuntut peserta didik untuk banyak berbicara, baik dalam rangka mengemukakan pendapat, menyanggah pendapat, mengkritik suatu pengetahuan  dan lain sebagainya. Namun demikian, untuk sebagai besar, etika peserta didik yang dikemukakan oleh Syekh al-Zarnuji, masih tetap relevan dan dapat diaplikasikan dalam Konteks pembelajaran dewasa ini. Di antara sekian banyak anjuran al-zarnuji yang dapat Diaplikasikan, misalnya, anjuran imam al-zarnuji agar siswa senantiasa tekun, sungguhsungguh, banyak beribadah, memelihara sopan santun, tidak cepat menyerah dan lain sebagainya. Konsepsi teoritis tentang etika dalam kitab Ta’lim muta’allim Thariqa alTa’allumi karya Syekh al-Zarnuji, paling tidak menjadi referensi tambahan bagi pendidik dalam melakukan aktivitas pendidikan khususnya pendidikan Islam. Beberapa petunjuk etika dan akhlak bagi para penuntut ilmu (peserta didik) dalam melakukan aktivitas belajar-mengajar. Pertama, anjuran untuk selalu belajar; Kedua, kewajiban mempelajari dan mengamalkan akhlak terpuji dan menjauhi yang tercela; Ketiga, larangan mempelajari ilmu perdukunan; Keempat, menguatkan atau membulatkan niat dalam menuntut ilmu; Kelima, memiliki sifat tawadhu; Keenam, harus pintar dalam memilih guru; Ketujuh, harus cerdas dalam memilih jenis ilmu; Kedelapan, harus saling menasehati kepada para sesama penuntut ilmu.

Daftar Pustka

Ali, Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.Ali, Zainuddin, PendidikanAgama Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.

Al-Rifa‟I, Muhammad Nasib, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4, Cet. 1. Jakarta: Gema Insani Press,2000.

Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Az-Zarnuji, Syeikh Pedoman Belajar Bagi Penuntut Ilmu Secara islami, cetakan ke -1. Surabaya: Menara Suci, 2008.

Basuki dan M. Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan. Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2007.

Bertens, K., filsafat Barat Abad XX, Jilid II. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1985. Dahlan, Pendidikan Islam. Bandung; Pustaka Abadi, 2004.

Darwis, Djamaluddin, Dinamika Pendidikan Islam: Sejarah Ragam dan Kelembagaan. Semarang: RaSAIL, 2006. Fakhry, Majid, Sejarah Filsafat Islam: Sebuah Peta Kronologis. Bandung : Mizan, 2001.

Muchtar, Heri Jauhari Fikih Pendidikan, Cet. 2. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.

Muchsin, Bashori dan Abdul Wahid, Pendidikan Islam Kontemporer. Bandung: PT. Refika Aditama. 2009.Mustofa, H.A., Filsafat Islam. Bandung : Pustaka Setia, 1997.

Muzaki, Ahmad Teori Pendidikan Islam. Bandung: Ganesha, 1999.Nasution, Hasyimsyah Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999.Saihu, “Pendidikan Sosial Yang Terkandung Dalam Surat At-Taubah Ayat 71-72”, Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, VOL: 09/NO: 01 (2020): 127-147.1Sholeh, Ahmad, Konsep Pembelajaran Islam. Surakarta; CV. Permata, 2007.Sjarkawi. Pembuatan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara. 2011.

Sudarsono, Filsafat Islam. Jakarta : Rineka Cipta, 1997. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: PT Alfabeta, 2008.Syarif, M. M., Para Filosof Muslim. Jakarta : Mizan, 1993.

Veeger, K. J., Realitas Sosial. Refleksi Filsafat sosial atas hubungan individu-individu Masyarakat dalam cakrawala sejarah sosial. Jakarta, Gramedia, 1985.

 

 Nama : Sabarudin

·         Nim    : 602221010020

·         Program studi : MANAJEMEN PENDIDIKAN   ISLAM

·         Matkul : Ta’alim muta’alim

·         Dosen pengampu : Dr.Nurkomariah.M.Pd.I

 

Posting Komentar untuk "Rahasia Sukses dalam Menuntut Ilmu "