Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

CARA MENGHORMATI ILMU DAN GURU

Cara Menghormati Ilmu

Betapa pentingnya menuntut ilmu bagi individu, terutama bagi muslim, sampai-sampai Rasulullah shollahu’alaihi wassalam menegaskan yang artinya: “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi seorang muslim” (HR. Ibnu Majah)

Dalam konteks kewajiban menuntut ilmu ini, Syaikh Imam Az-Zarnuji menjelaskan bahwa setiap muslim dan muslimah tidak berkewajiban mempelajari semua ilmu, namun berkewajiban mempelajari ilmu yang dibutuhkan saat itu. Dan ditambahkan pula bahwa ilmu yang paling utama adalah ilmu yang dibutuhkan saat itu, dan sebaik-baik amal adalah menjaga (amal) yang dituntut saat itu (Az-Zarnuji, 2019). Dengan demikian, kita tidak dapat menafikan bahwa belajar dan menuntut ilmu adalah suatu hal yang penting bagi tiap muslim.

Dengan ilmu, hal tersebut menjadi salah satu amalan manusia yang tidak akan terputus sekalipun manusia itu meninggal. Sebagaimana sabda Rasulullah shollahu’alaihi wassalam yang artinya:“Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim).

Dan dengan ilmu, sejatinya manusia dapat mencapai apa yang diinginkan di dunia maupun di akhirat, seperti yang disabdakan Rasulullah shollahu’alaihi wassalam:

“Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu,” (HR Ahmad).

Dengan banyaknya keutamaan menuntut ilmu (berilmu) yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits, menunjukkan bahwa agama Islam memberikan perhatian penuh pada ilmu dan bagaimana muslim seharusnya menuntut ilmu. Seperti yang disampaikan oleh Saihu (2020), bahwa salah satu ciri yang membedakan Islam dengan agama lainnya adalah pada penekanannya terhadap ilmu. Dalam Islam, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul dari makhluk-makhluk lain dengan tujuan menjalankan fungsi kekhalifahan. Ditambahkan oleh Saihu (2010), bahwasanya Al-Qur’an dan hadits Rasulullah shollahu’alaihi wassalam mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan.

Kini kita tahu pentingnya menuntut ilmu. Lantas, apa yang perlu kita lakukan dalam menuntut ilmu? Apakah kemudian sekedar kita hadir ke majelis ilmu dan menyimak apa yang disampaikan oleh guru? Atau ditambah dengan mencatat materi yang dijelaskan guru? Banyak hal yang perlu kita persiapkan dan perhatikan saat kita menuntut ilmu, tidak sekedar kita hadir secara fisik dalam forum ilmu dan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru. Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam menuntut ilmu adalah adab menuntut ilmu (adab sebelum ilmu).

Syaikh Az-Zarnuji memaparkan, bahwa beliau telah melihat banyak penuntut ilmu pada zaman sekarang yang bersungguh-sungguh, namun tidak sampai kepada ilmu, tidak dapat mengambil manfaat dari ilmu tersebut, dan tidak dapat mengamalkan ilmu yang telah dipelajari. Beliau menambahkan, bahwa hal tersebut disebabkan karena penuntut ilmu keliru dalam menempuh jalan untuk mencari ilmu dan meninggalkan syarat-syaratnya, di mana siapa yang salah jalan maka akan tersesat dan tidak akan meraih tujuan, entah sedikit maupun banyak. Oleh karena itulah, penting bagi para penuntut ilmu untuk memperhatikan cara dalam menuntut ilmu yang baik, bagaimana pentingnya adab sebelum menuntut ilmu (Az-Zarnuji, 2019).

Az-Zarnuji (2019) menjelaskan, bahwa syarat utama dalam menuntut ilmu diantaranya berkaitan dengan niat, memilih guru, dan menghormati ilmu. Seringkali kita sudah banyak mendengar bagaimana kita seharusnya menghormati orang lain, tetapi bagaimana dengan menghormati ilmu? Bagaimana cara kita dalam menghormati ilmu?

Hakekatnya, ilmu itu adalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan demikian, jika kita melakukan segala upaya untuk menghormati ilmu, itu artinya kita telah mengagungkan Dzat yang Maha memiliki ilmu. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Surat Ali Imran ayat 7: yang artinya: 

“Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur’an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur’an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal.” (QS. Ali Imran [3]: 7).

Takzim ini merupakan nilai adab yang tertinggi. Seseorang tidak akan mendapatkan keberkahan ilmu, dan tidak dapat mengambil manfaat dari ilmu itu, kecuali dia takzim dan hormat kepada ilmu itu sendiri, termasuk di dalamnya adalah memuliakan dan menghormati para ulama (guru) (Az-Zarnuji, 2019). 

Konteks menghormati ilmu ini, ada tiga hal yang penting untuk diperhatikan dalam menghormati ilmu, yakni (Sholihun, 2020):

Hormat itu lebih baik dari taat.

Kedudukan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam kehidupan kita, maka apapun perintah-Nya, apapun larangan-Nya, maka akan kita hormati. Bagian dari penghormatan itu adalah ketaatan. Tetapi jika taat belum tentu hormat. : 1. Sebab kehormatan itulah, orang itu akan tercapai apa yang diinginkan. Orang yang menuntut ilmu itu tidak akan sampai pada apa yang dimaksudkan kecuali dia menghormati ilmu dan kedudukannya sebagai ilmu pengetahuan, serta menghormati guru dan kedudukannya sebagai guru. Jangan sampai kita menjadi orang yang kufur, yang meremehkan perintah dan meninggalkan penghormatan. 2. Diantara bentuk menghormati atau memuliakan ilmu adalah memuliakan ustadz atau memuliakan guru. Dalam hal ini, ada beberapa cara untuk memuliakan guru.

Salah satu cara untuk mencapai keberkahan ilmu adalah dengan memuliakan ilmu. Dan diantara bentuk memuliakan ilmu adalah dengan memuliakan guru. Ali radhiyallahu anhu pernah berkata, “Aku adalah hamba sahaya bagi orang yang mengajariku satu huruf, jika mau ia boleh menjualku, dan jika mau ia membebaskanku”. Rasulullah shollahu’alaihi wassalam bersabda:

“Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya” (HR. Ath-Thabrani).

Syaikh Az-Zarnuji menjelaskan, bahwa seorang penuntut ilmu harus mencari rida gurunya, menjauhi kemurkaannya, melaksanakan perintahnya selama bukan maksiat. Maka jika seorang guru tersakiti oleh muridnya, maka murid akan terhalang dalam mendapatkan keberkahan ilmu, dan ia tidak dapat mengambil manfaat dari ilmu itu kecuali hanya sedikit. Seperti sebuah syair yang dikutip oleh Syaikh Az-Zarnuji seperti berikut (Az-Zarnuji, 2019):

“Sesungguhnya guru dan dokter itu, tidak akan memberikan nasihat jika tidak dihormati. Tahanlah sakitmu jika kamu kasar terhadap dokter. Dan nikmatilah kebodohanmu jika kamu kasar terhadap gurumu”

Masya Allah.  Betapa pentingnya kita sebagai penuntut ilmu, sebagai pembelajar, untuk senantiasa memuliakan guru-guru kita dan tidak menyakiti hati guru-guru kita, karena di situlah ada keberkahan atas ilmu yang sedang kita pelajari. Tidak hanya itu saja, dalam konteks menghormati dan memuliakan ilmu, ada beberapa hal yang patut diperhatikan oleh penuntut ilmu, agar keberkahan atas ilmu dapat kita peroleh, yaitu (Az-Zarnuji, 2019):

Memuliakan kitab

Murid atau pelajar hendaknya tidak mengambil dan memegang kitab kecuali dalam keadaan suci. Ditambahkan oleh Saihu (2020), bahwa demikian juga dalam konteks belajar, hendaknya ketika kita akan memulai belajar juga dalam keadaan suci. Hal ini dikarenakan ilmu adalah cahaya, dan wudhu juga cahaya, sehingga cahaya ilmu akan bertambah terangnya karena bersuci (berwudhu). Keberkahan ilmu akan semakin bertambah dengan kita berwudhu.

Ilmu itu adalah cahaya dari Allah, dan Allah berkehendak untuk menjatuhkan cahaya ilmu itu kepada seseorang yang dalam kondisi bersih. Bersih niatnya, bersih dirinya dari hadas, bahkan hatinya juga harus bersih. Maka kesucian itu akan memperkuat pemahaman atas ilmu dan memperkuat rahmat Allah terhadap ilmu pengetahuan yang terlimpah kepada seseorang (Sholihun, 2020).

Dalam hal menyusun buku, yang paling atas adalah buku/kitab tafsir (diletakkan paling atas karena itu adalah kalamullah). Apalagi Al-Qur’an, tidak boleh meletakkan sembarangan. Baru kemudian diikuti oleh buku-buku yang lain (Sholihun, 2020).

Mencatat dan memperbagus tulisan saat mencatat.

Catatan yang dibuat atas ilmu dapat menjadi amal jariyah. Maka mengapa penting untuk membuat catatan yang bagus dan rapi dalam dokumentasi yang baik. Semisal dibundel dalam satu buku yang rapi. Dan dalam mencatat kajian agama, jangan dijadikan satu dengan catatan yang lain-lain dalam satu buku. Tulis dalam buku terpisah dan tersendiri (Sholihun, 2020).

Memuliakan dan menghormati kawan dan siapapun yang belajar darinya.

Pelajar perlu mengedepankan sikap keempatian, kepedulian, dan kasih sayang di antara manusia. Hindari sifat iri dengki kepada teman atau sahabat dalam menuntut ilmu. Allah berkenan mengistimewakan kepada siapapun yang Dia kehendaki dalam proses belajar, penting untuk ada mahabbah (cinta), cinta yang dibangun karena Allah (Sholihun, 2020).

Menyimak semua ilmu dan hikmah dengan penuh pengagungan dan penghormatan.

Sepatutnya bagi yang mempelajari ilmu, ketika kita sedang belajar, dan guru sedang menyampaikan materi kepada kita, maka kita wajib mendengarkan ilmu itu dengan penuh penghormatan, khidmat, dan takzim, sekalipun materi tersebut sudah sering kita dapatkan, diulang-ulang, bahkan sampai berkali-kali. Kecenderungan orang

Menghindari akhlak yang tercela.

Akhlak yang tercela dalam diri itu seperti najis dalam diri. padahal ilmu itu adalah sesuatu yang suci, karena turun dari Dzat yang suci, sehingga akan turun pada hati dan diri seseorang y, akan meremehkan ilmu, ketika dia sudah mendengarnya berulang kali. Dan hal ini dapat menjadi sebab terhalangnya keberkahan sebuah ilmu. Ketika kita meremehkan ilmu, itu artinya sama dengan meremehkan Dzat yang memiliki ilmu (Sholihun, 2020).ang suci. Sifat-sifat yang tercela itu harus dibersihkan, agar ilmu itu dapat masuk dan memberikan keberkahan kepada penuntut ilmu (Sholihun, 2020).

Cara Menghormati Guru

Beberapa waktu belakangan ini mungkin kita sudah sering mendengar beberapa kasus perseteruan yang terjadi antara guru dengan muridnya, atau orangtua murid dengan guru anaknya yang berakhir ricuh bahkan sampai harus dibawa ke meja hijau. Diantara adab-adab terhadap guru yang perlu kita terapkan ketika menuntut ilmu: 1. Mendoakan kebaikan untuk guru. Rasulullah bersabda: “Apabila ada yang berbuat baik kepadamu maka balaslah dengan balasan yang setimpal. Apabila kamu tidak bisa membalasnya, maka doakanlah dia hingga engkau memandang telah mencukupi untuk membalas dengan balasan yang setimpal."(HR Bukhari). 2.Tidak menggaduh di hadapan guru. Bagaimana rasanya ketika kita sedang berdiri menyampaikan sesuatu namun orang yang kita ajak berbicara malah mengobrol sendiri? Tidak enak bukan? Pun begitu dengan guru. Ketika mereka sedang menyampaikan sesuatu, maka dengarkanlah dengan seksama. “Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara” (HR. Bukhari).

Menghormati hak guru

Guru juga memiliki hak-hak dalam mengajar, maka hargailah hak guru tersebut. “Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menghormati orang yang tua, tidak menyayangi yang muda, dan tidak mengerti hak ulama kami.” (HR. Al-Bazzar 2718, Ahmad 5/323, lafadz milik Al-Bazzar. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shohih Targhib 1/117)

Merendahkan diri di hadapan guru

Rendah dirilah di hadapan guru, sebab orang yang sombong biasanya akan sulit menerima apa yang disampaikan oleh orang lain. Ibnu Jama’ah rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang murid mengetahui bahwa rendah dirinya kepada seorang guru adalah kemuliaan, dan tunduknya adalah kebanggaan.” (Tadzkirah Sami’ hal. 88)

Duduk, bertanya, dan mendengarkan dengan baik

Di dalam majlis ilmu, lakukan segala sesuatunya dengan baik. Misalkan ingin bertanya, maka memohonlah ijin dengan sopan dan tidak menyelanya ketika berbicara. Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama syaikhmu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan mendengarkannya.”

Bersabar terhadap kesalahan guru

Guru juga memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang dengan lemah lembut, juga ada guru yang memiliki cara mengajar yang keras. Ketika sudah berniat untuk menuntut ilmu, maka sudah seharusnya kita bersabar dalam berjuang di dalamnya, termasuk bersabar terhadap guru kita. Jangan malah marah atau malas karena tidak ingin bertemu dengan guru yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Al Imam As Syafi Rahimahullah mengatakan, “Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya” Kewajiban menuntut ilmu tidak akan berhenti sampai kita mati. Maka pahamilah bagaimana adab yang seharusnya dilakukan terhadap guru. Agar ilmu yang kita peroleh menjadi berkah dan bermanfaat. (SH/RI).

Kesimpulan

Hormat adalah, menghargai (takzim, khidmad, sopan). Jadi hormat adalah suatu sikap sopan yang di tujukan kepada orang yang lebih tua. Orang tua adalah ayah dan ibu kandung dari anak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) orang tua artinya ayah dan ibu. Sedangkan dalam bahasa Arab sering disebut Al Walid. Maka, sebagai anak kita harus menghormati dan mematuhi nasihat dan perintah orang tua sebagai wujud bakti kita kepada keduanya. Baik itu orang tua masih hidup ataupun sudah meninggal dunia. Cara menghormati guru ketika masih hidup: 1. Mendengarkan semua perkataannya dengan rasa penuh rasa hormat dan rendah hati. 2. Membantu pekerjaan rumah atau pekerjaan lain yang dapat meringankan beban orang tua. 3.Senantiasa meminta do’a restu. Jika orang tua sudah meninggal maka cara menghormatinnya adalah sebagai berikut: 1. Menyambung tali silaturahim dengan kerabat dan sahabat orang tua. 2. Melanjutkan cita-cita orang tua, 3. Senantiasa mendoakan kedua orang tua yang telah meninggal. 4. Guru adalah pendidik atau pengajar pada pendidikan formal. Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik dan mentransfer ilmu pengetahuan agar murid-muridnya dapat menjadi lebih baik. Menghormati dan mematuhi guru dapat dilakukan dengan cara : 1.Menyapa dan mengucapkan salam ketiak bertemu. 2. Memandang guru dengan penuh rasa hormat (Ta’dzim). 3. Hendaknya duduk dihadapan guru dengan sopan dan tenang.

DAFTAR PUSTAKA

Az-Zarnuji, I. (2019). Ta’limul Muta’allim: Pentingnya adab sebelum ilmu. Cetakan ketujuh. Penerjemah: Abdurrahman Azzam. Solo: Penerbit Aqwam.

Saihu. (2020). Etika menuntut ilmu menurut kitab Ta’lim Muta’alim.

Al Amin Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam, 3(1), 99-112.

Sholihun, M.A. (2020). Materi kajian kitab Ta’lim Muta’allim Syaikh Az Zarnuji. Dirangkum mandiri. 

Haris Abdul, Sumatil Ilya. 2014. Akidah Akhlak Untuk Mts. Mojokerto: LADUNNI Press.

American Psychology Association. 2016. 2013 Indicators of School Crime and Safety.

Bourdieu, Pierre. 1977. Outline of a Theory of Practice. New York: Cambridge University Press.


Author 

Riska Angriani/MPI/SMT 1/Ta'lim Muta'alim/ TA. 2022-22/ 

Posting Komentar untuk " CARA MENGHORMATI ILMU DAN GURU"