Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ta'lim Muta'alim- Tawakal

Tawakal

Oleh: Muhammad Fajri  Dosen Pengampu : Dr. Nur Komariah, M.Pd.I 

Pengertian Tawakal

Tawakal (bahasa Arab: توكُل) atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.(ta'lim muta'alim, hlm. 13)

Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut, "Tawakkal ialah menyandarkan kepada Allah swt tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.

Menurut Abu Zakaria Ansari, tawakkal ialah "keteguhan hati dalam menyerahkan urusan kepada orang lain". Sifat yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada orang yang diserahi urusan tadi. Artinya, ia betul-betul mempunyai sifat amanah (tepercaya) terhadap apa yang diamanatkan dan ia dapat memberikan rasa aman terhadap orang yang memberikan amanat tersebut.

Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya, pengetahuanNya Maha Luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta ini. Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada rasa curiga, karena Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana.

Ada juga pendapat yang mendefinisikan tawakal adalah orang yang senantiasa bersandar kepada Allah SWT bukan kepada yang lain. Orang seperti ini percaya bahwa hanya Allah yang menanggung rizki dan urusannya.

Dari sejumlah arti tawakal di atas, sejumlah pakar menjelaskan dan ini pendapat paling kuat menjelaskan bahwa tawakal adalah menyerahkan segala sesuatu yang dilakukan kepada Allah SWT dengan berusaha (ikhtiar), serta berserah sepenuhnya kepada-Nya.

Sebagai seorang hamba yang beriman, sejatinya seorang muslim haruslah bertawakal kepada Allah SWT. Seperti dalam firman Allah dalam (QS. Al-Maidah : 23)

وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Artinya: "Dan hanya kepada Allah-lah kalian bertawakal, jika kalian benar-benar orang yang beriman"

Tawakal Dalam Mencari Ilmu

Tawakal dalam Mencari Ilmu Tawakal atau berserah diri (Jawa: nerimo) adalah hal yang harus dimiliki oleh seorang santri / pelajar yang sedang menuntut ilmu. Orang yang tawakal siap secara mental untuk hidup susah dan untuk hidup senang. Sikap prihatin itu penting dalam arti yang luas: kesiapan diri untuk belajar rajin dan bekerja keras untuk mencapai tujuan dan membuang rasa manja dan kenyamanan diri dalam kemalasan. (Terjemah Ta'lim muta'alim hal,74)

 

Judul kitab asal: Ta'limul Muta'allim Tariq Al-Ta'allum ( تعليم المتعلم طريق التعلم)Pengarang: Burhanul Islam Al-ZarnujiPenerjemah:Bidang studi: Akhlak, tasawuf dan budi pekertiAda seorang lelaki berkata kepada Manshur Al-Hallaj Raḥimahullāh, “Berilah aku nasihat!” Ia pin berkata, “Adalah jiwamu; jika engkau tidak menyibukkannya (memanfaatkannya) maka ia (jiwamu) yang akan menyibukkan dirimu.”


Setiap orang hendaknya menyibukkan dirinya dengan amal-amal kebaikan, supaya tidak sibuk dengan hawa nafsunya. Orang yang berakal tidak perlu merisaukan urusan dunia karena kerisauan dan kesedihan tidak dapat menolak musibah, dan juga tidak bermanfaat, bahkan membahayakan (hati), akal, badan, serta dapat merusak amal-amal kebaikan. Sebaliknya, setiap orang hendaknye memikirkan urusan akhirat karena hal itu akan bermanfaat. Adapun mengenai sabda Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam: “Sesungguhnya ada beberapa dosa yang tidak bisa dilebur kecuali oleh kerisauan dalam memikirkan ma’isyah (penghidupan).” Hamm (kegelisahan) yang dimaksud adalah kegalisahan yang masih dalam batas-batas yang tidak sampai merusak amal kebaikan dan tidak menyibukkan hati yang dapat merusak kekhusyukan dalam shalat. Jadi, (kerisauanO dalam batasan itu termasuk amalan yang bermanfaat di akhirat.


Seorang penuntut ilmu harus dengan sekuat tenaga mempersedikit kesibukan duniawinya. Untuk itu, banyak pelajar yang lebih memilih hidup mengasingkan diri. Seorang thalibul ilmu juga harus siap berletih-letih dan bersusah-susah saat menempur perjalanan untuk menuntut ilmu (Hal ini tidak pernah dikisahkan dari Nabi Musa dalam perjalanan selainnya). Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman

لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا

“Sungguh kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.” (QS. Al-Kahfi [18]: 62)

 

Salah Paham tentang Memahami Tawakal

Perhatikan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai “tawakalnya burung”.

ﻟَﻮْ ﺃَﻧَّﻜُﻢْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻮَﻛَّﻠُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺣَﻖَّ ﺗَﻮَﻛُّﻠِﻪِ ﻟَﺮُﺯِﻗْﺘُﻢْ ﻛَﻤَﺎ ﻳُﺮْﺯَﻕُ ﺍﻟﻄَّﻴْﺮُ ﺗَﻐْﺪُﻭ ﺧِﻤَﺎﺻًﺎ ﻭَﺗَﺮُﻭﺡُ ﺑِﻄَﺎﻧًﺎ

“Seandainya kalian sungguh-sungguh bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang “ (HR.Tirmidzi, hasan shahih)

Sebagaimana termaktub dalam QS. At Thalaq ayat 3 yang berbunyi:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Artinya: "Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (QS. At Thalaq: 3).

Ulama Imam Al Ghazali mendefinisikan tawakal sebagai penyandaran diri kepada Allah SWT sebagai satu-satunya al-wakiil (tempat bersandar) dalam menghadapi setiap kepentingan, bersandar kepada-nya saat menghadapi kesukaran, teguh hati ketika ditimpa bencana, dengan jiwa yang tenang dan hati yang tentram.

Tawakal yang Sebenarnya

Ibnu Rajab rahimahullah dalam Jami’ul Ulum wal Hikam tatkala menjelaskan hadits no. 49 mengatakan, “Tawakal adalah benarnya penyandaran hati pada Allah ‘azza wa jalla untuk meraih berbagai kemaslahatan dan menghilangkan bahaya baik dalam urusan dunia maupun akhirat, menyerahkan semua urusan kepada-Nya serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa ‘tidak ada yang memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya, dan mendatangkan manfaat kecuali Allah semata‘.”

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc. 21 Agustus 2021

 Tawakal Bukan Hanya Pasrah

Ibnu Rajab mengatakan bahwa menjalankan tawakal tidaklah berarti seseorang harus meninggalkan sebab atau sunnatullah yang telah ditetapkan dan ditakdirkan. Karena Allah memerintahkan kita untuk melakukan usaha sekaligus juga memerintahkan kita untuk bertawakal. Oleh karena itu, usaha dengan anggota badan untuk meraih sebab termasuk ketaatan kepada Allah, sedangkan tawakal dengan hati merupakan keimanan kepada-Nya.

Sebagaimana Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, ambillah sikap waspada.” (QS. An Nisa [4]: 71).

Sumber Jurnal Muhammad Abduh Tuasikal, MSc.21 Agustus 2021

Tawakal yang Termasuk Syirik

Setelah kita mengetahui pentingnya melakukan usaha, hendaknya setiap hamba tidak bergantung pada sebab yang telah dilakukan. Karena yang dapat mendatangkan rezeki, mendatangkan manfaat dan menolak bahaya bukanlah sebab tersebut tetapi Allah ta’ala semata.

Imam Ahmad mengatakan bahwa tawakal adalah amalan hati yaitu ibadah hati semata (Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim, 2/96).

Tetapi apabila dia bersandar pada sebab dan dia meyakini bahwa itu hanyalah sebab semata sedangkan Allah-lah yang menakdirkan dan menentukan hasilnya, hal ini tidaklah mengapa.

(Lihat At Tamhiid lisyarhi Kitabit Tauhid, 375-376; Syarh Tsalatsatil Ushul, 38; Al Qoulul Mufid, 2/29)

Tips Menjadi Orang Tawakal

Dekatkan diri  dengan Allahlakukan segala aktivitas karena Allah Bangun kepercayaan kepada Allah Mensyukuri segala pemberian Allah Berusaha,namun jangan gantungkan hati pada usaha

“Barangsiapa menggantungkan diri pada sesuatu, niscaya Allah SWT akan menjadikan dia selalu bergantung pada hal tersebut“ (HR.At Tirmidzi).

Sumber Jurnal Ayu Rifka Sitoresmi pada 07 Feb 2022

Contoh Perilaku Tawakal dalam Kehidupan Sehari-hari

"Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan."

Contoh Perilaku Tawakal dalam Kehidupan Sehari-hari

Berikut ini beberapa contoh perilaku tawakal yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari: (1) Selalu bersyukur jika mendapatkan nikmat dari Allah swt, dan bersabar apabila mendapatkan musibah. (2) Selalu berdoa dan menyerahkan diri atas apa yang kita usahakan sebelumnya. (3) Selalu berprasangka baik terhadap Allah SWT atas kejadian atau apa yang kita terima. (4) Tidak berkeluh kesah dan gelisah ketika berusaha dan berikhtiar. (5) Menyerahkan segala sesuatu hal terhadap Allah SWT setelah berusaha keras. (6) Selalu berusaha dan berikhtiar dengan maksimal, selanjutnya bertawakal kepada Allah SWT. (7) Tidak mudah berputus asa dalam berusaha. (8) Menerima semua ketentuan Allah swt dengan rasa ikhlas dan ridha. (9) Ketika kita meninggalkan rumah, kita bertawakal kepada Allah SWT atas rumah yang kita tinggalkan. (10) Ketika kita mendapatkan suatu masalah, kita berserah diri kepada Allah SWT dan berdoa agar segera mendapatkan solusi dari masalah yang kita alami. (11) Berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain. (12) Sebelum dan setelah kita ujian, diiringi dengan berdoa dan menyerahkan semua kepada Allah SWT. (13) Ketika kita berobat ke rumah sakit, kita berserah diri dan memohon kepada Allah agar diberi kesembuhan. Oleh Ayu Rifka Sitoresmi pada 03 Mar 2022

KESIMPULAN

Tawakal atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.Ikhtiar secara bahasa artinya memilih. Secara istilah ikhtiar adalah usaha seorang hamba untuk memperoleh apa yang di kehendakinya. Orang yang berikhtiar berarti dia memilih suatu pekerjaan kemudian dia melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dan sukses. Tawakal atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.

Ikhtiar secara bahasa artinya memilih. Secara istilah ikhtiar adalah usaha seorang hamba untuk memperoleh apa yang di kehendakinya. Orang yang berikhtiar berarti dia memilih suatu pekerjaan kemudian dia melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dan sukses.

DAFTAR PUSTAKA

Syeikh Az-Zarnuji,(2009),Terjemah ta’lim muta’alim,Surabaya: Mutiara Ilmu

Syeikh  Az-Zarnuji,(2009), Pentingnya Tawakal Dalam Menuntut Ilmu.Jawa barat: Mutiara ilmu surabaya

H.Supriyanto,Lc.M.S.C,(2010) Tawakal bukan pasrah, Jakarta: Qultum Media

Muhammad Abdul Tuasical Msc,(2021) Tawakal yang Sebenarnya, Yogyakarta: Pustaka Muslim

Ad-Dumaiji,A.B.U.(2015). Tawakal Bergantung Sepenuhnya Kepada Allah.Jakarta: Pustaka Al-Inabah

Basri,H.M.M. (2008).Indahnya Tawakal.Surakarta:Indiva

Syeikh Dr. Shalih,(2019) Membenahi Akidah Berdasarkan Manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama’ah,Jakarta:Aqidah islam

Muh.Mu’inudinillah Basyri,Lc.,M.A (2008), Indahnya Tawakal,Jakarta: Indiya Media Kreasi

Ahmad Yani,(2007), Menjadi Pribadi Terpuji,Jakarta: Gema Insani

 Achmad Sunarto. (1995), Imam Al-Ghazali Berbicara Tentang Tawakal,Semarang: Surya Angkasa


Posting Komentar untuk "Ta'lim Muta'alim- Tawakal "