Ta'lim Muta'alim- Tawakal
Tawakal
Oleh:
Muhammad Fajri Dosen Pengampu : Dr. Nur Komariah, M.Pd.I
Pengertian Tawakal
Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut,
"Tawakkal ialah menyandarkan kepada Allah swt tatkala menghadapi suatu
kepentingan, bersandar kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala
ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.
Menurut Abu Zakaria Ansari, tawakkal ialah "keteguhan hati
dalam menyerahkan urusan kepada orang lain". Sifat yang demikian itu
terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada orang yang diserahi urusan tadi.
Artinya, ia betul-betul mempunyai sifat amanah (tepercaya) terhadap apa yang
diamanatkan dan ia dapat memberikan rasa aman terhadap orang yang memberikan
amanat tersebut.
Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil
dari keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar
meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya, pengetahuanNya Maha
Luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta ini. Keyakinan inilah yang
mendorongnya untuk menyerahkan segala persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang
dan tenteram serta tidak ada rasa curiga, karena Allah Maha Tahu dan Maha
Bijaksana.
Ada juga pendapat yang mendefinisikan tawakal adalah orang yang
senantiasa bersandar kepada Allah SWT bukan kepada yang lain. Orang seperti ini
percaya bahwa hanya Allah yang menanggung rizki dan urusannya.
Dari sejumlah arti tawakal di atas, sejumlah pakar menjelaskan dan
ini pendapat paling kuat menjelaskan bahwa tawakal adalah menyerahkan segala
sesuatu yang dilakukan kepada Allah SWT dengan berusaha (ikhtiar), serta
berserah sepenuhnya kepada-Nya.
Sebagai seorang hamba yang beriman, sejatinya seorang muslim
haruslah bertawakal kepada Allah SWT. Seperti dalam firman Allah dalam (QS.
Al-Maidah : 23)
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya: "Dan hanya kepada Allah-lah kalian bertawakal, jika kalian benar-benar orang yang beriman"
Tawakal Dalam Mencari Ilmu
Tawakal dalam Mencari Ilmu Tawakal atau
berserah diri (Jawa: nerimo) adalah hal yang harus dimiliki oleh seorang santri
/ pelajar yang sedang menuntut ilmu. Orang yang tawakal siap secara mental
untuk hidup susah dan untuk hidup senang. Sikap
prihatin itu penting dalam arti yang luas: kesiapan diri untuk belajar rajin
dan bekerja keras untuk mencapai tujuan dan membuang rasa manja dan kenyamanan
diri dalam kemalasan. (Terjemah Ta'lim muta'alim hal,74)
Judul kitab asal: Ta'limul Muta'allim Tariq Al-Ta'allum ( تعليم المتعلم طريق التعلم)Pengarang: Burhanul Islam Al-ZarnujiPenerjemah:Bidang studi: Akhlak, tasawuf dan budi pekertiAda seorang lelaki berkata kepada Manshur Al-Hallaj Raḥimahullāh, “Berilah aku nasihat!” Ia pin berkata, “Adalah jiwamu; jika engkau tidak menyibukkannya (memanfaatkannya) maka ia (jiwamu) yang akan menyibukkan dirimu.”
Setiap orang hendaknya menyibukkan dirinya dengan amal-amal kebaikan, supaya tidak sibuk dengan hawa nafsunya. Orang yang berakal tidak perlu merisaukan urusan dunia karena kerisauan dan kesedihan tidak dapat menolak musibah, dan juga tidak bermanfaat, bahkan membahayakan (hati), akal, badan, serta dapat merusak amal-amal kebaikan. Sebaliknya, setiap orang hendaknye memikirkan urusan akhirat karena hal itu akan bermanfaat. Adapun mengenai sabda Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam: “Sesungguhnya ada beberapa dosa yang tidak bisa dilebur kecuali oleh kerisauan dalam memikirkan ma’isyah (penghidupan).” Hamm (kegelisahan) yang dimaksud adalah kegalisahan yang masih dalam batas-batas yang tidak sampai merusak amal kebaikan dan tidak menyibukkan hati yang dapat merusak kekhusyukan dalam shalat. Jadi, (kerisauanO dalam batasan itu termasuk amalan yang bermanfaat di akhirat.
Seorang penuntut ilmu harus dengan sekuat tenaga mempersedikit kesibukan duniawinya. Untuk itu, banyak pelajar yang lebih memilih hidup mengasingkan diri. Seorang thalibul ilmu juga harus siap berletih-letih dan bersusah-susah saat menempur perjalanan untuk menuntut ilmu (Hal ini tidak pernah dikisahkan dari Nabi Musa dalam perjalanan selainnya). Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā berfirman
لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا
“Sungguh
kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.” (QS. Al-Kahfi
[18]: 62)
Salah Paham tentang Memahami
Tawakal
Perhatikan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai
“tawakalnya burung”.
ﻟَﻮْ ﺃَﻧَّﻜُﻢْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻮَﻛَّﻠُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺣَﻖَّ ﺗَﻮَﻛُّﻠِﻪِ
ﻟَﺮُﺯِﻗْﺘُﻢْ ﻛَﻤَﺎ ﻳُﺮْﺯَﻕُ ﺍﻟﻄَّﻴْﺮُ ﺗَﻐْﺪُﻭ ﺧِﻤَﺎﺻًﺎ ﻭَﺗَﺮُﻭﺡُ ﺑِﻄَﺎﻧًﺎ
“Seandainya kalian sungguh-sungguh bertawakal kepada Allah, sungguh
Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor
burung yang pergi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang “ (HR.Tirmidzi, hasan shahih)
Sebagaimana termaktub dalam QS. At Thalaq ayat 3 yang berbunyi:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Artinya: "Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (QS. At Thalaq: 3).
Ulama Imam Al Ghazali mendefinisikan tawakal sebagai penyandaran
diri kepada Allah SWT sebagai satu-satunya al-wakiil (tempat bersandar) dalam
menghadapi setiap kepentingan, bersandar kepada-nya saat menghadapi kesukaran,
teguh hati ketika ditimpa bencana, dengan jiwa yang tenang dan hati yang
tentram.
Tawakal yang Sebenarnya
Ibnu Rajab rahimahullah dalam Jami’ul Ulum wal Hikam tatkala
menjelaskan hadits no. 49 mengatakan, “Tawakal adalah benarnya penyandaran hati
pada Allah ‘azza wa jalla untuk meraih berbagai kemaslahatan dan menghilangkan
bahaya baik dalam urusan dunia maupun akhirat, menyerahkan semua urusan
kepada-Nya serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa ‘tidak ada yang
memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya, dan mendatangkan manfaat kecuali
Allah semata‘.”
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc. 21 Agustus 2021
Tawakal Bukan Hanya Pasrah
Ibnu Rajab mengatakan bahwa menjalankan tawakal tidaklah berarti
seseorang harus meninggalkan sebab atau sunnatullah yang telah ditetapkan dan
ditakdirkan. Karena Allah memerintahkan kita untuk melakukan usaha sekaligus
juga memerintahkan kita untuk bertawakal. Oleh karena itu, usaha dengan anggota
badan untuk meraih sebab termasuk ketaatan kepada Allah, sedangkan tawakal
dengan hati merupakan keimanan kepada-Nya.
Sebagaimana Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya), “Hai
orang-orang yang beriman, ambillah sikap waspada.” (QS. An Nisa [4]: 71).
Sumber Jurnal Muhammad Abduh Tuasikal, MSc.21 Agustus 2021
Tawakal yang Termasuk Syirik
Setelah kita mengetahui pentingnya melakukan usaha, hendaknya
setiap hamba tidak bergantung pada sebab yang telah dilakukan. Karena yang
dapat mendatangkan rezeki, mendatangkan manfaat dan menolak bahaya bukanlah
sebab tersebut tetapi Allah ta’ala semata.
Imam Ahmad mengatakan bahwa tawakal adalah amalan hati yaitu ibadah
hati semata (Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim, 2/96).
Tetapi apabila dia bersandar pada sebab dan dia meyakini bahwa itu
hanyalah sebab semata sedangkan Allah-lah yang menakdirkan dan menentukan
hasilnya, hal ini tidaklah mengapa.
(Lihat At Tamhiid lisyarhi Kitabit Tauhid, 375-376; Syarh
Tsalatsatil Ushul, 38; Al Qoulul Mufid, 2/29)
Tips Menjadi Orang Tawakal
Dekatkan diri dengan
Allahlakukan segala aktivitas karena Allah Bangun kepercayaan kepada Allah Mensyukuri
segala pemberian Allah Berusaha,namun jangan gantungkan hati pada usaha
“Barangsiapa menggantungkan diri pada sesuatu, niscaya Allah SWT
akan menjadikan dia selalu bergantung pada hal tersebut“ (HR.At Tirmidzi).
Sumber Jurnal Ayu Rifka Sitoresmi pada 07 Feb 2022
Contoh Perilaku Tawakal dalam
Kehidupan Sehari-hari
"Sungguh, setan itu tidak
akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan."
Contoh Perilaku Tawakal dalam Kehidupan Sehari-hari
Berikut ini beberapa contoh
perilaku tawakal yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari: (1) Selalu
bersyukur jika mendapatkan nikmat dari Allah swt, dan bersabar apabila
mendapatkan musibah. (2) Selalu berdoa dan menyerahkan diri atas apa yang kita
usahakan sebelumnya. (3) Selalu berprasangka baik terhadap Allah SWT atas
kejadian atau apa yang kita terima. (4) Tidak berkeluh kesah dan gelisah ketika
berusaha dan berikhtiar. (5) Menyerahkan segala sesuatu hal terhadap Allah SWT
setelah berusaha keras. (6) Selalu berusaha dan berikhtiar dengan maksimal,
selanjutnya bertawakal kepada Allah SWT. (7) Tidak mudah berputus asa dalam
berusaha. (8) Menerima semua ketentuan Allah swt dengan rasa ikhlas dan ridha.
(9) Ketika kita meninggalkan rumah, kita bertawakal kepada Allah SWT atas rumah
yang kita tinggalkan. (10) Ketika kita mendapatkan suatu masalah, kita berserah
diri kepada Allah SWT dan berdoa agar segera mendapatkan solusi dari masalah
yang kita alami. (11) Berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat
kepada orang lain. (12) Sebelum dan setelah kita ujian, diiringi dengan berdoa
dan menyerahkan semua kepada Allah SWT. (13) Ketika kita berobat ke rumah
sakit, kita berserah diri dan memohon kepada Allah agar diberi kesembuhan.Ayu Rifka
Sitoresmi pada 03 Mar 2022
KESIMPULAN
Tawakal
atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal
berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu
hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.Ikhtiar secara
bahasa artinya memilih. Secara istilah ikhtiar adalah usaha seorang hamba untuk
memperoleh apa yang di kehendakinya. Orang yang berikhtiar berarti dia memilih
suatu pekerjaan kemudian dia melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh agar
dapat berhasil dan sukses. Tawakal atau tawakkul
berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti
berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil
suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.
Ikhtiar secara bahasa artinya memilih. Secara istilah ikhtiar adalah usaha seorang hamba untuk memperoleh apa yang di kehendakinya. Orang yang berikhtiar berarti dia memilih suatu pekerjaan kemudian dia melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dan sukses.
DAFTAR PUSTAKA
Syeikh Az-Zarnuji,(2009),Terjemah ta’lim muta’alim,Surabaya:
Mutiara Ilmu
Syeikh Az-Zarnuji,(2009), Pentingnya
Tawakal Dalam Menuntut Ilmu.Jawa barat: Mutiara ilmu surabaya
H.Supriyanto,Lc.M.S.C,(2010) Tawakal bukan pasrah, Jakarta:
Qultum Media
Muhammad Abdul Tuasical Msc,(2021) Tawakal yang Sebenarnya,
Yogyakarta: Pustaka Muslim
Ad-Dumaiji,A.B.U.(2015). Tawakal Bergantung Sepenuhnya Kepada
Allah.Jakarta: Pustaka Al-Inabah
Basri,H.M.M. (2008).Indahnya Tawakal.Surakarta:Indiva
Syeikh Dr. Shalih,(2019) Membenahi Akidah Berdasarkan Manhaj
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah,Jakarta:Aqidah islam
Muh.Mu’inudinillah Basyri,Lc.,M.A (2008), Indahnya Tawakal,Jakarta:
Indiya Media Kreasi
Ahmad Yani,(2007), Menjadi Pribadi Terpuji,Jakarta: Gema Insani
Achmad Sunarto. (1995), Imam
Al-Ghazali Berbicara Tentang Tawakal,Semarang: Surya Angkasa
Posting Komentar untuk "Ta'lim Muta'alim- Tawakal "