Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

NIAT DALAM MENCARI ILMU

Pengantar 

Belajar dan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh niat dan motivasi. Oleh sebab itu, artikel ini bertujuan untuk menganalisa dan membahas hadis-hadis tentang niat dan melihat pengaruhnya dalam mencari ilmu. Hasil menunjukkan bahwa hadis tentang niat ini dalam artikel ini memiliki kualitas sahih, baik dari segi sanad maupun matan, karena semua kriteria kesahihan termasuk bersambungnya sanad, perawinya 'adil dan dhabit, semuanya terpenuhi. Banyak ulama menekankan perlunya niat dalam setiap perbuatan karena menjadi bagian penting dalam melakukan sesuatu. Kuatnya nilai hadis tentang ini mendakan bahwa niat perlu dilakukan untuk setiap perbuatan yang mengandung nilai ibadah, termasuk dalam hal belajar. Dalam hal korelasi dengan motivasi siswa, secara konseptual juga terdapat koralasi antara tinggi rendahnya hasil belajar siswa ditentukan oleh tinggi rendahnya niat belajarnya. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, berlandaskan kepada niat dan dorongan untuk belajar semata-mata untuk memenuhi tuntunan agama berpotensi untuk lebih berhasil. Dengan niatan tulus dan motivasi yang kuat, upaya untuk belajar semakin teguh, apabila bila hal itu berlandaskan pada semangat beribadah disertai oleh ridha dari Allah.

Ketika peserta didik menuntut ilmu semestinya memperhatikan beberapa hal yang perlu disadari dan disemayamkan dalam dirinya, diantaranya adalah harus memiliki niat yang bagus dan lurus serta ikhlas di dalam hatinya. Niat yang disematkan dalam hati semata-mata menuntut ilmu karena Allah ta’ala. Selain itu seorang peserta didik juga harus mempunyai motivasi yang kuat terutama motivasi yang bersifat intrensik yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, meskipun tidak menutup kemungkinan dukungan motivasi yang bersifat ekstrensik dari luar dirinya dalam usahanya menuntut ilmu yang bermanfaat untuk kemaslahatan umat. Melalui motivasi yang kuat dengan mengharap ridho Allah niscaya akan membawa kemudahan ketika dalam proses pembelajaran, memeperoleh keberkahan ketika tercapai tujuan. Dalam artikel ini akan dibahas tentang korelasi niat dengan motivasi belajar. Hal ini beranjak dari asumsi bahwa ketika seorang memiliki niat yang kuat dalam meraih sesuatu, maka kecenderungannya dari orang tersebut ialah akan berupaya kuat untuk meraihnya. Demikian juga dalam proses belajar bagi seorang siswa, maka apabila telah memiliki niat yang kuat tentunya akan diiringi dengan daya upaya serta usaha untuk melaksanakan niatnya. Niat bisa berupa motivasi yang mendorong siswa untuk mau belajar. Terdapat dua jenis motivasi, yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik yakni keadaan pada diri sendiri yang mendorongnya melakukan belajar sedangkan motivasi ekstrinsik yakni, faktor luar diri yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.

Pengertian Niat 

Niat berasal dari bahasa arab yaitu an niyat yang merupakan bentuk jamak dari niyah. Secara etimologi niat berarti al qoshdu yang bermakna maksud. Niat juga berarti al „azm yaitu keinginan yang kuat . An-Nawawi berkata, “Niat adalah al qoshdu yaitu „azimatul qolbi (berkeinginan dengan hati dan “nawaka Allahu bi khairin”(Allah SWT bermaksud memberimu kebajikan). Akan tetapi yang dimaksud dengan „azm dalam konteks ini mempunyai pengertian sebagai sebuah keinginan yang lebih kuat dari sekedar maksud.

Niat menurut kebiasaan orang Arab ketika menggunakan kata niat itu mempunyai arti menuju (al qoshdu), pernah ditemukan bahwa mereka sedang berkata, “nawa asy-syai‟a” (seseorang telah menuju ke sesuatu), mereka memberi maksud dari kata an niyat adalah sesuatu yang dijadikan tujuan, atau niat adalah suatu tujuan seseorang mengarah ke tempat tersebut, terkadang niat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengiringi tujuan atau jatuhnya niat itu dapat mendahului suatu tindakan.

Sebagian riwayat menggunakan lafaz لنية dalam bentuk mufrad (tunggal) dengan alasan, bahwa tempat niat adalah dalam hati, sedangkan hati itu satu, maka kata niyat disebutkan dalam bentuk tunggal. Berbeda dengan perbuatan yang sangat tergantung kepada hal-hal yang bersifat lahiriah yang jumlahnya sangat banyak dan beragam, sehingga dalam hadis tersebut kata 'amal menggunakan lafaz jama' (plural) yaitu  اعمال ان  itu niat hanya akan kembali kepada Dzat Yang Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Sebagai kelanjutan dan ikrar dari niat.

Lafaz : إنما الأعمال بالنية وإنما لكل إمرا ما نوى (hadist riwayat Bukhari Muslim)  mengandung arti hashr (pembatasan) menurut para muhaqqiq (peneliti). Setiap perbuatan pasti membutuhkan pelaku, maka kalimat secara lengkap adalah perbuatan yang berasal dari orang-orang mukallaf (orang yang dikenai beban syariat). Dengan demikian apakah perbuatan orang kafir termasuk dalam kategori ini? Jawabnya, tidak termasuk, karena maksud perbuatan dalam hadis ini adalah ibadah, sehingga orang kafir tidak termasuk dalam hadis ini, meskipun mereka diperintahkan untuk melaksanakan dan akan mendapat hukuman apabila meninggalkannya.

Kata (dengan niat). Huruf ba' menunjukkan arti mushahabah (menyertai), dan ada juga yang mengartikan sababiyah (menunjukkan sebab). Imam Nawawi mengatakan, bahwa niat berarti maksud, yaitu keinginan yang ada dalam hati. Tetapi Syaikh Al-Karmani menambahkan, bahwa keinginan hati adalah melebihi maksud. Alqashd atau maksud adalah bagian dari suatu kehendak atau al-iradah yang kekuatannya bisa mencapai kekeinginan kuat, sedangkan kehendak itu tidak akan sampai pada keinginan ketika tidak ada suatu kepastian dalam berkehendak, namun keinginan dapat berubah-ubah terkadang kuat terkadang lemah, adapun maksud itu dapat terwujud ketika adanya kehendak yang bersifat pasti adalah yang beriringan atau bersamaan dengan suatu tindakan.

Definisi Ilmu

Asal kata ilmu adalah dari bahasa Arab, ‘alama. Arti dari kata ini adalah pengetahuan. Dalam bahasa Indo-nesia, ilmu sering disamakan dengan sains yang berasal dari bahasa Inggris “science”. Kata “science” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu “scio”, “scire” yang artinya pengetahuan. “Science”dari bahasa Latin “scientia”, yang berarti “pengetahuan” adalah aktivitas yang sistematis yang membangun dan mengatur penge-tahuan dalam bentuk penjelasan dan prediksi tentang alam semesta. Berdasarkan Oxford Dictionary, ilmu didefinisikan sebagai aktivitas intelektual dan praktis yang meliputi studi sistematis tentang struktur dan perilaku dari dunia fisik dan alam melalui pengamatan dan percobaan”.

Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli ( Bakhtiar : 2005 ) diantaranya adalah: a) Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun itu menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam. b) Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak. c) Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana. d) Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.

Hakikat Niat Dalam Mencari Ilmu

Ilmu menempati posisi yang sangat penting dalam agama Islam. Hal ini dibuktikan dengan firman Allah Swt. yang diturunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad Saw., yaitu perintah membaca. Membaca sendiri merupakan gerbang awal bagi ilmu. Ilmu inilah yang nantinya akan menjadi bekal bagi manusia untuk mengarungi kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam agama Islam, menuntut ilmu dikategorikan sebagai ibadah yang sangat penting. Karena dengan ilmulah agama Islam bisa terjaga. Ada sekian dalil yang bisa menunjukkan hal tersebut, di antaranya surat At-Taubah ayat 122 sebagai berikut: 

Artinya: “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Alangkah baiknya bila ada sebagian golongan di antara mereka yang pergi untuk memperdalam agama, kemudian mengajar kaumnya apabila mereka telah kembali, supaya masing-masing dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah: 122)

Dari penafsiran di atas, kita bisa memahami, bahwa mencari ilmu adalah suatu ibadah yang menempati posisi penting di dalam agama Islam. Ia bahkan setara dengan jihad fî sabîlillâh. Dan yang perlu digarisbawahi, mencari ilmu agama tidak boleh dilakukan dengan hanya niat-niat duniawi saja, seperti hanya untuk mendapatkan ijazah, mendapatkan pekerjaan bagus, mencari uang, mendapatkan gelar dan sejenisnya. Hal-hal semacam ini mungkin ada baiknya jika dimaknai sebagai rezeki yang mengikuti ahl al-‘ilm, bukan menjadi tujuan utama (ghâyah) mencari ilmu. Sebab, mempelajari suatu ilmu, khususnya ilmu agama, harus didasari oleh niat untuk mencari rida MahallyPMH Allah Swt. dan melaksanakan kewajiban mencari ilmu. Terkait hal ini, Nabi Muhammad Saw. telah memberikan rambu-rambu, sejauh mana niat itu dianggap patut dan layak untuk memotivasi seseorang dalam menuntut ilmu. Nabi Muhammad Saw. bersabda yang artinya :

“Barang siapa mempelajari suatu ilmu yang seharusnya dipelajari untuk memperoleh rida Allah Swt., (akan tetapi) dia tidak mencari ilmu tersebut kecuali hanya untuk memperoleh harta duniawi, maka dia tidak akan bisa mendapati aroma surga.”

Dari hadis tersebut, bisa diambil sebuah pemahaman, bahwa mencari ilmu, khususnya ilmu agama, seharusnya hanya ditujukan untuk mencari rida Allah Swt. semata. Tidak boleh dilakukan hanya untuk mendapatkan hal-hal duniawi saja. Meskipun, ya, apabila terdapat motivasi-motivasi duniawi yang muncul setelah seseorang berniat belajar untuk mencari rida Allah Swt., hal itu tetap dianggap tidak masalah, selama tujuan utamanya masih untuk memperoleh rida Allah Swt.. Selama tujuannya bukan duniawi saja.

Poin penting yang dapat kita pelajari dari hadis di atas adalah ketika dalam kondisi belajar, seseorang tidak boleh memiliki niat hanya untuk mencari/memperoleh sesuatu yang bersifat duniawi saja, kemudian mencukupkan niatnya hanya pada hal tersebut. Sebab pada hakikatnya, selain menjadi motivasi, niat juga menjadi pengendali dalam diri seseorang. Ia akan mempengaruhi langkahnya, baik sebelum maupun sesudah ilmu tersebut diperoleh. Jika sedari awal niat belajarnya hanya untuk memperoleh hal-hal duniawi saja, bahkan ketika ia tengah mempelajari ilmu agama, lantas bagaimana ketika ia telah menguasainya kelak?

Kesimpulan

Dari uraian-uraian di atas yang mendeskripsikan tentang niat menurut hadis dan implikasinya terhadap proses pembelajaran dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pertama niat dan motivasi secara bersamaan dapat berdampak dalam mencari ilmu, sehingga, tinggi rendahnya hasil belajar siswa ditentukan oleh tinggi rendahnya motivasi belajar dan niat. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, berlandaskan kepada niat dan dorongan untuk belajar semata-mata untuk memenuhi tuntunan agama berpotensi untuk lebih berhasil karena segala upayanya disertai oleh ridha dari Allah. Kedua apapun yang dikerjakan tergatung pada niatnya, dan semua konsekuensi yang didapat merupakan buah dari niat awal. Ketiga menunjukkan pentingnya niat dalam segala amal yag dilakukan agar bernilai pahala.

Daftar Pustaka

Almahfuz, Ilyas Husti, Alfiah, ‘Hadis Tentang Niat Dan Korelasinya Terhadap Motivasi Bagi Peserta Didik’, INSPIRASI Jurnal Studi Islam Kawasan Melayu, (2020)

Daud, Wan Mohd Nor Wan, (2003). Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al Attas, Bandung: Mizan.

Ibnu Hajar al-Asqalani, ‘Fathul Baari Syarah Shahih Bukhari (Gazirah Abdi Ummah Terj.)’, Jakarta: Pustaka Azam, 2002, p. 18.

Kartanegara, Mulyadhi, (2002). Menembus Batas Waktu: Panaroma Filsafat Islam, Bandung: Mizan.

Purwanto, “Motivasi Belajar Dalam Pendidikan Islam,” h. 222-224.

Rosidi, Ayep, ‘Niat Menurut Hadis Dan Implikasinya Terhadap Proses Pembelajaran’, INSPIRASI: Jurnal Kajian Dan Penelitian Pendidikan Islam,(2017), 39–50

Sulaiman, Umar, ‘Fiqih Niat’, Jakarta: Gema Insani, 2006

Zainal. Muh, Abidin,( 2011) Konsep Ilmu Dalam Islam: Tinjauan Terhadap Makna, Hakikat, Dan Sumber-Sumber Ilmu Dalam Islam, Banjarmasin.


Author/Kasmi/ MPI/SMT I/TA.2022-2023

 

 

 

 

 

 

 


 

 

 

Posting Komentar untuk "NIAT DALAM MENCARI ILMU"