Hakikat Tawakal
Pengertian Tawakal
Menurut Al-Harawi dalam Manazilu
An-Sa’iri, tawakal merupakan tingkatan spiritualitas yang sulit dicapai
oleh orang awam, tapi mudah diraih oleh insan pilihan. Tawakal adalah
meyerahkan urusan kepada yang berkuasa menanganinya dengan kepercayaan yang
utuh, maksudnya ialah menyerahkan seluruh perkara kepada Allah, bersandar
kepada kekuasaan-Nya dalam mengatur siklus alam semesta,mendahulukan
perbuatan-Nya ketimbang perbuatan kita, dan mengutamakan kehendak-Nya di atas
kehendak kita.
Tawakal juga berarti penyandaran
hati kepada Allah dengan mempercayai-Nya sepenuhnya, serta kasadaran hati untuk
melarikan diri dari pengawasan kekuatan dan sumber manapun. Tawakal adalah titik permulaan dari
berbagai hal yang khusus berhubungan dengan perintah atau perjalanan ruhani,
dengan menyandarkan diri kepada Allah dan bersikap penuh (tsiqoh) kepada-Nya,
kemudian dilanjutkan dengan menetapkan hati dalam kawasan keberlepasan diri
dari segala bentuk kekuatan dan daya manusia.
Artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”(Ali Imran (3): 159).
Artinya :
Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.(Al-Maidah (5): 23).
Semua perintah dalam bertawakkal, biasanya selalu didahului oleh perintah
melakukan sesuatu.
Firman Allah
SWT :
إِذْ هَمَّت طَّائِفَتَانِ مِنكُمْ أَن تَفْشَلَا وَٱللَّهُ
وَلِيُّهُمَا وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ
Artinya;“Ketika dua golongan dari pihak kamu ingin (mundur) karena
takut, padahal Allah adalah penolong mereka. Karena itu, hendaklah kepada Allah
saja orang-orang mukmin bertawakal.”(QS. Ali Imron 3: 122)
Asbabun Nuzul QS. Ali Imran ayat 122
Ayat ini dan
beberapa ayat berikutnya diturunkan berhubungan dengan perang uhud (Syawal 3 H)
Pada perang badar (Ramadhan 2 H) Kaum musyrikin menderita kekalahan total dan
banyak pemimpin mereka yang mati sehingga mereka terpaksa kembali ke makkah
dalam keadaan yang menyedihkan dan sangat memalukan, tetapi mereka tidak
tinggal diam dengan pimpinan Abu Sufyan dan orang-orang terkemuka dikalangan
kaum Quraisy, mereka menyiapkan kekuatan yang lebih besar untuk membalas
kekalahan mereka pada perang badar. Akhirnya mereka dapat mengumpulkan tiga brigade dan brigade
terbesar terdiri dari 3000 orang terbagi atas 700 orang tentara berbaju besi,
200 orang tentara berkuda dan selebihnya tentara biasa dengan persenjataan yang
lengkap. Disamping itu mereka membawa pula beberapa orang perempuan untuk membangkitkan semangat
bertempur dikalangan mereka, dipimpin Hindun istri Abu Sufyan sendiri.
Pada mulanya Rasulullah ingin
bertahan saja di madinah, tetapi kebanyakan para sahabat berpendapat bahwa
sebaliknya kaum muslimin menghadapi serangan kaum musyrikin itu diluar kota
Akhirnya Rasulullah menerima pendapat mereka dan keluarlah beliau memimpin 1000
orang tentara untu menghadapi lebih dari 3000 tentara kaum musyrikin yang
berkobar-kobar semangatnya.di tengah jalan atas hasutan Abdullah bin Ubay bin
Salul, 300 orang tidak ikut berperang dan kembali ke Madinah sehingga mereka
yang tinggal hanya 700 orang, di antara 100 orang berbaju besi dan 2 orang
berkuda.
Rasulullah memilih tempat dikaki
bukit Uhud dan menyiapkan 50 orang pemanah di atas bukit itu serta
memerintahkan agar mereka jangan meninnggalkan tempat walau dalam keadaan
bagaimanapun. Kewajiban mereka memanah pasukan kuda musuh yang hendak maju
menyerang Karena kuda tidak tahan terhadap tusukan panah. Demikianlah tentara
yang hanya nerjumlah 700 orang itu Rasulullah ditempatkan pada tempat-tempat
yang strategis untuk menghadapi musuh yang jauh lebih besar dengan persenjataan
lengkap.
Tafsir QS. Ali Imron ayat 122
Ayat
ini masih lanjutan uraian tentang apa yang diperintahkan oleh ayat sebelumnya
untuk direnungkan. Uraian ayat ini masih berkisar pada peristiwa yang terjadi
sebelum berkecamuknya perang. Hanya saja, dalam ayat ini mitra bicara ditujukan
kepada seluruh kaum muslimin, berbeda dengan ayat yang lalu yang hanya
ditujukan kepada Nabi Muhammad saw. Ketika itu, ada dua golongan dari (pasukan)
kamu, yaitu Bani Salamah yang merupakan segolongan dari suku Khazraj dan Bani
Haritsah dari suku Aus, yang terbesik dalam pikirannya untuk menggagalkan niatnya
berperang karena takut mati setelah mengetahui bahwa sepertiga pasukan yang
dipimpin oleh petinggi orang munafik,
Abdullah Bin Ubay, telah meninggalkan medan perang, padahal Allah adalah
penolong bagi dua golongan itu, karena keduanya terdiri dari orang-orang yang
beriman dan apa yang terbetik dalam pikiran mereka itu sangat manusiawi
sehingga Allah mentoleransinya. Allah akan menolong siapa saja yang beriman,karena
itu hendaklah kepada Allah SWT saja orang-orang mukmin bertwakal, tidak
kepada selain-Nya, tidak juga kepada perlengkapan dan personil, apalagi kalau
personil itu terdiridari orang-orang munafik.
Penggalan terakhir ayat ini, menurut Al Biqa’I , lebih baik dipahami mengandung pesan sebagai berikut: Allah adalah penolong bagi kudua golongan itu, karena mereka beriman dan berserah diri kepada-Nya, dan bukannya kehendak mundur itu bersumber dari tekad mereka. Mereka bahkan menjadikan Allah sebagai penolong dan berserah diri kepada-Nya, guna mengukuhkan kamu dan menghindarkan kelemahan atasmu, karena itulah hendaklah semua kaum mukminin percaya dan berserah diri kepada-Nya agar mereka semua pun memperoleh pertolongan-Nya.
Agaknya
makna inilah-yang merupakan pujian buat mereka- yang menjadikan kedua golongan
itu merasa berbahagia dengan turunnya ayat ini, karena dengan tegas ayat ini
menyatakan bahwa Allah swt Adalah penolong mereka. Demikian diriwayatkan oleh
Imam Bukhori.
Ada
juga ulama yang memahami firman-Nya: padahal Allah adalah penolong bagi
kedua golongan itu, merupakan kecaman bagi kedua golongan itu. Mereka
dikecam karena bermaksud meninggalkan medan perang, padahal seharusnya mereka
tahu persis bahwa Allah akan membantu orang-orang mukmin dan tentu saja
membantu mereka juga kalau mereka benar-benar mukmin.
Oleh rasulullah
SAW dalam salah satu sabdanya sebagai berikut :
عَنْ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَلَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ
اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : لَوْأَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ
عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكَّلِهِ لَرَزَ قَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُوْ
خِمَا صًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا
“Umar r.a. berkata : “Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Andaikan kamu bertawakkal (menyerah) kepada Allah dengan sungguh-sungguh, niscaya Allah akan memberi rizky kepadamu sebagaimana burung yang keluar pagi dengan perut kosong (lapar) dan kembali pada senja hari dalam keadaan sudah kenyang”. (HR. Turmudzi)
Derajat-derajat
Tawakal
Pertama, keyakinannya kepada Allah seperti
keyakinannya kepada wakil yang telah dikenal kebenarannya, kejujurannya,
perhatian, petunjuk dan kasih sayangnya.
Kedua, keadaanya terhadap Allah SWT seperti keadaan anak kecil
kepada ibunya. Ia tidak mengenal selain ibunya dan segala urusan hanya
mengandalkannya. Ia adalah pikiran pertama yang terlintas dihatinya. Kedudukan
ini menuntut manusia untuk tidak berdoa dan tidak memohon kepada selain Allah
SWT. Kerena percaya pada kemurahan-Nya dan kasih sayang-Nya.
Ketiga, seperti pucatnya orang sakit, yang
bisa terus berlangsung dan terkadang lenyap. Jika engkau katakan apakah hamba
boleh berencana dan mengandalkan sebab-sebab.
Maka ketahuilah bahwa kedudukan ketiga menolak
perencanaan secara berlangsung selama ia tetap dalam keadaan itu. Kedudukan
kedua menolak perencanaan, kecuali dari segi pengandalan kepada allah SWT
dengan berdoa dan merengek seperti anak kecil yang hanya memanggil ibunya.
Manfaat Tawakal
Setelah kami jelaskan kedudukan tawakal, kami merasa
senang untuk menunjukkan sebagian buah yang agung yang bisa dipetik oleh orang
yang bertawakal setelah berhasil mewujudkan maqam ‘kedudukan yang sangat tinggi
dan mulia ini. Hal terpenting diantaranya adalah : 1. Mewujudkan iman. 2. Ketenangan jiwa dan rehat
hati.
3. Kecukupan dari Allah segala kebutuhan orang yang bertawakal. 4. Sebab terkuat dalam
mendatangkan berbagai manfaat dan menolak berbagai mudlarat. 5. Mewariskan cinta Allah
kepada sang hamba.
6. Mewariskan kekuatan hati, keberanian, keteguhan dan menantang para musuh. 7. Mewariskan kesabaran,
ketahanan, kemenangan dan kekokohan. 8.Mewariskan rezeki, rasa ridha dan memelihara dari
kekuasaan syetan.
9. Sebab masuk
surga tanpa hisab dan tanpa adzab.
Contoh Prilaku Tawakkal/ Ciri-ciri orang yang tawakal
Orang yang
bertawakkal kepada Swt akan berprilaku antara lain : 1. Selalu bersyukur apabila mendapat nikmat dan bersabar jika belum atau tidak
tercapai apa yang diinginkannya. 2. Tidak pernah berkeluh kesah dan gelisah. 3. Tidak meninggalkan usaha dan ikhtiar untuk mencapai sesuatu. 4.
Menyerahkan dirinya atas semua keptusan kepada Allah Swt
setelah melakukan usaha dan ikhtiar secara sempurna. 5. Menerima segala ketentuan Allah dengan rido terhadap diri dan keadaannya. 6. Berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain.
Dan sebagai tanda tawakal kita kepada Allah, kita yakin bahwa segala
sesuatu yang datang pada diri kita, adalah yang terbaik bagi kita. Tiada
keraguan sedikit pun di dalam hati, apabila mempunyai perasaan untuk
menghindarinya, segala sesuatu yang menimpa kita. Meskipun hal itu terasa pait
dan pedih bagi kita, kalau hal itu datang dari-Nya, tentulah hal itu yang
terbaik bagi kita. Inilah bentuk tawakal sesungguhnya.
Barang siapa brtawakal kepada Allah maka Allah akan
mencukupinya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duga. Allah Maha
Kuasa untuk mengirimkan bantuan kepada hamba-hamba-Nya dengan berbagai cara,
termasuk cara yang bagi manusia tidak masuk akal. Allah adalah satu-satunya
tempat mengadu saat kita susah. Allah senantiasa mendengar pengaduan
hamba-hamba-Nya. Dalam banyak hal, peristiwa-peristiwa di alam ini masih dalam
koridor sunnatulah.
Kesimpulan
Tawakal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah bahwa hanya Allah yang menciptakan dan mengatur segala-galanya. Tawakkal kepada Allah bukan hanya berarti penyerahan diri secara mutlaq kepada Allah, melainkan penyerahan diri yang harus didahului dengan ikhtiar secara maksimal. Derajat-derajat Tawakal ada tiga yaitu pertama keyakinannya kepada Allah seperti keyakinannya kepada wakil yang telah dikenal kebenarannya, kejujurannya, perhatian, petunjuk dan kasih sayangnya. Yang kedua keadaanya terhadap Allah SWT seperti keadaan anak kecil kepada ibunya. Yang ketiga, seperti pucatnya orang sakit. Manfaat bertawakal yaitu, mewujudkan iman, memperoleh ketenangan jiwa dan rehat hati, kesabaran, ketahanan, kemenangan dan kekokoha, akan selalu merasa cukup atas segala kebutuhan, mendatangkan berbagai manfaat dan menolak berbagai mudlarat, mewariskan cinta Allah kepada sang hamba, mewariskan kekuatan hati, keberanian, keteguhan dan menantang para musuh, memperoleh rezeki, memelihara dari kekuasaan syetan, dan masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Macam-macam tawakal ada dua yaitu, tawakal kepada Allah dan tawakal kepada selain Allah. Ciri-ciri orang yang bertawakal yaitu, selalu bersyukur apabila mendapat nikmat dan bersabar jika belum atau tidak tercapai apa yang diinginkannya, tidak pernah berkeluh kesah dan gelisah, tidak meninggalkan usaha dan ikhtiar, menyerahkan dirinya atas semua keptusan kepada Allah Swt setelah melakukan usaha dan ikhtiar secara sempurna, menerima segala ketentuan Allah dengan rido terhadap diri dan keadaannya dan berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain.
Daftar Putaka
Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid II (Jakarta: Penerbit Lentera Abadi, 2010), 34-35
Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur-‘an (Jakarta:
AMZAH, 2006) Hlm. 293-294
Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji(2006), At-Tawakkal Alallah Ta’al,
Jakarta : PT Darul
Falah.
Abu Bakar Jabir Al-Zairi (2014), Minhajul Muslim, Jakarta :PustakaArafah.
Imam Ghazali (2004), Ihya’ Ulumuddin,Surabaya: Bintang Usaha Jaya.
Khasanah Islam, Klasik, Terapi
Tawakal Oleh 10 Ulama Klasik Psikologi (Ahsan Books,2011), 15.
LabibMz (2004), Memahami Ajaran Tasawuf, Surabaya
:Bintang Usaha.
Labib Mz, Rahasia Kehidupan Orang Sufi, Memahami
Ajaran Thoriqot & Tashowwuf (Surabaya: Bintang Usaha Jaya), 54
Muhammad Fethullah Gulen, Tasawuf
Untuk Kita Semua : Menepaki Bukit-Bukit Zamrut Kalbu Melalui Istilah-Istilah
Dalam Sufisme (Jakarta:Republika Penerbit,2014), 135.
Quraish Shihab, Tafsir
Al-Misbah: Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an Vol.2 (Penerbit Lentera
Hati, 2000), 190-191
Supriyanto, Tawakal
Bukan Pasrah (Jakarta : QultumMedia, 2010), 98-99
Imam Ghazali, 2004. Ihya’
Ulumuddin Surabaya: Bintang Usaha Jaya
Khasanah Islam, Klasik, Terapi
Tawakal Oleh 10 Ulama Klasik Psikologi (Ahsan Books,2011), 15.
Labib Mz, Rahasia Kehidupan Orang
Sufi, Memahami Ajaran Thoriqot & Tashowwuf. Surabaya: Bintang Usaha
Jaya
Muhammad Fethullah Gulen, Tasawuf
Untuk Kita Semua : Menepaki
Author: Ria Wulan Safitri/MPI. SMT 1/
Posting Komentar untuk "Hakikat Tawakal "