Ta'lim Muta'alim- Tawakal
TAWAKKAL
وَتَوَكَّلْ
عَلَى ٱلْعَزِيزِ ٱلرَّحِيمِ
Artinya: Dan bertawakkallah kepada
(Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.
Q.S. Asy-Syu’ara Ayat 217
Pengertian Tawakal
Berasal dari akar kata bahasa Arab;
(mewakilkan) وكل misalnya; إليه استسلم : باألمر وكل (ia telah mewakilkan suatu perkara kepada orang lain,
artinya : ia menyerahkan perkara itu kepadanya). Sementara
kata tawakal mengandung arti : إظهار العجز واالعتماد
على الغير menunjukkan ketidak berdayaan serta bersandar pada orang lain). Tawakal dalam
pandangan para ulama tasawuf, antara lain seperti yang diungkapkan Ibn MasrËq
(w. 299 H / 912 M) adalah menyerahkan diri terhadap ketentuan Allah.
Sementara Abu Abdillah al-Qursyi (w. 599 H / 1203 M) menjelaskan
bahwa tawakal adalah tidak mengembalikan segala urusan kecuali hanya kepada
Allah. Imam Ahmad berkata : “Tawakal adalah amalan hati”, maksudnya adalah
tawakal merupakan amalan hati yang tidak bisa diungkapkan dengan lisan dan
tidak juga dengan amalan badan juga bukan termasuk masalah ilmu dan
pengetahuan. (Abu Abdillah Muhammad ibn Abu Bakr ibn Ayyub ibn Qayyim
al-Jauziyah, Madarij al-Saliken Baina Manazili Iyyaka Na’budu wa Iyyaka
Nasta’in (Beirut: Dar alKutub al-Ilmiyah, Cet. I., t.t.), Juz II., h. 119).
Dari pengertian di atas jelas bahwa inti
tawakal adalah menyerahkan kepada kehendak dan ketentuan Allah, yang dilandasi
kesadaran akan kelemahan diri sendiri, dan berdasarkan kepercayaan yang kuat
kepada qudrah dan kebijaksanaan Allah.
Tawakal adalah merupakan salah satu ajaran pokok dalam Islam,
seperti yang disebutkan dalam QS, al-AnfÉl; 8 : 2
اِنَّمَا
الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا
تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُوْنَۙ
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang
bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah
mereka bertawakal.
Tawakal dalam ayat ini, diposisikan sebagai
salah satu kriteria pokok bagi seorang mukmin yang sebenar-benarnya, artinya
sebagai salah satu ciri pokok iman yang benar dan sempurna kepada Allah adalah
sikap pasrah, menyerahkan segala urusan kepada Allah. (Muhammad
Mahmud al-Hijazi, al-Tafsir al-WaÌih (Beirut: Dar al-Jail, 1969), h.)
Bertawakal juga akan
mendatangkan ketenangan dan rasa. Dikutip dalam islam.nu.or.id, disebut
memiliki banyak hikmah dan keutamaan sebagaimana ditegaskan dalam al-qur'an,
yakni: Orang yang bertawakal kepada Allah akan mendapatkan perlindungan ,
pertolongan dan bahkan anugerah dari Allah SWT sebagaimana ditegaskan di dalam
Surah Al-Anfal ayat 49 yang berbunyi: "Barangsiapa yang tawakkal kepada
Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Orang yang bertawakal kepada Allah SWT akan mendapatkan
kebaikan di dunia dan di akhirat sebagaimana ditegaskan dalam Surah An-Nahl,
ayat 41-42: "Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka
dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka
mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Allah saja mereka
bertawakkal."
Orang yang bertawakal hidupnya akan dicukupi oleh Allah SWT
sebagaimana ditegaskan dalam Surah Ath-Thalaaq ayat 3: "Dan barangsiapa
yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)
nya."
Landasan Bertawakal Kepada Allah
Kata tawakal dalam arti menyerahkan urusan kepada Allah, disebutkan
dalam Alquran dalam berbagai bentuk sebanyak 59 kali, dalam 47 ayat dari 25
surat. Penyebutan kata ini dalam Alquran memiliki konteks beragam yang mencakup
berbagai aspek kehidupan. Misalnya dalam masalah dakwah (QS, al-Taubah; 9 : 12,
Ibrahim; 14 : 120), menjalankan hukum Allah (QS, Yusuf; 12 : 67), menghadapi
bahaya (QS, al-Mujadalah; 58 : 10), sebagai sifat orang yang beriman (QS,
al-Anfal; 8 : 2), dalam urusan yang bersifat umum (QS, al-Furqan; 25 : 58),
masalah rezeki dan usaha mencapai suatu tujuan (QS, al-Falaq; 65 : 2)Keluasan
tawakal hingga dalam masalah duniawi, bahkan dalam urusan rezeki juga
ditegaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Turmuzi, Artinya:
" Telah mengkhabarkan kepada kami Harmalah ibn Yahya, telah mengkhabarkan
kepada kami Abdullah ibn Wahb, telah mengkhabarkan kepadaku Ibn Luhai’ah dari
Ibn Hubairah dari Abi Tamim al-Jaisyani, ia berkata : Aku mendengar Umar ra
berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : "Sekiranya kalian
bertawakal, niscaya Dia akan memberii kalian rezeki sebagaimana Dia memberii
rezeki kepada burung yang pergi dalam keadaan kosong perutnya dan kembali lagi
dalam keadaan kenyang". (Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Surah al-Turmuzi,
Sunan al-Turmuji (Mesir: Mustafa al-Baby al-Halaby wa Auladuh, Cet. I., 1962),
Juz IV., h. 573-574.).
Dalam penerapannya tawakkal terdiri atas tiga tingkatan yaitu: Hati
selalu senantiasa merasa tenang dan tenteram terhadap apa yang di janjikan
Allah swt. Kemudian Taslim yaitu menyerahkan urusan kepada Allah swt karena
Allah mengetahui segala sesuatu mengenai diri dan keadaanya. Tingkatan ketiga
yaitu tafwid yaitu rida atau rela menerima segala ketentuan Allah bagaima
bentuk dan keadaannya. Keyakinan utama yang mendasari tawakkal adalah keyakinan
sepenuhnya akan kekuasaan dan kebesaran Allah.
Dalam konteks Tasawuf, sebelum seorang calon
sufi menjadi sufi maka terlebih dahulu harus melewati jenjang atau maqamat yang
tujuannya adalah untuk membersihkan jiwa agar mudah berhubungan dengan Allah. Tawakkal adalah jenjang ke-enam sebelum sampai ke jejang berikutnya
yaitu Ridha. Ada bebepa jenjang atau maqamat yang harus dilalui seorang sufi:
Taubat, Zuhud, Wara’, Fakir, Sabar, Tawakkal, Ridha. Maqamat-maqamat tersebut
merupakan tempat penyucian diri bagi orang yang memasuki jalan tasawuf, artinya
seseorang yang sudah berhasil menjalani tahapan sampai ketingkat ridha belumlah
disebut sufi tetapi apa bila telah sampai ke tingkat hal / ahwal barulah
sesorang tersebut dikatakan sufi. Hal / ahwal adalah kondisi kejiwaan seorang
sufi terhadap Allah. (Nasution: 168).
Tawakkal kepada Allah
فَبِمَا
رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ
لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ
وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: "Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah
mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang
bertawakal." (Q.S. Ali Imran 3:159).
Ayat di atas merupakan ayat Madaniyah (Abdul
Baqi: 1262, 762), Menurut Ibnu Katsir ayat tersebut menjelaskan tentang firman
Allah kepada nabi Muhammad Saw., mengingat atas karunia yang telah diberikan
kepadanya dan kepada orang-orang beriman, tatkala Allah menjadikan hati beliau
lembut kepada umatnya yang mengikuti perintah dan meninggalkan larangannya dan
menjadikan Nabi Muhammad bertutur kata baik kepada mereka.
Tawakkal kepada Allah dalam
meluruskan diri
Seperti poin pertama, ditambah dengan tawakkal kepada-Nya dalam
menegakkan agama Allah di muka bumi dan mencegah kerusakan, memberantas bid’ah,
dan memerangi orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Juga memberikan
perhatian terhadap kemaslahatan kaum muslimin, menegakkan amar ma’ruf nahi
munkar, memberikan pengaruh kepada orang lain sehingga dia benar-benar
menyembah Allah semata. Dan inilah tawakkal para Nabi dan para ulama pewaris
mereka. Ini pula merupakan macam tawakkal yang paling agung sekaligus paling
bermanfaat. (Kitab Ma’aalim at-Tauhiid, hal. 80)
Hakikat Sikap Tawakal (Tawakal adalah lambang dari keyakinan diri seseorang terhadap kemampuan si wakil) Red: Esthi Maharani (Republika : Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya yang bertawakal kepada-Nya).
Al-‘Allamah Ibnu as-Sa’di rahimahullah
mengatakan, “Dan ketahuilah bahwa tawakkal para Rasul Shallallahu ‘alaihi wa
sallam merupakan tuntutan paling tinggi sekaligus tingkatan paling mulia. Dan itulah tawakkal kepada Allah dalam menegakkan dan menolong
agama-Nya, memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya, dan menyingkirkan kesesatan
dari mereka. Yang demikian itu merupakan tawakkal yang paling sempurna.”(
Taisiir al-Kariim ar-Rahmaan (III/11).
Tawakal kepada Selain Allah SWT.
Tawakkal Syirki (syirik), yang ia terbagi lagi menjadi dua macam:
1. Tawakkal kepada selain Allah Ta’ala dalam urusan yang tidak ada seorang pun
mampu mengerjakannya, kecuali Allah Azza wa Jalla, seperti orang-orang yang
bertawakkal kepada orang-orang yang sudah meninggal dunia dan para thaghut
dalam mengharapkan tuntutan mereka, berupa pertolongan, penjagaan, rizki, dan
syafa’at. Yang demikian itu merupakan syirik terbesar. Sesungguhnya hal-hal
seperti ini dan yang semisalnya tidak ada yang dapat melakukannya, kecuali
hanya Allah Tabaraka wa Ta’ala. (Kitab Taisiir al-‘Aziiz al-Hamiid, hal.
497-498.) 2. Tawakkal macam ini disebut sebagai tawakkal sirri, karena tawakkal
ini tidak dilakukan, kecuali oleh orang yang meyakini bahwa orang yang meninggal
ini memiliki kemampuan berbuat secara rahasia di alam ini. Tidak ada perbedaan
antara Nabi, wali maupun thaghut yang menjadi musuh Allah Ta’ala.(Kitab Majmuu’
Fatawaa wa Rasaa-il asy-Syaikh Ibnu al-‘Utsaimin (VI/54).
Tawakkal kepada selain Allah dalam hal-hal yang mampu untuk
dikerjakan -berdasarkan perkiraan- orang yang bertawakkal kepadanya. Dan ini
merupakan syirik kecil.(Kitab Taisir al-‘Aziiz al-Hamiid, hal. 40.) Seperti,
tawakkal dalam sebab yang tampak lagi biasa. Misalnya orang yang bertawakkal
pada penguasa atau pemerintah dalam hal-hal yang Allah telah berikan kepadanya,
baik itu berupa rizki, penolakan gangguan, dan yang lain-lainnya. Yang demikian
ini termasuk syirik khafi (tersembunyi). (Kitab Taisiir al-‘Aziiz al-Hamiid,
hal. 498). Allah Ta’ala telah berfirman:
وَمَنْ
يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ
أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
Artinya:"Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah,
maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau
diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (Al-Hajj/22: 31)
Syaqiq al-Balakhi mengatakan, “Setiap orang memiliki maqam
(kedudukan), di mana dia bisa bertawakkal pada hartanya, dirinya sendiri,
lidahnya, pada pedangnya, atau kekuasaannya, dan juga kepada Allah Azza wa
Jalla. Adapun orang
yang bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla, maka dia telah mendapatkan
ketenangan. Yang dengannya, Allah akan meninggikan kedudukannya dimana pun ia
berada. Sebab, seorang makhluk tidak akan dapat menanggung semua kebutuhan
hamba dan tidak pula mampu memenuhi semua kebutuhannya, juga tidak kuasa untuk
melakukan sesuatu untuk orang yang mewakilkan kepadanya, kecuali atas kehendak
dan kuasa Allah Azza wa Jalla. (Risalah Tahqiq at-Tawakkul, hal. 89, yang
tercakup di dalam kitab Jaami’ ar-Rasaa-il, karya Syaikhul Islam).
KESIMPULAN
Tawakkal berasal dari akar kata bahasa Arab; (mewakilkan) وكل misalnya; إليه استسلم : باألمر وكل (ia
telah mewakilkan suatu perkara kepada orang lain, artinya : ia menyerahkan
perkara itu kepadanya). Sementara kata tawakal mengandung arti : menunjukkan) إظهار العجز واالعتماد على الغير ketidak berdayaan serta bersandar pada orang lain). Jadi menurut
saya (Penulis) Tawakkal adalah berserah diri, menyerah kan segala urusannya
Kepada Allah Swt. Dengan ikhtiar. Tawakal dalam arti menyerahkan urusan kepada
Allah Swt. agar dapat Ridho Dari Allah Swt. Berserah diri bukan berati kita
mudah menyerah, melainkan agar kita bisa di bantu dan tenang dalam segala
urusan kita, dan percaya segala sesuatu pasti ada jalannya. Tawakkal menjadi 3
bagian, yaitu : Tawakkal kepada Allah, Tawakkal kepada Allah dalam meluruskan
diri, dan Tawakkal kepada selain Allah. Tawakal merupakan bagian dari tingkatan keimanan kita terhadap
Allah SWT. Bahkan, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang masyhur,
tawakal bisa dijadikan salah satu sifat, orang-orang yang masuk surga tanpa
hisab dan adzab. Tidak hanya berserah diri pada Allah, tawakal juga harus
diikuti dengan berusaha dan berdoa, barulah untuk penentuan berhasil atau
tidaknya sesuatu yang menentukanya adalah Allah. Yakini bahwa Allah akan
memberikan yang terbaik dan memberikan pertolongan bagi hamba-hamba yang patuh
dan hamba yang memohon kepada-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Abdillah Muhammad ibn Abu Bakr ibn Ayyub ibn Qayyim
al-Jauziyah, Madarij al-Saliken Baina Manazili Iyyaka Na'budu wa Iyyaka
Nasta'in (Beirut: Dar alKutub al-Ilmiyah, Cet. I., t.t.), Juz II., h. 119).
Muhammad Mahmud al-Hijazi, al-Tafsir al-Walih ( Beirut : Dar
al-Jail, 1969).
Baby al-Halaby wa Auladuh, Cet. I., Jus 1V, 1962).
Nasution 168, Makna Tawakkal
Atau Berserah Diri Kepada Allah, (Ayu Alfiah Jonas, 3 Januari 2021
Abdullah bin 'Umar ad-Dumaiji, Kitab Ma'aalim at-Tauhiid, (Jakarta
: Pustaka Ibnu Katsir, 2005)
Abdullah bin 'Umar ad-Dumaiji, Taisiir al-Kariim ar-Rahmaan III/11,
(Jakarta : Pustaka Ibnu Katsir, 2005)
Abdullah bin 'Umar ad-Dumaiji, Kitab Taisiir al-'Aziiz al-Hamiid,
(Jakarta : Pustaka Ibnu Katsir, Rabiul awal 1426H - 2005).
Abdullah bin Umar ad-Dumaiji, Kitab Majmuu'Fatawaa wa Rasaa-il
asy-Syaikh Ibnu al-'Utsaimin (VI/54), (Jakarta : Pustaka Ibnu Katsir, 2005).
Abdullah bin Umar ad-Dumaiji, Kitab Taisiir al-'Aziiz al-Hamiid,
(Jakarta : Pustaka Ibnu Katsir, 2005)
Syaikhul Islam, Risalah Tahqiq at-Tawakkul, (Jakarta : Pustaka Ibnu
Katsir, 2005).
Oktafia/MPI SMT 1/ Dr. Nur Komariah, M.Pd.I
Posting Komentar untuk "Ta'lim Muta'alim- Tawakal "