Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ta'lim Muta'alim- Cara Menghormati Ilmu & Guru

 Cara Menghormati Ilmu & Guru

Didalam menuntut ilmu menurut kitab Ta’lim al-Muta’alim karangan Syekh al-Zarnuji yang lazim diajarkan di dunia pesantren. Hal ini menjadi penting untuk diungkapkan, mengingat dewasa ini, banyak diantara para peserta didik yang kurang memilki etika atau moral dalam menuntut ilmu. Sehingga terjadi degradasi moral yang kian masif apalagi hal ini dipengaruhi oleh era globalisasi yang terkadang menomorduakan etika serta memiliki kecenderungan untuk bersifat pragmatis, liberalis, materialis, hedonis, dan lain sebagainya. Namun demikian, luhurnya niat para pendidik untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, terkadang melupakan sumber-sumber atau kitab-kitab klasik di pesantren dan cenderung mengarah kepada buku-buku etika moral pragmatis dan ateis barat yang tidak relevan dengan kondisi bangsa Indonesia. Padahal, kitab-kitab klasik ini memiliki muatan etika yang dalam di samping memiliki substansi yang dalam pula, karena pada umumnya kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren atau sekolah-sekolah Islam, selain memiliki substansi keilmuan biasanya juga diikuti dengan penekanan pada moral, etika atau akhlak, sekaligus menjadi pembeda dengan sumber-sumber pengetahuan lain diluar Islam.

Menurut ( Basuki dan M. Miftahul Ulum: 2007 ) dalam bukunya tentang ilmu dijelaskan bahwa salah satu ciri yang membedakan Islam dengan lainnya adalah penekanannya terhadap ilmu. Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah Saw. mengajak kaum muslimin untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Dalam perspektif Islam, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul dari makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Dan berkali-kali pula al-Qur’an menunjukkan betapa tinggi kedudukan orang-orang mukmin yang berilmu pengetahuan.

 َيَعْلَمُوْنَهَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لاَ

Artinya: Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. ” (QS. Az-Zumar[39]: 9)

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

Artinya: “Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu” (QS. al-Mujadalah [l58]: 11)

 Didalam buku ( Muhammad Daud Ali: 2010 ) Menurut al-Ghazali menuntut ilmu merupakan kewajiban manusia, laki-laki dan perempuan, tua dan muda, orang dewasa dan anak-anak menurut cara-cara yang sesuai dengan keadaan, bakat dan kemampuan. Bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah (tanpa membedakan jenis kelamin) dasarnya terdapat di dalam al-Hadits Nabi Muhammad Saw:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ

Artinya: “Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap orang muslim laki-laki dan orang muslim perempuan” (H.R. Ibnu Majah)

Hukum dalam Menuntut Ilmu

Imam Zarnuji menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu pengetahuan ada empat macam, di antaranya: (1) fardlu ‘ain: yakni setiap individu berkewajiban mempelajarinya, seperti: tata cara wudlu, shalat, dan semacamnya, (2) fardlu kifāyah: yakni apabila seseorang di suatu daerah sudah ada yang melakukan, maka kewajiban itu gugur bagi yang lain, seperti: ilmu tentang cara mengkuburkan jenazah, dan semacamnya, (3) haram: yakni dilarang oleh agama, seperti belajar ilmu nujum (ilmu ramalan berdasarkan perbintangan), (4) jawāz: yakni diperbolehkan, seperti mempelajari ilmu kedokteran (ilmu al-tibb). Sebab ilmu ini merupakan salah satu sebab menuju kesehatan dan sebab-sebab yang lainnya. Ayat al-Qur’an yang pertama diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang berkaitan tentang  ilmu seperti firman Allah dalam Surah al-‘Alaq ayat 1-5 sebagai berikut:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang ia tidak tau”

Keutamaan dalam Menuntut Ilmu

(Mohammad Ajwad Jauhari: TT) menuntut ilmu memiliki keutamaan dan martabat yang mulia. Rasulullah Saw. Menyebutkan bahwa para malaikat akan menaungi penuntut ilmu dengan sayapnya. Hal tersebut memiliki dua pengertian yaitu, (1) malaikat merahmatinya. Sebagaimana Allah wasiatkan kepada anak-anak untuk berbuat baik kepada orang tua mereka, (2) malaikat membentangkan sayapnya, seperti yang di sebutkan dalam riwayat bahwa para malaikat membentangkan sayapnya. Apabila para malaikat melihat orang menuntut ilmu karena mengharap Rida Allah, malaikat akan mengembangkan sayapnya untuk melindunginya dari segala kesusahan yang dia hadapi selama menuntut ilmu. Oleh karena itu, dengan naungan para malaikat, jarak yang jauh terasa dekat, dan ia tidak akan terkena musibah dalam perjalanan, seperti sakit, kekurangan harta, dan tersesat di jalan.

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ اَجْنِحَتَهَا رِضَّا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَاِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْاَرْضِ وَالْحِيْتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَاِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَاِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْاَنْبِيَاءِ وَاِنَّ الْاَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ اَخَذَهُ اَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ. (رواه ابو داود)

Artinya: “Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memperjalankannya di antara jalan-jalan yang ada di surga, sedangkan malaikat akan meletakkan sayapnya (memberikan doa) lantaran senang dengan para penuntut ilmu seluruh penghuni langit setra bumi dan ikan-ikan di dasar laut akan memintakan ampunan kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, karena kelebihan dan keutamaan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan atas ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan pada malam purnama atas bintang-bintang di sekitarnya. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melaikan mewariskan ilmu pengetahuan. Barang siapa mengambilnya berarti telah mengambil bagian yang banyak.” (H.R. Abu Daud)

Adab yang Baik dalam Menuntut Ilmu

Menghormati ilmu adalah menghormati pendidik dan kawan serta memuliakan kitab. Oleh karena itu, peserta didik hendaknya tidak mengambil kitab kecuali dalam keadaan suci. Demikian pula dalam belajar, hendaknya juga dalam keadaan suci. Sebab ilmu adalah cahaya, wudlu pun cahaya, maka akan semakin bersinarlah cahaya ilmu itu dengan wudlu.

Syekh Syamsul Aimmah Al-Hulwani rahimahullah pernah bercerita, “Sungguh aku dapat memperoleh ilmu ini karena aku memulikannya. Aku tidak akan mengambil lembaran kitab (yang hendak aku pelajari) kecuali dengan bersuci.”

Syekh Syamsul Aimmah As-Sarkhasi juga melakukan hal yang sama (tidak akan belajar kecuali dalam keadaan suci). Bahkan beliau pernah suatu malam sakit perut ketika beliau muraja’ah (membaca ulang pelajaran/suatu kitab). Beliapun sampai bolak balik wudhu sebanyak tujuh belas kali di malam itu karena beliau ingin muraja’ah dalam keadaan suci/memiliki wudhu

 Peserta didik hendaknya juga memperhatikan catatan, yakni selalu menulis dengan rapi dan jelas, agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari. Peserta didik juga hendaknya dengan penuh rasa hormat, ia selalu memperhatikan secara seksama terhadap ilmu yang disampaikan padanya, sekalipun telah diulang seribu kali penyampaiannya.

Menghindari Akhlak Tercela

 Untuk menentukan ilmu apa yang akan dipelajari, hendaknya ia musyawarah dengan pendidiknya, sebab pendidik sudah lebih berpengalaman dalam belajar serta mengetahui ilmu pada seseorang sesuai bakatnya. Az Zarnuji juga mengingatkan agar peserta didik selalu menjaga diri dari akhlak tercela, terutama sikap sombong.

Menurut  ( Syeikh al-Zarnuji: 2008 ) Mengutip dari syair beliau tentang akhlak:

وكذلك فى سائر االخالق نحو الجود والبخل والجبن والجرأة والتكبر والتواضع والعفة واالسراف والتقتير وغيرها

Demikian pula, setiap muslim wajib mengetahui dan mempelajari akhlak yang terpuji maupun yang tercela, seperti pemurah dan pelit, penakut dan pemberani, sombong dan rendah diri, sederhana dan berlebih-lebihan, irit dan lain sebagainya.

Ilmu akan Hilang dari Muka Bumi

Telah berkata Sayyidina Ali Karimahullahu Wajhu:

اَلْعِلْمُ يَحْرُسُكَ وَالْمَالُ تَحْرُسُهُ

Artinya: “Ilmu itu akan menjagamu dan harta itu engkau yang menjaganya”

Maka tuntutlah ilmu sebelum hilang dari dunia ini, karena ilmu tersebut akan habis dengan meninggalnya orang-orang alim. Rasulullah Saw. Telah bersabda:

مِنْ اَشْرَاطِ السَّاعَةِ اَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ.

Adalah sebagian dari tanda hari kiamat, terangkatnya ilmu dari muka bumi ini.

Dan al-Qur’an juga akan diangkat waktu mendekat kiamat.

Menghormati Guru

( Fadlil Munawar Manshur: 2017)  dalam bukunya tentang ilmu dijelaskan bahwa Kepatuhan ataupun penghormatan siswa pada gurunya merupakan hal yang sifatnya esensial dan telah menjadi salah satu adab saat menuntut ilmu.

وَقِّرُوْا مَنْ تَعَلَّمُوْن مِنْهُ الْعِلْم

Artinya: "Muliakanlah orang-orang yang telah memberikan pelajaran (ilmu) kepadamu” (H.R. Al-Khatib)

تَوَاضَعُوا لِمَنْ تَعَلَّمُونَ مِنْهُ

Tawadhu’lah kalian terhadap orang yang mengajari kalian.”

(Abdullah Hamid: 2017) menghormati guru adalah salah satu cara memuliakan ilmu yang dilakukan oleh seorang penuntut ilmu. Sedangkan memuliakan kitab/ilmu adalah salah satu wujud penghormatan terhadap ilmu atau kitab.

Didalam kitab akhlak karya Haji Adnan Yahya Lubis (1977) pasal ke-6 pada kesopanan murid terhadap gurunya, beliau menjelaskan: telah berkata Sayyidina Ali Karimahullahu Wajhu:

اَنَا عَبْدُ مَنْ عَلَّمَنِي حَرْفًا

Artinya: “Aku adalah seperti hamba bagi yang mengajari aku satu huruf”

Ketahuilah hai murid! bahwasanya gurumu adalah yang mendidikmu dan membersihkan jiwamu, dan yang mengajarimu ilmu pengetahuan untuk keselamatan dunia akhirat. Maka wajib bagimu memuliakan dan menghormatinya, hal demikian adalah adab yang sangat baik bagi murid terhadap gurunya. Sebagian daripadanya ialah: memberi salam ketika bertemu, duduk dengan sopan dihadapannya, jawab pertanyaannya dengan sopan, mendengarkan baik-baik pelajaran yang di terangkannya, jangan sekali-kali engkau bermain-main waktu gurumu memberi pelajaran, jangan engkau ucapkan kata-kata yang kasar terhadap guru, kalau engkau dinasehati oleh gurumu, hendaklah engkau terima dengan baik. Karena ingatlah bahwa gurumu hanya bermaksud untuk kebaikanmu. Dan do'akan gurumu setiap hari, seperti:

رَبِّ اغْفِرْلِمَشَايِخِي وَارْحَمْهُمْ يَا اَرٔحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

“Ya Tuhanku! Ampunilah dan berilah guru-guruku Rahmat Ya Tuhanku Yang Maha Pengasih”. Maka hormatilah guru agar engkau mendapat kebahagiaan dunia akhirat.

Cara Menghormati Ilmu & Guru

Dalam Kitab Ta‟lim Muta‟alim diantaranya adalah Menghormati ilmu dan guru, menurut Syekh Az-Zarnuji macam-macamnya yaitu :

(1) Tidak berjalan di depan guru, Kita tidak boleh berjalan mendahului guru ketika kita bertemu disekolah, waktu mau masuk kelas kita bareng dengan guru sebaiknya kita menunggu guru tersebut masuk terlebih dahulu baru kita menyusul masuk kelas. (2) Tidak duduk pada tempat duduk guru, Kita tidak boleh duduk ditempat duduk guru karena termasuk adzab yang tidak baik, tetapi jika guru tersebut yang meminta baru boleh duduk ditempat duduk guru tersebut. (3) Tidak berbicara di depan guru, selain diizinkan, Adzab yang baik berbicara ketika dikelas dengan seorang guru adalah mengacungkan jari kemudian izin bertanya, jika guru sudah mempersilahkan baru boleh berbicara dengan sopan dan baik. (4) Tidak banyak bicara di hadapan gurunya, Ketika di sekolah kita jangan banyak berbicara, berbicara seperlunya mengenai ilmu atau pelajaran yang disampaikan guru tersebut. (5) Tidak bertanya apapun saat guru tengah jenuh, Ketika disekolah ataupun dirumah, misal kita ingin bertanya kepada guru tentang pelajaran yang disampaikan tapi masih ada yang belum paham sebaiknya kita lihat dulu keadaan guru tersebut kalau guru tersebut kelihatan tidak baik-baik saja sebaiknya ditunda dulu untuk bertanya. (6) Menjaga waktu yang sudah ditentukan guna belajar, Diwaktu belajar harusnya siswa bertindak wara‟, sehingga ilmu akan lebih berguna, memiliki faedah lebih banyak, kemudian belajarnya juga lebih mudah. (7) Tidak mengetuk pintu, namun harus bersabar sampai guru keluar, Ketika hendak bertemu guru sebaiknya menunggu diluar sampai guru tersebut keluar, tapi kalau keaadannya mendesak kita boleh mengetuk pintu dengan mengucapkan salam.

Didalam buku (Fitriani Asnawawi dkk) mengatakan bahwa ” Menghormati guru mengajarkan dan menyadarkan betapa mulianya jasa-jasa seorang guru dalam mendidik dan memberikan ilmu untuk murid-murid nya”.

(Menurut Agus Waluyo dan Mufid Rizal Sani)  dalam jurnalnya  tentang dalam menghormati  dijelaskan bahwa akhlak merupakan pendidikan terkait dasar akhlak ataupun keutamaan perangai, tabit yang wajib dipunyai dan menjadi kebiasaan anak dari 14 masa analisis hingga menjadi mukallaf, orang yang sudah siap menjalani lautan kehidupan. Dia tumbuh berkembang dengan bertumpu pada landasan iman terhadap Allah serta terdidik agar senantiasa kuat, ingat bersandar, memintapertolongan ataupun berserah diri kepada-Nya, sehingga dia akan mempunyai respon ataupun kemampuan yang instingtif ketika menerima kemuliaan atau keutamaan.

Salah satu manfaat menghormati ilmu dan guru Salah satu sifat yang menjadikan hati tenang yaitu qana‟ah dan zuhud. Bila dilihat berdasar sumber, untuk orang beriman pada Allah, zuhud, qana‟ah yang hakiki merupakan sifat yang hanya timbul dari hati sanubari dikarenakan sadar dengan nikmat, anugerah ataupun rahmat yang berdasar metafisik berada di balik semua kondisi  (Muhammad Bahroni: 2018).

Dalam kehidupan sosial, guru dipandang sebagai anggota masyarakat yang dipandang mulia, dan senantiasa menjadi contoh dalam lingkungannya. Perubahan tersebut bisa dimulai dengan memperbaiki dan membenarkan etika terhadap guru yang sudah memberikan ilmu dan mengerahkan segala kemampuannya untuk menjadikan anak didiknya sebagai manusia yang lebih baik dan terhindar dari kebodohan (Purnamasari, Syafe'i, & Komariah:  2014)

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa menghormati ilmu dan guru itu sangat saling berkaitan sehinga dengan kita menghormati dapat memiliki manfaat yang luar biasa dalam menuntut ilmu dan menerima materi dalam pembelajaran disekolah diantaranya yaitu:

(1) Orang berilmu akan diberikan kebaikan dunia ataupun akhirat Allah Swt. Sudah menjelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 269 seseorang yang berilmu akan mendapatkan kebaikan di dunia dan diakhirat, kita bisa mempunyai banyak teman, mempunyai pengetahuan yang luas, mendapatkan pahala untuk amal kita diakhirat kelak, (2) Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu dan merasa  takut Kepada Allah atas larangannya, (3) Orang berilmu dipermudahkan jalannya menuju Surga, (4) Orang berilmu mempunyai pahala yang kekal, ilmu akan kekal ataupun berman‟faat untuk yang memilikinya walupun dia sudah meninggal, (4) Memperkuat ukhuwah islamiyah, menghormati guru dan menghargai akan ilmu dan memperkuat ukhuwah islamiyah antara guru dan muridnya, (5) Melatih diri menjadi pribadi yang toleransi, Menghormati guru akan membiasakan murid mempunyai sikap toleransi atau saling menghargai satu sama lain.

Menurut (noer M. A dan  Sarumpaet A 2017 ) mengatakan dalam bukunya dalam konsep adap peserta didik  yaitu memberikan kedudukan yang tinggi kepada guru bagi murid sama halnya dalam kedudukan 

REFERENSI

Basuki dan M. Miftahul Ulum, 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Ponorogo: STAIN Po PRESS,

Ali, Muhammad Daud, 2010.  Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,.

Az-Zarnuji Syeikh, 2008.  Pedoman Belajar Bagi Penuntut Ilmu Secara islami, cetakan ke -1. Surabaya: Menara Suci.

Fadlil Munawar Manshur, 2017  “Budaya Pesantren dan Tradisi Pengajian Kitab”, Jurnal Humaniora 18, No. 2

Abdullah Hamid, 2017. ” Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren: Pelajaran dan Santri Dalam Era IT dan Cyber Culture”,

Kitab Hukum Islam , Mengagungkan Ilmu dan Ahli Ilmu (2017)

Fitriani Asnawawi dkk, Akidah Akhlak Untuk MTs Kelas VII Semester I, (Klaten: Viva Pakarindo)

Agus Waluyo dan Mufid Rizal Sani, “Konsep Pendidikan Akhlak dan Relevansinya dengan Pendidikan Akhlak di Indonesia”, Jurnal Tawadhu’ 3, No. 2 : 875-877.

Muhammad Bahroni,2018” Aanalisis Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab T aisirul Khalaq Karya Syekh Khafidh Hasan Al-Mas‟udi”, Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman

Noer , M. A., & Sarumpaet, A. ( 2017 ) . Konsep adap peserta didik dalam pembelajaran Menurut Az-Zurnuji dan implikasinya terhadap pendidikan karakter di Indonesia. Al-Hikmah : Jurnal agama dan ilmu pengetahuan, 14 (2), 181-208.

Jauhari, Ajwad, Mohammad. (TT). Al-Qur’an Hadis untuk MA dan yang Sederajat Kelas XI Semester 1. (Sukarta: Putra Nugraha)

Lubis, Adnan Yahya Haji. (1977). Pelajaran Akhlak. (Medan: Sumber Ilmu Jaya). tua bagi anaknya tersebut.

Disusun Oleh: Yeni Lestari 

SMT : I (Satu) 

MK. Ta'lim Muta'alim 

Dosen Pembimbing: Dr. Nur Komariah, M.Pd.I 


Posting Komentar untuk "Ta'lim Muta'alim- Cara Menghormati Ilmu & Guru"