FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN DALAM MENJAWAB TANTANGAN MODERNITAS
Oleh: Dr. Nur Komariah, M.Pd.I
Pengertian Manajemen Pendidikan Pesantren
Manajemen sendiri dimaknai sebagai proses pengaturan yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Kegiatan manajemen dalam pendidikan berarti kegiatan pengaturan pendidikan yang meliputi perumusan tujuan pendidikan, menyusun struktur kurikulum, melakukan penerimaan hingga memberikan kelulusan belajar peserta didik, merekrut guru hingga memberikan upah (penggajian), punishment atau reword, menyediakan sarana dan prasarana belajar, hingga membentuk lingkungan dan budaya sekolah. Sementara itu, Pendidikan pondok pesantren adalah pendididikan tradisional yang bertujuan untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama islam dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari. Sesuai dengan tujuannya pendidikan pesantren banyak mempelajari tentang agama sehingga sangat sedikit pelajaran umum seperti geografi, sejarah nasional, matematika, dan bahhasa inggris atau bahasa Jerman. Namun nilai-nilai pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren seperti penerapan kedisiplinan, pembentukan kemandirian santri, menjadi inspirasi bgi sekolah-sekolah umum hingga saat ini pendidikan pesantren menjadi role model bagi sekolah-sekolah hingga lahirlah pendidikan-pendidikan umum berbassis pesantren.
Faktor Pendukung
Ada beberapa
factor yang menjadi pendukung bagi pondok pesantren untuk servive menjawab
tantangn modernitas, yakni
Landasan utama pendidikan adalah al-qur’an dan hadis.
Sesuai
dengan tujuannya, maka kegiatan pendidikkan tetap mengacu dan berpedomankan
pada al-qur’an dan hadis. Didalam Agama Islam, pendidikan tidak memisahkan
antara pendidikan agama dan pendiddiikan umum. Pendidikan islam juga
mempelajari tentang sejarah, matematika, perbintangan, serta ekonomi,
pendidikan agama islam juga diperintahkan untuk mempelajari budaya dengan
saling bertaaruf satu sama lain. Dengan demikian pendidiikan pondok pesantren
mampu menjawab setiap perubahan dan dinamika kehidupan social serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sepanjang zaman.
Niat
thalabul ilmi karena mengharap ridho dan keberkahan ilmu dari Allah SWT
Salah
satu prinsip dasar pondok pesantren dalam mmenuntut ilmu adalah meluruskan
niat. Yakni belajar karena mengharap keridhoan Allah SWT. Belajar dan mengaji tidak
semata-mata karena ingin mendapatkan gelar ijazah atau ilmu pengetahuan,
mengubah dari kejahiliyahan menuju kefahaman ilmu akan tetapi lebih dari itu
adalah ingin menggapai ridho ilahi dan ridho guru.
Mengharap
keberkahan ilmu
Selanjurnya
yang tidak kalah penting dalam mendukungg kkeberhasilan belajar santri adalah
raja atau harapan yang selalu ditanamkan guru kkepada peserta didik adalah
mengharap keberkahan ilmu. Dengan pengharapan tersebut, maka santri akan
senantiasa bersikap menghargai ilmu, pemberi ilmu, dan pemilik ilmu.
Integrasi
nilai-nilai islam dalam kehidupan sehari-hari
Nilai-nilai
islam yang banyak dipelajari santri seperti kejujuran, adil, taat dengan
pimpinan, menghormatti sesame, kasih dan sayang, tolong mrnolong, menjaga
kebersihat, sifat malu, rajin bekerja, dan bersemangat senantiasa
diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari santri. Mulai bangun tidur hingga
tidur kembali kegiatan santri diwasi oleh guru atau ustadzah dan jika terdapat
pelanggaran langsung mendapatkan teguran atau bahkan hukuman sehinggaa
kedisiplinan dalam menerapkan nilai-nilai islam betul-betul diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari santri.
Faktor Penghambat
Ketidak siapan
pimpinan pondok pesantren untuk menetap dilingkungan pesantren
Seiring berkembangnya output dan
outcome pendidikan berbasis pondok pesantren,kini pondok pesantren telah
mendapatkan pengakuan oleh masyarakat dibuktikan dengan adanya penyetaraan (mu’adalah)
pada ijazah yang diterbitkan dari pesantren.selain itu dukungan secara materi
juga banyak diberikan oleh masyarakat maupun pemerintah setempat maupun
peemerintah pusat, seehingga tidak mengherankan jika banyak anggota masyarakat
berlomba-lomba untuk mendirikan pesantren. Namun tidak jarang pembangunan
pesantren dilakukan tanpa memperhatikan kesiapan baik secara keilmuan,
pengelolaan, maupun pengelolaan keuangan. Sehingga tidak jarang banyak
pesantren yang tidak memiliki “kiyai”. Kiyai yang ada berdomisili jauh dari
pesantren yang dikelola, sehingga tidak jarang para tamu baik wali murid, atau
masyarakat yang hendak berkunjung tidak dapat menemui kiyainya.
Dewan guru yang menetap dipesantren bukan alumni dari pesantren.
Kurang kesiapan pesantren dalam
mentranformasikan nilai-nilai Agama islam lainnya adalah kurang profesionalnya
guru atau ustadzahnya. guru yang professional adalah guru yang juga mampu
berinetraksi dengan santri, kiyai, dan masyarakat. Jika guru yang mengajar
dipesantren adalah guru yang belum mengenal budaya pesantren akan sangat sulit
bagi guru dapat berdaptasi dengan kehidupan para santri. Sehingga tidak tidak
jarang kkehidupan guru dr luar dapat mempengaruhi budaya yang sudahh dibangun
di pesantren.
Belum memiliki program belajar yang jelas.
Ketidak siapan pesantren dalam melangsungkan
kegiatan pesantren adalah kurangnya kesiapan pesantren dalam mengelola kurikulum
(kegiatan) pesantren, sehingga terkadang santri terkesan banyak jadwal kosong
untuk sekedar tidur-tiduran dan tiudak belajar. Oleh karena itu, penting sekali
dalam penyusunan kurikulum untuk melibatkan para stakeholder pendidikan seperti
pimpinan pesantren, pakar kurikulum, guru, dan tokoh masyarakat.
Posting Komentar untuk "FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN DALAM MENJAWAB TANTANGAN MODERNITAS"