Ta'lim Muta'alim- Konsep Tawakal
Pengertian Tawakal
Tawakal (bahasa Arab: توكُل) atau tawakkul dari kata wakala dikatakan, artinya, ‘meyerah kepadaNya’.(Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji: 2006) Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan. Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya, pengetahuanNya Maha Luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta ini. Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada rasa curiga, karena Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana.(Labib Mz, Rahasia Kehidupan Orang Sufi, Memahami Ajaran Thoriqot & Tashowwuf (Surabaya: Bintang Usaha Jaya) Dengan demikian, tawakkal kepada Allah bukan berarti penyerahan diri secara mutlaq kepada Allah, melainkan penyerahan diri yang harus didahului dengan ikhtiar secara maksimal. Abu Mu’thy Balkhy berkata kepada Hatim al-‘Ashom : “Betulkah engkau berjalan tanpa bekal di hutan ini hanya semata-mata bertawakal? Jawabnya : “Tidak, aku bepergian jauh pasti berbekal”, “Lalu apa bekalnya ?” Jawabnya : “Empat perkara bekalku, yaitu : 1. Aku yakin bahwa dunia seisinya adalah milik allah SWT. 2. Semua makhluk adalah hamba-Nya. 3. Segala usaha/bekerja adalah semata hanya faktor penyebab saja, sedangkan rizqi ada di tangan Tuhan. 4. Dan aku yakin bahwa : “Ketentuan-Nya pasti berlaku bagi semua makhluk". Kata Abu Mu’hty : “Itulah bekal yang paling baik, karena bekalmu itu sanggup menempuh perjalanan yang sangat jauh (akhirat), maka tiada artinya jika hanya perjalanan diatas bumi (dunia).
Sumber Al-Qur’an dan Hadits
tentang Tawakal
Semua perintah dalam bertawakkal, biasanya
selalu didahului oleh perintah melakukan sesuatu.
Firman Allah SWT :
فَإِذَاعَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اَلّلَهِ إِنَّ اللهَ يُحَبُّ الْمُتَوَكِّلِيْن
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: 159)
Oleh rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya
sebagai berikut :
عَنْ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَلَ : سَمِعْتُ
رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : لَوْأَنَّكُمْ
تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكَّلِهِ لَرَزَ قَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ
الطَّيْرَ، تَغْدُوْ خِمَا صًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا (رواه الترمذي)
“Umar r.a. berkata : “Saya telah mendengar
Rasulullah SAW bersabda : “Andaikan kamu bertawakkal (menyerah) kepada Allah
dengan sungguh-sungguh, niscaya Allah akan memberi rizky kepadamu sebagaimana
burung yang keluar pagi dengan perut kosong (lapar) dan kembali pada senja hari
dalam keadaan sudah kenyang”. (HR. Turmudzi). (Labib
Mz, Rahasia Kehidupan Orang Sufi, Memahami Ajaran Thoriqot &
Tashowwuf (Surabaya: Bintang Usaha Jaya),
Rukun-rukun Tawakal
Tawakal tidak didapati kecuali sesudah
mengimani empat hal yang merupakan rukun-rukun tawakal. Pertama,
beriman bahwa Al Wakil Maha Mengetahui segala apa yang
dibutuhkan oleh si muwakkil (yang bertawakal). Kedua,
beriman bahwa Al Wakil Maha Kuasa dalam memenuhi
kebutuhan muwakkil. Ketiga, beriman bahwa Dia tidak
kikir. Keempat, beriman bahwa Dia memiliki cinta dan rahmat
kepada muwakkil.(Imam Khomeini, Insan Ilahiah; Menjadi Manusia
Sempurna dengan Sifat-sifat Ketuhanan : Puncak Penyingkapan Hijab-hijab
Duniawi (Jakarta : Pustaka Zahra, 2004).
Derajat-derajat Tawakal
Pertama,
keyakinannya kepada Allah seperti keyakinannya kepada wakil yang telah dikenal
kebenarannya, kejujurannya, perhatian, petunjuk dan kasih sayangnya. Kedua,
keadaanya terhadap Allah SWT seperti keadaan anak kecil kepada ibunya. Ia tidak
mengenal selain ibunya dan segala urusan hanya mengandalkannya. Ia adalah
pikiran pertama yang terlintas dihatinya. Kedudukan ini menuntut manusia untuk
tidak berdoa dan tidak memohon kepada selain Allah SWT. Kerena percaya pada
kemurahan-Nya dan kasih sayang-Nya. Ketiga, seperti pucatnya
orang sakit, yang bisa terus berlangsung dan terkadang lenyap. Jika engkau
katakan apakah hamba boleh berencana dan mengandalkan sebab-sebab. Maka
ketahuilah bahwa kedudukan ketiga menolak perencanaan secara berlangsung selama
ia tetap dalam keadaan itu. Kedudukan kedua menolak perencanaan, kecuali dari
segi pengandalan kepada allah SWT dengan berdoa dan merengek seperti anak kecil
yang hanya memanggil
ibunya. (Imam Ghazali, 2004).
Manfaat Tawakal
Setelah kami jelaskan kedudukan tawakal, kami merasa senang untuk menunjukkan sebagian buah yang agung yang bisa dipetik oleh orang yang bertawakal setelah berhasil mewujudkan maqam ‘kedudukan yang sangat tinggi dan mulia ini. Hal terpenting diantaranya adalah : 1) Mewujudkan iman. 2) Ketenangan jiwa dan rehat hati. 3) Kecukupan dari Allah segala kebutuhan orang yang bertawakal. 4) Sebab terkuat dalam mendatangkan berbagai manfaat dan menolak berbagai mudlarat. 5)Mewariskan cinta Allah kepada sang hamba. 6)Mewariskan kekuatan hati, keberanian, keteguhan dan menantang para musuh. 7) Mewariskan kesabaran, ketahanan, kemenangan dan kekokohan. 8) Mewariskan rezeki, rasa ridha dan memelihara dari kekuasaan syetan. 9) Sebab masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.
Macam-Macam Tawakal Tawakal kepada AllahMacam-macam Tawakal kepada Allah, yaitu : 1) Tawakal
kepada Allah dalam istiqamah dirinya dengan petunjukknya, pemurnian tauhid. 2) Tawakal
kepada Allah dalam penegakan agama Allah di muka bumi, menaggulangi kehancuran,
melawan bid’ah, berijtihad melawan orang kafir, amar makruf nahi munkar. 3) Tawakal
kepada Allah dalam rangka seorang hamba ingin mendapatkan berbagai hajat dan
bagian duniawi atau dalam rangka menghindari berbagai hal yang tidak diharapkan
dan berbagai musibah duniawi. 4) Tawakal kepada Allah dalam
rangka mendapatkan dosa dan kekejian.
Tawakal kepada selain Allah
Bagian ini terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Pertama, tawakal kepada selain Allah Ta’ala dalam hal yang tidak
mampu mensikapinya selain Allah azza wa Jalla, “Seperti halnya orang-orang yang
bertawakal kepada orang-orang yang telah mati dan para thaghut dalam rangka
menyampaikan harapan tuntutannya berupa pemeliharaan, penjagaan, rezeki dan
syafaat. Kedua, tawakal kepada selain
Allah berkenaan dengan perkara-perkara yang dimampui sebagaimana yang ia kira
oleh orang yang bertawakal tersebut. Ini adalah syirik kecil. Perwakilan yang diperbolehkan yaitu ketika
seseorang mewakilkan suatu pekerjaan yang dimampui kepada orang lain. Dengan
demikian orang yang mewakilkan itu mencapai sebagian apa yang menjadi
tututannya. (Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji 2006)
Contoh Prilaku Tawakkal/
Ciri-ciri orang yang tawakal
Orang yang bertawakkal kepada Swt akan
berprilaku antara lain : 1) Selalu bersyukur apabila
mendapat nikmat dan bersabar jika belum atau tidak tercapai apa yang
diinginkannya.
2) Tidak pernah berkeluh kesah dan gelisah. 3) Tidak
meninggalkan usaha dan ikhtiar untuk mencapai sesuatu. 4) Menyerahkan
dirinya atas semua keptusan kepada Allah Swt setelah melakukan usaha dan
ikhtiar secara sempurna. 5) Menerima segala ketentuan
Allah dengan rido terhadap diri dan keadaannya. 6) Berusaha
memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Sebagai tanda tawakal kita kepada Allah, kita
yakin bahwa segala sesuatu yang datang pada diri kita, adalah yang terbaik bagi
kita. Tiada keraguan sedikit pun di dalam hati, apabila mempunyai perasaan
untuk menghindarinya, segala sesuatu yang menimpa kita. Meskipun hal itu terasa
pait dan pedih bagi kita, kalau hal itu datang dari-Nya, tentulah hal itu yang
terbaik bagi kita. Inilah bentuk tawakal sesungguhnya. Barang siapa brtawakal
kepada Allah maka Allah akan mencukupinya dan memberinya rezeki dari arah yang
tidak diduga-duga. Allah Maha Kuasa untuk mengirimkan bantuan kepada
hamba-hamba-Nya dengan berbagai cara, termasuk cara yang bagi manusia tidak
masuk akal. Allah adalah satu-satunya tempat mengadu saat kita susah. Allah
senantiasa mendengar pengaduan hamba-hamba-Nya. Dalam banyak hal,
peristiwa-peristiwa di alam ini masih dalam koridor sunnatulah. Artinya, masih
dapat diurai sebab musababnya. Hal ini mengajarkan kepada kita agar kita
kreatif dan inovatif dalam kehidupan ini. (Supriyanto: 2010)
Kesimpulan
Tawakal dari segi bahasa artinya menyerah
kepada Allah. Dan dari segi istilah adalah suatu sikap mental seorang yang
merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah bahwa hanya Allah
yang menciptakan dan mengatur segala-galanya. Tawakkal kepada Allah bukan
hanya berarti penyerahan diri secara mutlaq kepada Allah, melainkan penyerahan
diri yang harus didahului dengan ikhtiar secara maksimal. Tawakal tidak
didapati kecuali sesudah mengimani empat hal yang merupakan rukun-rukun
tawakal, yaitu beriman bahwa Allah Maha Mengetahui segala apa yang dibutuhkan
oleh orang yang bertawakal, beriman bahwa Allah Maha Kuasa dalam memenuhi
kebutuhan orang yang bertawakal, beriman bahwa Allah tidak kikir, beriman bahwa
Allah memiliki cinta dan rahmat kepada orang yang bertawakal. Derajat-derajat
Tawakal ada tiga yaitu pertama keyakinannya kepada Allah seperti
keyakinannya kepada wakil yang telah dikenal kebenarannya, kejujurannya,
perhatian, petunjuk dan kasih sayangnya. Yang kedua keadaanya terhadap Allah
SWT seperti keadaan anak kecil kepada ibunya. Yang ketiga, seperti pucatnya
orang sakit. Manfaat bertawakal yaitu, mewujudkan iman, memperoleh ketenangan
jiwa dan rehat hati, kesabaran, ketahanan, kemenangan dan kekokoha, akan selalu
merasa cukup atas segala kebutuhan, mendatangkan berbagai manfaat dan menolak
berbagai mudlarat, mewariskan cinta Allah kepada sang hamba, mewariskan
kekuatan hati, keberanian, keteguhan dan menantang para musuh, memperoleh
rezeki, memelihara dari kekuasaan syetan, dan masuk surga tanpa hisab dan tanpa
adzab. Macam-macam tawakal ada dua yaitu, tawakal kepada Allah dan tawakal
kepada selain Allah. Ciri-ciri orang yang bertawakal yaitu, selalu
bersyukur apabila mendapat nikmat dan bersabar jika belum atau tidak tercapai
apa yang diinginkannya, tidak pernah berkeluh kesah dan gelisah, tidak
meninggalkan usaha dan ikhtiar untuk mencapai sesuatu, menyerahkan dirinya atas
semua keptusan kepada Allah Swt setelah melakukan usaha dan ikhtiar secara
sempurna, menerima segala ketentuan Allah dengan rido terhadap diri dan
keadaannya dan berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepada
orang lain.
Daftar Pustaka
Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji, 2006. At-Tawakkal
Alallah Ta’al. Jakarta : PT Darul Falah
Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid II (Jakarta: Penerbit Lentera Abadi, 2010)
Al-Qur’an
dan Terjemah. Kementerian Agama Indonesia
Imam Khomeini, 2004. Insan
Ilahiah; Menjadi Manusia Sempurna dengan Sifat-sifat Ketuhanan : Puncak
Penyingkapan Hijab-hijab Duniawi Jakarta : Pustaka Zahra,
Imam Ghazali, 2004. Ihya’
Ulumuddin Surabaya: Bintang Usaha Jaya
Khasanah Islam, Klasik, Terapi Tawakal Oleh 10 Ulama Klasik
Psikologi (Ahsan Books,2011), 15.
Labib Mz, Rahasia Kehidupan Orang Sufi, Memahami
Ajaran Thoriqot & Tashowwuf. Surabaya: Bintang Usaha Jaya
Muhammad Fethullah Gulen, Tasawuf Untuk Kita Semua : Menepaki
Bukit-Bukit Zamrut Kalbu Melalui Istilah-Istilah Dalam Sufisme (Jakarta:Republika
Penerbit,2014), 135.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, Dan Keserasian
Al-Qur’an Vol.2 (Penerbit Lentera Hati, 2000), 190-191
Supriyanto, 2010. Tawakal Bukan
Pasrah. Jakarta : QultumMedia
Oleh: Eka indah rahayu putri/ MPI SMT 1/ MK. Ta'lim Muta'alim/ Dr. Nur Komariah, M.Pd.I
Posting Komentar untuk "Ta'lim Muta'alim- Konsep Tawakal "