Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Metode Menghafal

Pendahuluan 

Hal-hal yang dapat menguatkan hafalan ialah tekun atau rajin belajar, aktif mengurangi makan, salat malam dan membaca Al-Qur'an. Dikatakan, "Tidak ada yang lebih menambah kuatnya hafalan melebihi daripada membaca Al-Qur'an dan melihat pada mushaf." Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW., "Amalan umatku adalah membaca Al-Qur'an dengan melihat." Syaddad bin Hakim pernah mimpi bertemu arwah sebagian temannya yang telah wafat, lalu dia bertanya, "Apakah yang kamu jumpai yang paling berguna?" Temannya menjawab, "Membaca Al-Qur'an dengan melihat." Santri kalau mengangkat kitab hendaknya membaca doa, "Dengan menyebut nama Allah, Maha Suci Allah. Segala puji hanya bagi Allah. Allah Maha Besar. Tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan dari Allah Yang Maha Luhur dan Agung. Maha Perkasa, Maha Mulia. Sebanyak jumlah huruf yang ditulis dan yang akan ditulis sepanjang masa." Dan setiap habis salat fardhu hendaknya berdoa, "Aku beriman kepada Allah Yang Maha Tunggal, Maha Esa, Allah Yang Hak tiada sekutu baginya dan aku tidak percaya kepada Tuhan selain Allah."

Santri harus banyak membaca salawat atas Nabi Muhammad SAW. Karena beliau adalah sebagai pembawa rahmat kepada alam semesta. Imam Syafi'i berkata, "Kuadukan buruknya hafalanku kepada Waki'. Lalu beliau menyuruhku meninggalkan maksiat. Sesungguhnya kuatnya hafalan itu merupakan keutamaan yang diberikan oleh Allah, dan kuatnya hafalan itu tidak diberikan kepada orang yang sering berbuat maksiat."

Makan kundar (kemenyan) dicampur madu, dan makan dua puluh satu anggur merah setiap pagi sebelum makan apa-apa, juga dapat menguatkan hafalan, dan dapat menyembuhkan macam-macam penyakit. Dan apa saja yang dapat mengurangi dahak, bisa menguatkan hafalan. Dan apa yang menambah dahak itu menyebabkan lemahnya hafalan. Adapun yang dapat merusak hafalan adalah banyak berbuat maksiat, banyak dosa, banyak susah, prihatin memikirkan urusan harta, dan terlalu banyak kerja. Telah disebutkan pada pasal yang lalu bahwa orang yang berilmu tidak perlu pusing dengan urusan dunia. Karena hal itu membahayakan dan tidak berguna. Orang yang cemas dengan urusan dunia biasanya karena hatinya gelap. Orang yang selalu memikirkan urusan akhirat, hatinya bercahaya. Hal itu pengaruhnya akan terlihat di dalam salatnya. Cemas dengan urusan dunia bisa menghalangi seseorang untuk berbuat baik. Sedang memikirkan urusan akhirat justru mendorong untuk beramal baik.

Mengerjakan salat dengan khusyu' dan menyibukkan diri untuk mencari ilmu dapat menghilangkan penderitaan dan kesusahan. Sebagaimana dikatakan Syaikh Nashr bin Hasan Al Marghinani kepada dirinya, "Mohonlah pertolongan wahai Nashr bin Hasan, di dalam setiap pengetahuan yang masih tersembunyi, itulah yang dapat mengusir gelisah, sedang selainnya tidak dapat dipercaya."

Syaikh Najmuddin Umar bin Muhammad Nasafi juga mengalunkan beberapa baik syair untuk menyinggung budak Ummu Walad miliknya: "Salam, buat orang yang memikatku dengan kecantikannya, dan mengkilatkan kedua pipinya, serta melirikkan matanya. Aku telah tertawan dan tergoda oleh seorang gadis yang manis. Akal pun bingung untuk mensifati pribadi orang itu. Tapi aku berkata, Tinggalkanlah aku dan maafkanlah aku. Karena aku telah terbuai atau sibuk menuntut ilmu dan mendalaminya."

Hal-hal yang menyebabkan cepat lupa ialah makan ketumbar basah, makan apel yang kecut, melihat orang yang dipancung, membaca tulisan di kuburan, melewati barisan unta, membuang ketombe hidup di tanah dan catuk (melukai di bagian tengkuk kepala untuk menghilangkan rasa pusing) di bagian liang tengkuk. Maka santri hendaknya meninggalkan semua itu karena bisa menyebabkan lupa. Orang-orang Islam dahulu sangat menghargai ingatan yang kuat dan menganggap pengembangan ingatan untuk menghafal sebagai salah satu tujuan pendidikan (Ahmad Tafsir: 1995). Mereka terdiri dari ulama-ulama Hadits dan ulama-ulama fiqih. Akhir-akhir ini muncul pandangan atau paradigma yang menyatakan bahwa era metode hafalan telah berakhir dan harus digantikan oleh metode yang lebih maju, yaitu metode pemahaman. Metode hafalan lebih disamakan dengan metode yang sudah kuno, out of date, tak memiliki nilai kreativitas, dan hanya dengan metode pemahaman lah proses belajar akan lebih bermakna. Namun disini dalam mempelajari al Qur’an Hadits, metode menghafal sangat diperlukan. Metode ini tidak hanya memfokuskan pada membaca saja, akan tetapi melibatkan para murid dalam kegiatan membaca, menelaah, dan menghafal al Qur’an Hadits baik secara keseluruhan maupun sebagian surat atau ayat saja. Sebenarnya untuk menguasai tugas-tugas yang diberikan yaitu menghafal al-Qur’an Hadits adalah mudah, akan tetapi mudah pula untuk lupa. Oleh karena itu, ketekunan dan keuletan sangat diperlukan. Hal ini tentunya merupakan salah satu contoh kendala tersendiri yang memerlukan penyelesaian yang tentunya tidak semudah membalikkan tangan. Sehingga, penulis tertarik untuk menulis pembahasan tentang metode menghafal dalam pembelajaran PAI khususnya Al-Qur’an Hadits MTs-MA. (Ahmad Tafsir: 1995)

Pengertian Metode Menghafal

Metode berasal dari kata method dalam bahasa Inggris yang berarti cara. Metode adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.[[1]]  Selain itu Zuhairi juga mengungkapkan bahwa metode berasal dari bahasa Yunani (Greeka) yaitu dari kata “metha” dan “hodos”. Metha berarti melalui atau melewati, sedangkan kata hodos berarti jalan atau cara yang harus dilalui atau dilewati untuk mencapai tujuan tertentu (Zuhairi: 1993)

Kata menghafal juga berasal dari kata  حفظا – يحفظ – حفظ yang berarti menjaga, memelihara dan melindungi.(Muhammad Yunus:1990) Dalam kamus Bahasa Indonesia kata menghafal berasal dari kata hafal yang artinya telah masuk dalam ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapat awalan me- menjadi menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat(Desy Anwar:2003). Kata menghafal dapat disebut juga sebagai memori. Dimana apabila mempelajarinya maka membawa seseorang pada psikologi kognitif, terutama bagi manusia sebagai pengolah informasi. Secara singkat memori melewati tiga proses yaitu perekaman, penyimpanan dan pemanggilan.(Jalaluddin Rakhmat:2005) Metode hafalan (makhfudzat) adalah suatu teknik yang digunakan oleh seorang pendidik dengan menyerukan peserta didiknya untuk menghafalkan sejumlah kata-kata (mufradat) atau kalimat-kalimat maupun kaidah-kaidah(Abdul Mujib:2006).

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode dapat diartikan sebagai cara yang tepat dan cepat dalam pengajaran. Faktor metode tidak boleh diabaikan begitu saja, karena metode di sini akan berpengaruh pada tujuan pengajaran. Jadi, metode menghafal adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan kegiatan belajar mengajar pada bidang pelajaran dengan menerapkan menghafal yakni mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain dalam pengajaran pelajaran tersebut.

Tujuan metode  ini adalah agar peserta didik mampu mengingat pelajaran yang diketahui serta melatih daya kognisi, ingatan, dan imajinasi.

Persiapan Dalam Menghafal Al-Qur’an

Setiap orang yang ingin menghafal Al-Qur’an harus mempunyai persiapan yang matang agar proses hafalan dapat berjalan dengan baik dan benar. Selain itu, persiapan ini merupakan syarat yang harus dipenuhi supaya hafalan yang dilakukan bisa memperoleh hasil yang maksimal dan memuaskan. Beberapa persiapan atau syaratsyarat yang harus dilakukan antara lain sebagai berikut :

Niat yang ikhlas

Bagi seorang calon penghafal atau yang sedang dalam proses menghafalkan Al-Qur’an , wajib melandasi hafalannya dengan niat yang ikhlas, matang, serta memantapkan keinginannya tanpa adanya paksaan dari orang tua atau karena hal lain. Sebab, jika si penghafal tersebut mendapat paksaan dari orang tua, maka tidak akan ada kesadaran dan rasa tanggung jawab dalam menghafal Al-Qur’an.

Meminta Izin kepada Orang Tua atau Suami

Semua anak yang hendak mencari ilmu atau menghafalkan AlQur’an , sebaiknya telebih dahulu meminta izin kepada kedua orang tua dan kepada sang suami (bagi wanita yang sudah menikah). Sebab, hal itu akan menentukan dan membantu keberhasilan dalam meraih cita-cita untuk menghafalkan Al-Qur’an . Tujuannya apabila mengalami hambatan dan permasalahan saat proses menghafal Al-Qur’an , maka akan mendapatkan motivasi dan doa dari mereka.

Mempunyai Tekad yang Besar dan Kuat

Seseorang yang hendak menghafalkan Al-Qur’an wajib mempunyai tekad atau kemauan yang besar dan kuat. Hal ini akan sangat membantu kesuksesan dalam menghafalkan Al-Qur’an . Dengan adanya tekad yang besar, kuat, dan terus berusaha semua ujian akan bisa dilalui dan dihadapi dengan penuh rasa sabar.

Istiqamah

Sikap disiplin atau istiqamah merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap penghafal Al-Qur’an , baik mengenai waktu menghafal, tempat yang biasa digunakan buat menghafal Al- Qur’an maupun terhadap materi-materi yang dihafal.

C.  Kelebihan dan Kelebihan Penggunaan Metode Hafalan dalam Pembelajaran

Penerapan metode menghafal pada kegiatan belajar mengajar tentu tidak lepas dari aspek kelebihan dan kekurangan dari metode tersebut. Namun, kedua aspek tersebut dapat diperhitungkan sejak awal oleh guru. Jika dilihat dari sifat maupun bentuknya, metode menghafal bisa dikategorikan sebagai pekerjaan rumah yang sering disebut sebagai metode resitasi, hal ini berdasarkan waktu pelaksanaan menghafal ini dimana siswa menghafalkan di luar jam pengajaran di kelas ataupun di dalam kelas.

Metode menghafal mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan dari metode menghafal adalah: (1) Menumbuhkan minat baca siswa dan lebih giat dalam belajar. (2) Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak akan mudah hilang karena sudah dihafalnya. (3) Siswa berkesempatan untuk memupuk perkembangan dan keberanian, bertanggung jawab serta mandiri.(Armei Arif:2001) (4) Membangkitkan rasa percaya diri. (6) Belajar dengan cara menghafal adalah sederhana dan mudah. Sebagai solusi ketika terjadi kecemasan atau perasaan tidak mampu menguasai dalam memahami materi pelajaran, dapat mencoba dikuasai dengan menghafalkannya.(Nana Syaoddih Sukmadinata:2003)

Selain memiliki kelebihan, metode menghafal juga mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut yaitu: (1) Pola pikir seseorang cenderung statis karena hanya mengetahui apa yang dihafalnya saja. (2) Tidak dapat berargumen menurut pemahamannya sendiri. Karena argumen yang ia sampaikan di sekolahnya hanya dari hasil menghafal materi pelajaran. (3) Kesulitan menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasannya. karena tidak terbiasa. (4) Terkadang menghafal hanya bersifat sementara di otak. Karena biasanya ingatannya hanya digunakan dan diperlukan ketika akan menghadapi ulangan saja. Setelah itu terabaikan. (5) Menghafal materi yang sukar dapat mempengaruhi ketenangan mental. (6) Kurang tepat diberikan kepada siswa yang mempunyai latar belakang berbeda-beda dan membutuhkan perhatian yang lebih. Adapun beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan atau kekurangan dalam menerapkan metode menghafal, yaitu: (1) Apa saja yang akan  dihafalkan oleh siswa sebaiknya terlebih dahulu dijelaskan dan diterangkan oleh guru sehingga siswa benar-benar memahami materi pelajarannya. Jangan sampai siswa hanya menghafal sedangkan ia belum paham. (2) Menghafal harus diberi latar belakang dan penjelasan yang cukup. Dengan demikian  bahan tersebut akan lebih mudah dihafal dan mudah diingat. (3) Memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya menghafal, karena untuk menghafal sesuatu dibutuhkan perhatian dan keinginan untuk mengingat sesuatu. (4) Menentukan teknik yang lebih efektif, menghafalkan keseluruhan atau bagian-bagian yang penting saja (mind map).(S.Nasution:2000)

 D.  Pelaksanaan Metode Menghafal dalam Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode menghafal dapat dilaksanakan sebagai berikut:

(1) Pembelajaran tahap privat, yaitu untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menghafalkan materi yang akan diajarkan. Di sini guru mengetes dan menyelidiki sejauh mana kemampuan siswa dalam menghafal. (2) Pembelajaran tahap klasikal, yaitu interaksi transfer of knowledge antara guru dengan anak didik .Guru menyampaikan materi yang berkaitan dengan materi yang akan dihafalkan siswa. (3) Post test dan evaluasi, yaitu langkah akhir yang ditempuh oleh guru, sehingga post test ini mempunyai peranan penting dalam mengakhiri Pembelajaran dengan menggunakan metode menghafal yaitu untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran juga untuk mengetahui sampai dimana tingkat pemahaman yang telah diterima oleh siswa. Selain itu bahwa tes yang diberikan kepada siswa pada waktu akhir  pembelajaran mempunyai tujuan untuk mengetahui keberhasilan dalam mengajar. Misalnya seberapa efektif metode yang digunakan dalam pembelajaran. Dalam menerapkan metode menghafal diperlukan teknik. Ada 4 macam teknik menghafal, yaitu: (1) Teknik memahami kata atau kalimat. Memahami materi yang akan dihafalkan, dibaca berkali-kali, berusaha menghafal dengan menutup buku, menyetorkan hafalan kepada guru. (2) Teknik mengulang. Membaca berulang-ulang dan menghafalnya. (3) Teknik mendengar sebelum menghafal. Materi yang akan dihafalkan didengarkan dulu dari rekaman (CD/VCD) secara berulang-ulang secara konsentrasi. Kemudian dihafalkan. (4) Teknik menulis sebelum menghafal. Dilakukan dengan cara menulis dahulu materi yang akan dihafal di buku, lampiran atau sobekan kertas. Kemudian dihafalkan.(Abdul Aziz Abdul Rauf:2004)

 D. Analisis Metode Menghafal dalam Pembelajaran

Metode menghafal cocok digunakan dalam pelajaran Qur’an Hadits, karena dalam mempelajarinya siswa dituntut dapat menguasai bahan beserta penjelasannya yaitu berupa ayat dan terjemahannya yang pada akhirnya siswa diharuskan menghafalkan. Demikian juga pada mata pelajaran PAI yang lainnya, metode menghafal juga cocok digunakan. Misalnya dalam Aqidah Akhlak dan Fiqih, menghafal dibutuhkan berhubungan dengan dalil-dalil nash yang bersumbser dari al-Qur’an dan Hadits.

Penerapan metode menghafal lebih efektif digunakan pada siswa MI atau SD dan  lembaga pendidikan dibawahnya. Karena faktor usia peserta didik yang masih muda daya ingatnya kuat dan kekuatan menghafalnya juga masih baik. Adapun pada jenjang MTs atau SMP dan MA atau SMA sederajat, metode menghafal juga dibutuhkan dalam beberapa mata pelajaran tertentu, namun pada tahap ini siswa seharusnya sudah dilatih untuk latihan berargumen menurut pendapatnya sendiri. Serta mengaplikasikan yang sudah dihafalnya sebagai landasan teori argumentasinya. Dengan kata lain siswa dilatih untuk mengembangkan pengetahuan dari materi yang sudah dihafalnya.

D. Kesimpulan 

Metode menghafal adalah suatu cara dalam melakukan kegiatan belajar mengajar pada bidang pelajaran dengan menerapkan menghafal yakni mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain dalam pengajaran pelajaran tersebut. Diantara kelemahan metode menghafal yaitu pola pikir seseorang cenderung statis, tidak dapat berargumen menurut pemahamannya sendiri, kesulitan menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasannya, terkadang menghafal hanya bersifat sementara di otak, tidak cocok untuk mahasiswa. Metode menghafal mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya yaitu menumbuhkan minat baca siswa dan lebih giat dalam belajar, pengetahuan yang diperoleh siswa tidak akan mudah hilang karena sudah dihafalnya, siswa mempunyai kesempatan untuk memupuk perkembangan, keberanian, bertanggung jawab serta mandiri. Langkah-langkah dalam menerapkan metode menghafal secara garis besar ada tiga yaitu pembelajaran tahap privat, pembelajaran tahap klasikal, dan post test dan evaluasi. Metode menghafal efektif dan relevan digunakan pada semua mata pelajaran PAI yang mengandung dalil-dalil nash al-Qur’an dan Hadits, khususnya mata pelajaran Al-Qur’an Hadist MTs-MA. Faktor usia mempengaruhi daya ingat sehingga metode menghafal cocok digunakan pada masa anak-anak dan remaja awal.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rauf , Abdul Aziz, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur’an Dai’yah, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2004), Cet. IV.

Al-Syaibani , Omar Muhammad al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. Pertama, 1979.

Anwar, Desy, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Amelia, 2003, cet. 1.

Arif, Armei, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat  Press, 2001.

Mujib, Abdul, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2006.

Nasution , S., Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, cet. 2.

Rakhmat , Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2005, Cet. 22.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:    Remaja Rosda Karya, 2003, cet. 1.

Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja Rosda     Karya, 1995, Cet. 1.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Mahmud Yunus      Wadzuhryah, 1990, cet.II.

Zuhairi, Metodologi Pendidikan Agama, Solo: Ramadhani, 1993.

Muhaimin Zen, Problematika Menghafal Al-Qur‟an. Jakarta : Pustaka Alhusna, 1985 .

Mukhlisoh Zawawie, P-M3 Al-Qur‟an Pedoman Membaca, Mendengar, dan Menghafal AlQur‟an…., hal. 80

Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur‟an,.Jogjakarta: Diva Press,2012.

Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur‟an,.Jogjakarta: Diva Press,2012.



 Autho: Nur Hasanah/ MPI/SMT1/ TA.2022-2023

Posting Komentar untuk "Metode Menghafal "