Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keutamaan Ilmu dalam Islam

Pentingnya Ilmu Dalam Islam

Dalam agama Islam, ilmu pengetahuan merupakan salah satu perantara untuk memperkuat keimanan seseorang. Iman hanya akan bertambah dan menguat, jika disertai ilmu pengetahuan. Ajaran Islam tidak pernah melakukan dikotomi antar ilmu satu dengan yang lain. Karena dalam pandangan Islam, ilmu agama dan umum sama saja berasal dari Allah. Islam juga menganjurkan kepada seluruh umatnya untuk bersungguh-sungguh dalam mempelajari setiap ilmu pengetahuan. hal ini dikarenakan Al-Qur’an merupakan sumber dan rujukan utama, ajaran-Nya memuat semua inti ilmu pengetahuan, baik yang menyangkut ilmu umum maupun ilmu agama. Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan peribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap (Irjus Indrawan, 2022).

Ilmu menurut Al-Qur’an adalah rangkaian keterangan yang bersumber dari Allah yang diberikan kepada manusia baik melalui Rasul-Nya atau langsung kepada manusia yang menghendakinya tentang alam semesta sebagai ciptaan Allah yang bergantung menurut ketentuan dan kepastian-Nya. Ilmu meliputi tiga kompenen yang saling bertautan dan merupakan kesatuan logis yang mesti ada serta berurutan. (1) ilmu harus diusahakan dengan aktifitas manusia, (2) aktifitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan (3) akhirnya aktifitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis (Mahfud Junaidi, 2010).

Agama Islam memperhatikan pentingnya iman sama dengan pentingnya ilmu pengetahuan. Dalam Firmannya Allah menjelaskan,  “Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya” (Al-Baqarah: 255). Allah juga memuliakan para ahli ilmu pengetahuan dengan firman-Nya yang artinya:   Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadalah: 11)

Selain itu penghargaan terhadap ilmu juga dapat kita lihat dari janji-janji Allah bagi orang yang berilmu seperti dalam ayat Al-Qur’an surah Al-Mujadilah ayat 11 yang Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah SWT. Ilmu mempunyai dua tujuan, yakni tujuan Ilahi dan tujuan duniawi. Ilmu berfungsi sebagai pertanda Allah, sebab orang yang mempelajari alam dan proses-prosesnya dengan seksama dan mendalam akan menjumpai banyak kasus yang menunjuk kepada tangan yang tidak tampak, yang membina dan mengawasi semua kejadian di dunia (C.A. Qadir, 1988).

Teori pengetahuan menurut Islam tidak hanya menonjolkan sudut yang khusus dari mana kaum Muslim memandang ilmu, akan tetapi juga menekankan keharusan yang mendesak untuk mencari ilmu. Seperti diketahui perintah Allah yang pertama kepada Nabi melalui wahyu pertama yang diterimanya adalah “bacaan dengan (menyebut) nama Allah”, dan dari sudut pandang Islam, membaca itu bukan hanya pintu menuju ilmu, akan tetapi juga cara untuk mengetahui dan menyadari Allah. Berkembangnya ilmu pengetahuan terutama dalam bidang sain dan teknologi tidak hanya akan mempengaruhi pertumbuhan bidang sosial dan budaya namun dapat menciptakan kebudayaan teknologi yang selanjutnya akan menimbulkan krisis moral dalam kehidupan masyarakat (Irjus Indrawan, 2014).

Tawakkal Dalam Mencari Ilmu

Secara harfiah, tawakkal berarti bersandar atau mempercayai diri. Apabila dikembangkan etimologinya, tawakkal  bermakna mempercayai diri secara utuh tanpa keraguan (Bachrum Rifa’i dan Hasan Mud’is: 2010). Namun, tawakkal yang dimaksudkan dalam masalah ini adalah tawakkal yang disandarkan kepada agama Islam yaitu bersandar dan mempercayai dan menyerahkan diri kepada Allah SWT. Tawakkal adalah kepercayaan dan penyerahan diri kepada takdir Allah dengan sepenuh jiwa dan raga.  Hakikat tawakkal adalah merupakan gambaran keteguhan hati manusia dalam mengantungkan diri hanya kepada Allah. Dalam buku Tasawuf  Tematik  menurut Dzun Nun, pengertian At-tawakkal  adalah berhenti memikirkan diri sendiri dan merasa memiliki daya dan kekuatan. Intinya penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah disertai perasaan tidak memiliki kekuatan (M. Sholihin: 2003). Menurut Sari As-Saqati, tawakkal adalah pelepasan kekuasaan dan kekuatan, tidak ada kekuasaan dan kekuatan apapun, melainkan dari Allah semesta alam (Bachrum Rifa’i dan Hasan Mud’is: 2010).

Pembahasan  Tawakkal adapun  yang dicantumkan dalam Al-Qur’an Surat At-Thalaq ayat (3) Allah berfirman yang artinya: “Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupi keperluannya” (Abu Fajar Al Qalami: 2003).  Ayat tersebut memberikan isyarat bahwa orang yang bertawakkal itu sebagai kekasihNya. Allah menjatuhkan kecintaanNya kepada orang yang bertawakkal itu. Dengan demikian Allah telah mengagungkan dengan suatu kedudukan kepada orang yang bertawakkal. Karena jika Allah telah mencintai seseorang, mencukupi, menanggung, memelihara, maka mereka akan mendapatkan kebahagiaan.

Bahwasannya dalam penafsiran dari pendapat-pendapat di atas, tawakkal kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah SWT untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah bahaya, baik menyangkut urusan Dunia maupun Akhirat, Dan menyerahkan segala keputusan hanya kepada Allah SWT. Dalam artian, kita mengantungkan kepada Allah itu tidak sepenuhnya kita meminta kepada Allah tanpa kerja dan berupaya lantas tiba-tiba memperoleh rizki dari langit, tentu tidak demikian. Orang yang ingin terpenuhi kebutuhan harus bekerja terlebih dahulu disamping itu kita berdo’a juga, jadi Allah memberi rizki kepada seseorang dengan upaya usaha yang telah diupayakannya. Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan diwaktu malam. Maka apakah kamu tidak memikirkan?” (QS. Ash Shoffat: 138).

Dalam ayat tersebut telah dijelaskan bahwa Allah SWT mewajibkan agar orang-orang mempunyai ilmu pengetahuan dengan menggunakan seluruh waktu untuk ilmu. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT telah memerintahkan hambanya untuk mencari ilmu sebagai perwujudan ibadah kepada-Nya agar mencapai keseimbangan kehidupan  di dunia dan di akhirat, Hal ini berkaitan dengan tujuan Pendidikan islam secara universal yaitu terwujudnya pribadi insan kamil (Abuddin Nata: 2010). Perwujudan insan kamil tidak cukup diperoleh melalui nilai atau pengetahuan kognitif saja, tetapi juga harus diimbangi dengan perilaku yang mencerminkan pribadi yang berbudi luhur. Pribadi luhur yang harus dimiliki oleh seorang peserta didik yang telah dijelaskan secara rinci dalam kitab Ta’lim Al-Muta’allim karangan Syeikh Burhanuddin Az-Zarnuji. Salah satu syarat dalam mencari ilmu seorang santri atau peserta didik yaiti dengan menerapkan sikap tawakkal, Dikatakan dalam kitab beliau: “Kemudian wajib bagi penuntut ilmu bersikap tawakkal kepada Allah dalam proses mencari ilmu”

Az Zarnuji mengajarkan kepada peserta didik untuk bersikap tawakkal kepada  Allah SWT selama belajar, dengan artian peserta didik hendaknya hanya memasrahkan dirinya kepada Allah SWT tanpa  memikirkan urusan dunia seperti minum dan makan ataupun sandang dan papan, karena hal itu telah di atur oleh Allah SWT. Dalam pengertian ini peserta didik dituntut untuk tetap berusaha dalam memperoleh ilmu dalam menjalankan aktifitas setiap hari berangkat ke sekolah setiap pagi hari, belajar di waktu malam dan lain-lain dengan tidak menghiraukan masalah duniawi.

Konsep tawakkal dalam menuntut ilmu merupakan sebuah rancangan aktifitas yang dilakukan sesoramg dengan menyerahkan diri kepada Allah SWT secara mutlak, baik perbuatan dan perkataan untuk memperoleh pengetahuan secara maksimal disertai ikhtiar dan doa kepada-Nya. Sekolah merupakan Lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran (ilmu pengetahuan). Ciri khas sekolah ini adalah mengintegrasikan dua orientasi yaitu akal dan agama. Ada 3 tempat penting sebagai pergerakan pembangunan karakter melalui pendidikn yaitu: keluarga, sekolah dan lingkungan. Keluarga terbentuk dari sebuah pernikahan sebagai Pendidikan dasar untuk anak, Sekolah merupakan tempat dimana pergerakan ilmu pengetahuan atau science bagi generasi masa depan secara forma. Lingkungan merupakan tempat sesungguhnya yang dijalankan secara lebih luas (Mubaidin Sulaiman:2016).

Az Zarmuji memberikan gambaran tentang tawakkal dalam menuntut ilmu dalam kitabnya yang diterjemahkan oleh Aliy As’ad ada 4 hal yaitu: (1) Tidak terpengaruh rizki. Pelajar harus bertawakkal dalam menuntut ilmu, jangan tergoncang karena masalah rizki dan hatinya jangan terbawa masalah tersebut. Karena Ketika pelajar sudah berkurang rasa tawakkalnya maka lambat laun proses belajarnya akan terganggu. Kn tetapi , tidak dapat dipungkiri bahwa masalah sering mendera pejar adalah masalah rizki (keuangan) (2) Tidak Terpengaruh Urusan Dunia. Guru harus menanamkan secara kuat dalam diri murid untuk bersikap tawakkal selama mencari ilmu dan  tidak sibuk dalam urusan duniawi. Sebab, Menurut Az Zarnuji kesibukan yang lebih, dalam urusan dunia dapat menjadikan untuk  bekahlak mulia dan merusak hati. Sebaiknya baik guru maupun murid harus menyibukkan diri dengan urusan ukhrawi.  Dalam kitab ta’lim muta’allim yang artinya: “Sesunggunya diantara dosa-dosa itu ada dosa yang tidak dapat terhapus kecuali dengan prihatin soal mencari ma’isyah (kehidupan). (3) Hidup Prihatin. Pelajar harus sanggup menanggung segala kesulitan dan keprihatinan segala perjalanan belajar (study tour). Seperti banyak pelajar yang memilih belajar diperantauan, misalnya sekolah atau kuliah di daerah lain yang jauh dari tempat tinggalnya, dengan kemungkinan akan bisa lebih sabar dan focus pada disiplin ilmu yang digelutinnya. (4) Ilmu Minded. Berfikir dan menuntut ilmu adalah perintah agama dan wajib dilaksanakan, dalam berfikir tidak mengenal waktu baik siang ataupun malam. Dalam firman Allah yang artinya “Dan diwaktu malam. Apakah kamu tidak memikirkannya?” (QS. Ash Shoffat,37:138). Seperti dalam hadis dikatakan: yang artinya: “Tuntutlah ilmu sejak buaian hingga liang lahad”

Sebagai tanda tawakal kita kepada Allah, kita yakin bahwa segala sesuatu yang datang pada diri kita, adalah yang terbaik bagi kita. Tiada keraguan sedikit pun di dalam hati, apabila mempunyai perasaan untuk menghindarinya, segala sesuatu yang menimpa kita. Meskipun hal itu terasa pait dan pedih bagi kita, kalau hal itu datang dari-Nya, tentulah hal itu yang terbaik bagi kita. Inilah bentuk tawakal sesungguhnya. Barang siapa brtawakal kepada Allah maka Allah akan mencukupinya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duga. Allah Maha Kuasa untuk mengirimkan bantuan kepada hamba-hamba-Nya dengan berbagai cara, termasuk cara yang bagi manusia tidak masuk akal. Allah adalah satu-satunya tempat mengadu saat kita susah. Allah senantiasa mendengar pengaduan hamba-hamba-Nya. Dalam banyak hal, peristiwa-peristiwa di alam ini masih dalam koridor sunnatulah. Artinya, masih dapat diurai sebab musababnya. Hal ini mengajarkan kepada kita agar kita kreatif dan inovatif dalam kehidupan ini (Supriyanto:2010).

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pembahasan di atas dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Konsep tawakkal yang digagas oleh syaikh Az Zarnuji dalam kitab Ta’lim Muta’allim menyebutkan bahwa sikap tawakkal yang harus dilakukan oleh seorang pelajar adalah sikap berserah diri kepada Allah SWT dengan penuh sikap yang sungguh-sungguh, disertai usaha dan doa serta perjuangan dalam menimba ilmu untuk meraih cita-cita agar sukses di kemudian hari.. (2) Untuk sikap tawakkal ini yang perlu dilakukan oleh seorang pelajar dalam kitab Ta’lim Muta’alim yaitu: Jangan risau akan rezeki saat dalam menimba ilmu, Jangan sibuk dengan urusan duniawi,  Hidup dengan sederhana tidak hedonism, dan menggunakan seluruh waktu untuk menambah ilmu. (3) Relenvasi dengan kesuksesan belajar dari sikap tawakkal adalah dimana seorang pelajar jika ingin meraih kesuksesan dalam belajar harus berani mengorbankan segala bentuk kesenangannya dalam urusan duniawi, focus pada tujuan belajar agar meraih kesuksesan belajar.

 

 DAFTAR PUSTAKA

Rifa’I, Bachrum dan Hasan Mud’is (2010). Filsafat Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

M. Sholihin (2003), Tasawuf atematik. Bandung: Pustaka Setia.

Abu Fajar Al Qalam. Ringkasan Ihya’ Ulumuddin Imam Al Ghazali. Surabaya: Gitamedia Press. 2003.

Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2010. .

Sulaiman, Mubaidin. Konsep Pendididkan Islam Dalam Perspektif Fathulah Gulen. 2016.

Supriyanto. Tawakal Bukan Pasrah. Jakarta: Qultum Media. 2010.

Iirjus Indrawan. Pendidikan Karakter dalam Persfektif Islam, AL-AFKAR, Jurnal. Keislaman dan Peradaban, Vol. 3, No. 1, April 2014.

Irjus Indrawan. Manajemen Berbasis Sekolah. Pekanbaru: Cahaya Firdaus. 2022          

Junaidi, Mahfud. Ilmu Pendidikan Islam: Filsafat dan Pengembangan.  Semarang: RaSAIL Media Group. 2010.

.A. Qadir. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam diterjemahkan dari Philosophy  and Science in the Islamic World. Jakarta: IKAPI.1998.

 

Wulandari/ MPI/ SMT 1/ Ta'lim Muta'alim/ Dr. Nur Komariah, M.Pd.I 

Posting Komentar untuk "Keutamaan Ilmu dalam Islam "