PENGUASAAN MATERI TA'LIMKU
HAKIKAT ILMU, HUKUM MENUNTUTNYA, DAN KEUTAMAANNYA
1. Jelaskan perbedaan antara hukum menuntut ilmu sebagai fardhu
'ain dan fardhu kifayah! Berikan masing-masing dua contoh.
2. Mengapa menuntut ilmu dapat dikategorikan sebagai ibadah?
Jelaskan dengan menyertakan satu dalil (Al-Qur'an atau Hadis) yang mendukung
pernyataan tersebut.
3. Analisis pernyataan berikut: "Di zaman digital ini, semua
ilmu pengetahuan adalah fardhu kifayah." Setujui atau tolak pernyataan
tersebut dengan argumen yang kuat.
NIAT DALAM MENUNTUT ILMU
1. Sebutkan tiga niat yang salah (kecuali untuk Allah)
dalam menuntut ilmu beserta dampak negatifnya terhadap keberkahan ilmu.
2. Bagaimana cara seorang pelajar dapat memperbaiki dan
menjaga niatnya agar tetap ikhlas di tengah godaan untuk pamer atau
mendapatkan pujian?
3. Ceritakan sebuah ilustrasi singkat tentang dua pelajar dengan
niat yang berbeda (ikhlas vs. riya) dan bagaimana perbedaan niat itu mungkin
memengaruhi proses dan hasil belajar mereka dalam jangka panjang.
MEMILIH
ILMU, GURU, DAN TEMAN
1. Berdasarkan petunjuk ulama, sebutkan tiga kriteria utama
dalam memilih seorang guru.
2. Anda ingin mendalami ilmu tafsir. Bagaimana langkah-langkah
praktis yang Anda lakukan untuk memilih ilmu yang tepat (kitab/bidang) dan
guru yang sesuai?
3. Analisis peran teman dalam perjalanan menuntut ilmu. Mengapa
memiliki teman yang shalih dan serius dianggap sebagai salah satu
faktor penentu kesuksesan?
HORMAT
KEPADA ILMU DAN GURU (TA'DZIM)
1. Apa saja bentuk ta'dzim (penghormatan) kepada guru
yang dapat diterapkan baik dalam pembelajaran tatap muka maupun daring?
2. Mengapa rasa hormat kepada guru dianggap sebagai sumber
keberkahan ilmu? Hubungkan jawaban Anda dengan konsep adab sebelum ilmu.
3. Bagaimana sebaiknya sikap kita jika menemukan kekeliruan
atau kesalahan dari guru kita? Jelaskan dengan tetap menjaga prinsip ta'dzim.
KESUNGGUHAN,
KETEKUNAN, DAN KONTINUITAS (MUJAHADAH)
1. Ilmu itu didapat dengan diitala'ah (dipelajari), bukan diiltima'ah
(diangan-angankan). Jelaskan makna pernyataan ini dan kaitkan dengan
konsep mujahadah.
2. Buatlah sebuah jadwal belajar mingguan yang
mencerminkan prinsip kontinuitas (istimrar) dan keseimbangan untuk seorang
pelajar tingkat menengah.
3. Identifikasi tiga penghalang utama ketekunan dalam
belajar dan berikan solusi Islami untuk mengatasinya.
METODE
DAN TATA CARA BELAJAR
1. Mengapa dalam tradisi keilmuan Islam, memahami (al-fahm) lebih
diutamakan daripada sekadar menghafal (al-hifzh) di awal belajar?
2. Sebutkan dan jelaskan urutan prioritas (maratib al-'ulum) dalam
mempelajari ilmu agama bagi seorang pemula.
3. Apa hikmah di balik anjuran untuk membatasi jumlah materi
baru yang dipelajari dalam satu waktu, tetapi mengulang-ulangnya hingga
benar-benar paham?
TAWAKAL
1. Bagaimana keseimbangan antara usaha maksimal (mujahadah) dan berserah
diri (tawakkal) dalam menuntut ilmu? Jelaskan dengan contoh konkret.
2. Apa perbedaan antara tawakal dan pasrah (taslim)
tanpa usaha dalam konteks belajar?
3. Doa apa yang biasa Anda panjatkan sebelum dan sesudah belajar
sebagai bentuk tawakal? Jelaskan maknanya.
WAKTU
BELAJAR YANG AFDAL
1. Berdasarkan penjelasan ulama, kapan saja waktu-waktu
utama yang afdhal untuk menelaah ilmu? Jelaskan alasan dari setiap waktu
tersebut.
2. Bagaimana sebaiknya memanfaatkan waktu pagi (barakah
ash-shubh) untuk aktivitas belajar?
3. Bagaimana pendapat Anda tentang belajar di waktu setelah
tengah malam? Apakah hal ini dianjurkan untuk semua orang? Jelaskan.
SALING
MENASIHATI DAN BERKASIH SAYANG
1.
Bagaimana cara
menciptakan lingkungan belajar (halaqah) yang penuh kasih sayang dan
saling mendukung, bukan kompetisi yang tidak sehat?
2. Ceritakan contoh
sikap sal-ing menasihati (al-mu'awanah) yang konstruktif antara dua
teman seperjalanan ilmu.
3. Mengapa perasaan hasad
(dengki) terhadap ilmu atau pencapaian teman dapat menjadi penghalang
besar dalam menerima ilmu?
MENCARI
TAMBAHAN ILMU PENGETAHUAN
1. Menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat. Jelaskan makna
hadis ini dalam konteks semangat menambah ilmu sepanjang hayat.
2. Di era informasi yang melimpah, bagaimana strategi selektif dalam
mencari tambahan ilmu agar tidak kebingungan dan tetap fokus pada prioritas?
3. Selain melalui guru dan kitab, sarana apa lagi yang
dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan secara syar'i? Sebutkan beserta
batasan penggunaannya.
BERSIKAP
WARA' (HATI-HATI) SAAT MENUNTUT ILMU
1. Apa hubungan antara maksiat dan terhalangnya
pemahaman ilmu? Jelaskan berdasarkan penjelasan para ulama.
2. Apa yang dimaksud dengan makanan, minuman, dan harta yang
syubhat? Mengapa hal-hal tersebut perlu dihindari oleh penuntut ilmu?
3. Bagaimana sikap wara' dapat diterapkan dalam menggunakan
gadget dan media sosial selama proses menuntut ilmu?
HAL-HAL
YANG DAPAT MENGUATKAN HAFALAN DAN MELEMAHKANNYA
1. Sebutkan lima tips praktis untuk menguatkan hafalan
berdasarkan nasihat Imam Az-Zarnuji atau ulama lainnya.
2. Mengapa membaca Al-Qur'an dengan tadabbur dan shalat
malam diyakini dapat membantu menguatkan hafalan dan daya ingat?
3. Identifikasi tiga kebiasaan atau makanan yang
dipercaya dapat melemahkan hafalan, dan jelaskan alternatif yang lebih sehat.
HAL-HAL
YANG MENDATANGKAN REZEKI DAN MENGHALANGINYA
1. Jelaskan hubungan sebab-akibat antara silaturahim, istighfar,
dan rezeki yang melimpah.
2. Mengapa perilaku amanah (dapat dipercaya) dan bekerja
keras (jihad) termasuk dalam etos kerja Islami yang mendatangkan rezeki?
3. Menurut perspektif Islam, perilaku dan dosa apa saja yang
dapat menghalangi atau menyempitkan rezeki seseorang? Jelaskan minimal tiga.
"Niat dalam Menuntut Ilmu"
BalasHapusNiat adalah fondasi utama dalam menuntut ilmu. Niat yang salah—seperti belajar untuk pamer, mencari pujian, atau berdebat dan menjatuhkan orang lain—akan menghilangkan keberkahan, membuat ilmu sulit menetap, serta menumbuhkan kesombongan. Untuk menjaga keikhlasan, penuntut ilmu perlu memperbarui niat, berdoa memohon ketulusan, menghindari pemicu riya, dan fokus pada manfaat ilmu. Ilustrasinya: penuntut ilmu yang ikhlas belajar dengan tenang, hasilnya berkah dan tahan lama; sedangkan yang penuh riya mudah lelah, tidak fokus, dan ilmunya tidak bertahan.
"Memilih Guru, Ilmu, dan Teman"
Guru yang baik dinilai dari akhlaknya yang mulia, ketakwaannya, kekuatan ilmunya, serta sanad dan metodenya yang jelas. Dalam memulai belajar tafsir, tentukan tujuan, pilih kitab dasar, dan cari guru yang memahami Ulumul Qur’an serta beradab baik. Teman juga sangat berpengaruh: lingkungan yang shalih membantu menjaga semangat, adab, dan keseriusan belajar. Teman yang baik akan menciptakan kompetisi sehat dan mendorong keberkahan ilmu.
"Waktu Belajar yang Afdhal"
Waktu terbaik untuk belajar adalah setelah Subuh, saat pikiran segar; antara Maghrib–Isya untuk menghafal; setelah Isya untuk mengulang; serta tengah malam hingga Subuh karena suasana sangat hening. Waktu pagi sebaiknya digunakan untuk materi inti dan dijauhkan dari distraksi. Belajar malam hari boleh dilakukan selama tidak melemahkan tubuh atau membuat Subuh terabaikan.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMenuntut ilmu memiliki dua hukum utama: fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Ilmu fardhu ‘ain wajib dipelajari setiap Muslim, seperti akidah dan ibadah sehari-hari, sedangkan ilmu fardhu kifayah cukup dipelajari sebagian umat, seperti kedokteran atau ekonomi. Menuntut ilmu merupakan ibadah karena menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Mujadilah: 11. Karena itu, pernyataan bahwa semua ilmu di era digital adalah fardhu kifayah tidak benar, sebab ilmu dasar agama tetap fardhu ‘ain dan beberapa ilmu dunia dapat menjadi fardhu ‘ain sesuai kebutuhan individu.
BalasHapusDalam menuntut ilmu, niat menjadi faktor utama. Niat yang salah seperti belajar untuk pujian, debat, atau popularitas akan menghasilkan ilmu yang tidak berkah dan memunculkan kesombongan. Untuk menjaga niat tetap ikhlas, seorang pelajar perlu sering memperbarui niat, menghindari sikap pamer, berada di lingkungan orang-orang baik, serta berdoa memohon keikhlasan. Perbedaan niat sangat memengaruhi hasil: pelajar yang ikhlas akan lebih tenang, istiqamah, dan mendapatkan manfaat jangka panjang, sedangkan pelajar yang riya cenderung mudah putus asa dan tidak mendapatkan keberkahan.
Adab kepada guru juga menjadi syarat keberkahan ilmu. Bentuk penghormatan mencakup sikap sopan dalam pembelajaran tatap muka maupun daring, seperti tidak memotong pembicaraan atau menjaga etika di kelas online. Guru adalah perantara ilmu, sehingga menghormati guru berarti memuliakan ilmu itu sendiri. Jika guru melakukan kesalahan, murid tetap harus menegurnya dengan sopan dan bijaksana, tanpa merendahkan martabat guru, karena kesalahan tidak menghapus jasa dan kedudukan mereka dalam mengajarkan ilmu.
BERSIKAP WARA' SAAT MENUNTUT ILMU
BalasHapus1. Hubungan antara maksiat dan penghalang dalam memahami ilmu
Ilmu bagaikan cahaya di dalam hati; maksiat dapat memadamkannya. Ibnul Qayyim menyatakan bahwa perbuatan maksiat menghambat penerimaan ilmu. Imam Malik memberi saran kepada Asy-Syafi'i untuk tidak memadamkan cahaya ilmu dengan perbuatan maksiat, dan Asy-Syafi'i mengakui bahwa hafalan dan pemahamannya meningkat setelah menjauhi maksiat.
2. Makanan, minuman, harta yang diragukan, dan alasan dihindari
Syubhat adalah sesuatu yang status hukumnya tidak jelas (halal atau haram). Hal ini dihindari karena dapat menutupi hati, mengganggu kejernihan pikiran, dan menyulitkan perbedaan antara yang benar dan yang salah – faktor penting dalam pemahaman ilmu.
3. Penerapan wara' pada perangkat dan media sosial
- Luangkan waktu dari konten yang tidak sesuai dengan Islam, berita palsu, atau kekerasan
- Berbicara dengan sopan dan bertanggung jawab
- Batasi waktu pemakaian agar tidak mengganggu proses belajar
HAL YANG MENGUATKAN DAN MELEMAHKAN HAFALAN
1. Lima cara memperkuat hafalan
1. Makan secukupnya (tidak dalam kondisi sangat lapar/kenyang)
2. Berlatih secara rutin setiap hari
3. Hafal dengan memahami maknanya
4. Manfaatkan waktu saat pikiran masih segar (pagi atau sepertiga malam)
5. Berdoa kepada Allah
2. Mengapa tadabbur Al-Qur'an dan shalat malam mendukung hafalan
- Tadabbur: Menghubungkan otak dengan informasi, sehingga hafalan lebih awet
- Shalat malam: Waktu tenang dan pikiran masih segar, doa lebih mungkin dikabulkan, menyegarkan badan dan pikiran
3. Tiga kebiasaan/makanan yang bisa melemahkan hafalan + alternatif
1. Makanan asam/dingin-lembab → alternatif: jahe, kurma, madu
2. Makan terlalu banyak → alternatif: porsi kecil tetapi sering
3. Tidur tidak cukup atau tidak teratur → alternatif: tidur 7-8 jam dan tidur sebelum tengah malam
HAL YANG MENDATANGKAN DAN MENGHALANGI REZEKI
1. Hubungan silaturahim, istighfar, dan rezeki yang melimpah
- Istighfar: Menghapus kesalahan yang menghalangi rezeki, memberikan jalan keluar dari masalah
- Silaturahim: Membuka kesempatan rezeki melalui orang lain
Keduanya saling mendukung: istighfar menjadikan hati bersih untuk menjaga silaturahim, sehingga rezeki menjadi lebih luas.
2. Mengapa amanah dan kerja keras mendatangkan rezeki
- Amanah: Menerima kepercayaan dari orang lain, Allah memberikan balasan yang baik
- Kerja keras: Sesuai dengan prinsip "usaha adalah rezeki", merupakan bentuk perjuangan di dunia yang mendapat balasan dari Allah
3. Tiga perilaku atau dosa yang menghalangi rezeki
1. Berbohong dan tidak jujur → merusak kepercayaan
2. Kikir → Allah akan mempersempit rezeki bagi yang tidak mau berbagi
3. Melalaikan shalat → menjauhkan diri dari Allah, menghalangi nikmat rezeki
HORMAT KEPADA ILMU DAN GURU (TA'DZIM)
BalasHapusJenis ta'dzim kepada pengajar (tatap muka & daring).
Tatap muka: Datang tepat waktu, duduk sopan, menghargai ucapan, dan bertanya dengan santun.
Daring: Jaga etika chat, hadir tepat waktu, tidak mengganggu, dan ucapkan terima kasih.
Poin penting menghormati guru sebagai sumber berkah ilmu.
Hormat adalah adab sebelum ilmu. Siapa yang menghormati guru, Allah beri keberkahan dan kemudahan memahami ilmu.
Cara bersikap saat menemukan kesalahan guru (tetap ta'dzim).
Tidak menegur di depan umum; sampaikan secara pribadi dengan bahasa halus, misalnya: “Apakah saya keliru, Bu/Ustadz?”
KESUNGGUHAN, KETEKUNAN, DAN KONTINUITAS (MUJAHADAH)
Pengertian “ilmu diitala'ah bukan diiltima'ah” & hubungannya dengan mujahadah.
Ilmu diperoleh dengan usaha sungguh-sungguh, bukan hanya berharap. Selaras dengan mujahadah: kerja keras, sabar, dan konsisten.
Jadwal belajar mingguan (istimrar & seimbang) untuk pelajar menengah.
Senin–Jumat: 16.00–18.00 & 19.30–20.30 (pelajaran sekolah + agama), istirahat 15 menit/jam.
Sabtu: 08.00–10.00 & 15.00–16.00 (persiapan & latihan).
Minggu: 09.00–10.00 (ringkasan), sisanya istirahat.
Tiga penghalang ketekunan dan solusinya.
Hilang semangat doa & ingat pahala ujian.
Ketergantungan gadget atur waktu, manfaatkan untuk ilmu.
METODE DAN TATA CARA BELAJAR
Mengapa pemahaman (al-fahm) lebih penting dari mengingat (al-hifzh).
Ilmu bermanfaat adalah yang dipahami lalu diamalkan; hafalan tanpa pemahaman tidak membentuk perilaku.
Urutan prioritas ilmu (maratib al-‘ulum) untuk pemula.
Al-Qur’an; 2) Hadits dasar; 3) Akhlak; 4) Fiqih dasar.
Kebijaksanaan membatasi materi baru & melakukan pengulangan.
Membatasi materi membantu fokus; pengulangan memperdalam pemahaman dan menjaga kesinambungan.
Hormat kepada Ilmu dan Guru (Ta’dzim)
BalasHapusTa’dzim kepada guru dilakukan dengan menjaga sopan santun, mendengarkan dengan penuh hormat, tidak memotong pembicaraan, serta mengikuti arahan baik dalam pembelajaran tatap muka maupun daring. Dalam kelas online, adab diwujudkan melalui penggunaan bahasa yang sopan, fokus pada pelajaran, dan tidak menyebarkan materi tanpa izin. Menghormati guru menjadi sumber keberkahan ilmu karena adab adalah pintu masuk pemahaman. Guru sebagai perantara ilmu harus dimuliakan agar ilmu mudah meresap dan bermanfaat. Bila guru melakukan kesalahan, murid tetap wajib menegur dengan halus, tidak mempermalukan di depan umum, dan menjaga kehormatan guru.
Kesungguhan, Ketekunan, dan Kontinuitas
Ilmu hanya diperoleh melalui usaha sungguh-sungguh, bukan angan-angan. Prinsip “ilmu didapat dengan diṭṭalā‘ah, bukan diiltimā‘ah” menekankan pentingnya mujahadah—melawan rasa malas dan belajar secara konsisten. Jadwal belajar yang baik bersifat kontinu dan seimbang, mencakup belajar rutin harian, pengulangan, proyek akhir pekan, serta waktu istirahat. Penghalang ketekunan antara lain rasa malas, distraksi seperti media sosial, dan cepat bosan; semuanya dapat diatasi dengan doa, disiplin, dan variasi metode belajar.
Metode dan Tata Cara Belajar
Pemahaman lebih utama dari hafalan karena hafalan tanpa pemahaman tidak kokoh. Pemula memulai dari ilmu wajib, kemudian ilmu alat, dilanjutkan ilmu syar‘i lanjutan, dan ilmu penguat. Mengurangi materi baru dan memperbanyak pengulangan membuat ilmu lebih kuat dan mendalam.
HAKIKAT ILMU, HUKUM MENUNTUTNYA, DAN KEUTAMAANNYA
BalasHapusIlmu dalam Islam terbagi menjadi fardhu ‘ain yang wajib dipelajari setiap Muslim dan fardhu kifayah yang cukup dipelajari sebagian umat demi kemaslahatan bersama. Menuntut ilmu bernilai ibadah bila diniatkan ikhlas untuk mengenal Allah dan memahami perintah-Nya, sebagaimana dijanjikan kemudahan menuju jalan surga bagi para penuntut ilmu. Meski era digital berkembang, ilmu agama pokok tetap fardhu ‘ain, sedangkan ilmu modern seperti IT dan kedokteran berporsi sebagai fardhu kifayah.
SALING MENASIHATI DAN BERKASIH SAYANG
Lingkungan belajar yang baik terwujud melalui niat yang ikhlas, saling menghormati, dan sikap saling membantu, bukan persaingan yang tidak sehat. Contoh sikap saling menasihati terlihat ketika dua teman belajar saling mengingatkan dalam kebaikan, membantu memahami materi, dan menegur kesalahan dengan cara yang lembut. Hasad terhadap pencapaian teman menjadi penghalang ilmu karena merusak hati, menghilangkan keberkahan, dan membuat seseorang sulit menerima kebenaran.
HAL-HAL YANG MENDATANGKAN REZEKI DAN YANG MENGHALANGINYA
Silaturahim dan istighfar merupakan dua amalan yang membuka pintu rezeki, karena keduanya menghadirkan hubungan sosial yang baik dan membersihkan dosa yang menjadi penghalang keberkahan. Dalam Islam, amanah dan kerja keras juga menjadi sebab datangnya rezeki, sebab keduanya menumbuhkan kepercayaan serta menunjukkan kesungguhan dalam usaha. Sebaliknya, dosa, malas, tidak amanah, dan memutus silaturahim dapat menutup keberkahan serta menyempitkan pintu rezeki.
"TAWAKAL"
BalasHapus1.keseimbangan mujahadah dan tawakkal dalam menuntut ilmu berarti berusaha semaksimal mungkin namun tetap pasrah dan ikhlas terhadap hasil yang diberikan Allah,Contoh : Seorang siswa belajar keras untuk ujian, mengatur waktu, mengulang materi, dan berdoa; setelah itu, dia menerima hasil ujian dengan lapang dada, baik lulus maupun tidak, karena yakin bahwa hasil akhir adalah kehendak Allah
2.tawakal harus disertai usaha maksimal (ikhtiar) dengan kesungguhan belajar, sementara pasrah tanpa usaha berarti menyerahkan segalanya tanpa berusaha sama sekali dan hanya menunggu hasil
3.Maknanya adalah ungkapan syukur atas ilmu yang diberikan, pengakuan atas kekurangan diri, serta permohonan ampun agar ilmu tersebut menjadi amal shaleh yang diterima.
"WAKTU BELAJAR"
1.malam hari dan waktu subuh, karena suasana tenang, pikiran masih segar, serta penuh keberkahan. Waktu sahur (menjelang subuh) sangat baik untuk menghafal, sementara pagi setelah subuh cocok untuk memahami konsep dan menuntut ilmu secara umum. Ulama juga menyarankan membagi waktu antara malam, subuh, dan siang, serta memanfaatkan waktu lapar karena dianggap lebih fokus daripada saat kenyang.
2.Memanfaatkan waktu pagi (barakah ash-shubh) untuk belajar sebaiknya dengan bangun lebih awal, mempersiapkan materi sejak malam sebelumnya, dan langsung belajar saat suasana masih tenang dan pikiran masih segar agar fokus dan daya serap ilmu lebih tinggi
3.Belajar di waktu malam bisa menjadi pilihan yang efektif,bagi sebagian orang Karena di waktu ini merupakan waktu kita merasakan suasana lebih tenang dan minim gangguan sehingga korsentrasi lebih terjaga
"MEMILIH ILMU, GURU, DAN TEMAN"
1.-Alim(berilmu)
-Wara(menjaga diri dari hal hal yang haram dan syubhat)
-Berakhlak mulia dan menjadi teladan
2.Pertama memulai dengan niat yang tulus ,dan menguasai dasar-dasar dari kitab atau bidang secara bertahap dan pilih guru yang memiliki pengalaman keilmuan yang jelas dalam bidang tafsir
3.Memiliki teman yang shalih dan serius dalam perjalanan menuntut ilmu sangat penting karena mereka menjadi sumber motivasi, dukungan, dan tempat berbagi ilmu yang positifTeman yang shalih akan saling memberi semangat saat semangat belajar menurun.teman yang shalih dan serius merupakan faktor penentu kesuksesan karena mereka membentuk lingkungan belajar yang positif, saling mendukung, mengoreksi, dan membantu memperdalam ilmu serta akhlak.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHAKIKAT ILMU, HUKUM MENUNTUTNYA DAN KEUTAMAANNYA
BalasHapus1. Hukum menuntut ilmu wajib bagi setiap orang muslim laki-laki dan prempuan sedangkan fardhu ‘ain iyalah sesuatu yang wajib dilaksanakan atas tiap-tiap orang mukallaf (kewajiban perorangan) barangsiapa yang sudah melaksanakannya mendapat pahala,dan setiap yang meninggalkannya akan mendapat dosa dan fardhu kifayah iyalah sesuatu yang wajib dilaksanakan atas semua orang yang mukallaf (baligh dan berakal dan jika seorang dari mereka sudah melaksanakan ,maka gugurlah kewajiban atas orang mukallaf lainnya (yang tidak ikut melakukannya
Contoh:
a) Fardhu’ain
Sholat fardhu
Puasa
Zakat
Haji bagi yang mampu
b) Fardhu kifayah
mandikan mayyit
Mengkafani
2. Karena diwajibkan kepadanya menuntut ilmu yang berkaitan denga napa saja (amal ibadah yang diwajibkan kepadanya setiap saat ),contohnya diwajibkan kepadanya sholat fardhu maka diwajibkan kepadanya menuntut ilmu yang berkaitan dengan sholat sekedar iya dapat menunaikan kewajiban sholat.
Dalilnya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة
Artinya:menuntut ilmu Adalah sebuah kewajiban keatas setiap orang muslim laki-laki dan prempuan.
3. Setuju Namanya juga zaman era digital tergantung cara kita memanfaatkannya kalo mengarah kepada kebaikan maka pahala jariyyah yang didapat namun sebaliknya jika mengarah kepada keburukan dosa jariyyah yang didapat.
MEMILIH ILMU, GURU, DAN TEMAN
1. Memilih guru Adapun dalam memilih guru maka sepatutnya iya memilih seorang guru yang luas ilmunya, wara’a, dan yang lebih tua (luas ilmunya).
2. Sebelum kita mendalami ilmu tafsir maka kita harus mendalami ilmu nahwu dan shorof.
Langkah pertama kita mencari tahu apakah guru tersebut memiliki akhlaq dan budi pekerti sesuai contoh Rasulullah saw.
Langkah kedua yang mengerti dan paham akan ilmu nahwu dan shorof.
Langkah ketiga mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas.
Langkah keempat kebanyakan guru yang mengajarkan ilmu tersebut bertempat tinggal dipondok salafiyah.
3. Adapun (urusan) memilih teman maka sepatutnya iya memilih teman yang giat berusaha,bersifat war’a,dan yang mempunyai budi pekerti yang lurus,dan hendaklah iya tidak berteman daripada orang yang pemalas,pengangguran banyak bicara,suka berbuat kerusakan,dan suka menebar fitnah.
HORMAT KEPADA ILMU DAN GURU
1. Pertama tidak berjalan dihapannya.
Kedua tidak menduduki tempatnya (yang khusus)
Ketiga tidak memulakan pembicaraan kecuali dengan izinnya.
Keempat tidak memperbanyak pembicaraan disisinya.
2. Karena dengan menghormati guru adalah jalannya mendatangkan keberkahan ilmu tapi sebaliknya apabila kita tidak menghormati guru segala keberkahan ilmu akan tertutup.
3. Bantah secara lemah lembut.
1. BERSIKAP WARA’ (HATI-HATI) SAAT MENUNTUT ILMU
BalasHapusSikap wara’ dalam menuntut ilmu berarti menjaga diri dari segala hal yang meragukan atau dapat mengotori hati. Para ulama menjelaskan bahwa maksiat memiliki hubungan langsung dengan tertutupnya pemahaman seseorang. Hati yang gelap karena dosa tidak mampu menerima cahaya ilmu, sehingga seseorang merasa sulit memahami pelajaran, mudah lupa, dan tidak mendapatkan keberkahan dalam belajar.
Selain menjauhi maksiat, penuntut ilmu juga diwajibkan berhati-hati dalam memilih makanan, minuman, dan harta. Hal-hal yang syubhat atau tidak jelas halal-haramnya dapat mempengaruhi kebersihan hati dan ketenangan jiwa. Ketidakjelasan sumber makanan atau harta membuat belajar menjadi tidak fokus, hati tidak tenang, dan keberkahan ilmu berkurang, sebagaimana disebutkan dalam banyak nasihat salaf.
Di era digital, sikap wara’ dapat diterapkan dalam penggunaan gadget dan media sosial dengan cara memilah konten, membatasi waktu penggunaan, dan tidak membuka hal-hal yang haram atau sia-sia. Penuntut ilmu harus memastikan bahwa perangkat yang ia gunakan benar-benar mendukung proses belajarnya, bukan malah melalaikan atau menghilangkan waktu.
2. HAL-HAL YANG MENGUATKAN HAFALAN DAN MELEMAHKANNYA
Untuk menguatkan hafalan, para ulama seperti Imam Az-Zarnuji memberikan banyak nasihat penting, di antaranya menjaga keikhlasan, mengulang pelajaran secara konsisten, memilih waktu terbaik untuk belajar, serta menjauhi maksiat. Keikhlasan akan menumbuhkan keberkahan, sedangkan pengulangan yang teratur membuat hafalan semakin kuat. Ulama juga menyarankan agar seseorang memanfaatkan waktu setelah Subuh atau malam hari karena saat itu hati lebih tenang dan pikiran lebih jernih.
Membaca Al-Qur’an dengan tadabbur dan melaksanakan shalat malam termasuk amalan yang dapat menguatkan hafalan. Al-Qur’an adalah cahaya yang menerangi hati, dan hati yang terang akan lebih mudah menangkap dan menyimpan ilmu. Shalat malam dilakukan pada waktu yang tenang dan minim gangguan, sehingga konsentrasi maksimal dan hafalan lebih mudah melekat, sebagaimana menjadi kebiasaan para ulama salaf dalam menjaga ilmu mereka.
Ada pula hal-hal yang dapat melemahkan hafalan seperti maksiat, pola hidup yang tidak sehat, serta konsumsi makanan yang tidak baik. Dosa-dosa menyebabkan hati kotor dan sulit mengingat, sementara terlalu banyak tidur dan jarang bergerak membuat otak kurang aktif. Makanan tidak sehat seperti junk food juga dapat mengganggu metabolisme otak.
3. HAL-HAL YANG MENDATANGKAN REZEKI DAN MENGHALANGINYA
Dalam Islam, rezeki tidak hanya datang melalui usaha fisik tetapi juga melalui amal-amal baik seperti silaturahim dan istighfar. Silaturahim disebutkan dalam hadits sebagai sebab dilapangkannya rezeki dan dipanjangkannya umur. Sementara itu, istighfar membersihkan dosa-dosa yang dapat menghalangi datangnya rezeki, karena Allah menjanjikan dalam Al-Qur’an bahwa orang yang memperbanyak istighfar akan diberi kelapangan, keberkahan, dan tambahan nikmat.
Perilaku amanah dan kerja keras termasuk etos kerja Islami yang kuat dan menjadi sebab datangnya rezeki. Orang yang jujur, bertanggung jawab, dan dapat dipercaya akan lebih mudah mendapatkan peluang dan kepercayaan dari orang lain. Kerja keras (jihad dalam bekerja) adalah bentuk ibadah yang dicintai Allah, sebab Islam tidak mengajarkan kemalasan, tetapi mendorong kesungguhan, disiplin, dan profesionalitas dalam pekerjaan.
Sebaliknya, beberapa hal dapat menghalangi atau menyempitkan rezeki seperti maksiat, malas bekerja, dan tidak amanah. Dosa-dosa membuat keberkahan hilang dan pintu kebaikan tertutup, sedangkan sifat malas menyebabkan kesempatan hilang begitu saja. Ketidakjujuran atau pengkhianatan amanah menjadikan seseorang dijauhi dan tidak dipercaya, sehingga pintu rezekinya menyempit.
NIAT DALAM MENUNTUT ILMU
BalasHapus1. Tiga niat salah dalam menuntut ilmu selain untuk Allah beserta dampak negatifnya:
• Gengsi atau pamer: Membuat ilmu kehilangan keberkahan karena belajar hanya untuk menunjukkan keunggulan, bukan manfaat.
• Mencari pujian manusia: Ilmu menjadi sia-sia karena fokus mencari pengakuan, bukan kebenaran atau manfaat.
• Keinginan materi atau jabatan: Ilmu hanya jadi alat mencari keuntungan duniawi, mengurangi nilai spiritual dan keberkahan.
2. Cara memperbaiki dan menjaga niat agar ikhlas:
• Selalu berdoa memohon keikhlasan.
• Ingatkan diri akan tujuan utama belajar untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memberi manfaat.
• Hindari pamer, fokus pada proses belajar, bukan hasil pujian.
• Meditasi atau muhasabah diri rutin untuk mengevaluasi niat.
3. Ilustrasi:
Dua pelajar, A dan B, sama-sama rajin belajar. A belajar ikhlas untuk menuntut ilmu demi memperbaiki diri dan memberi manfaat. B belajar untuk dipuji guru dan teman. Seiring waktu, A merasa tenang dan ilmu yang didapatnya mengalir manfaat, membuatnya semakin semangat dan bertambah ilmu dengan berkah. Sedangkan B merasa lelah dan cemas, karena fokusnya pada penilaian orang lain, ilmunya kurang mendalam dan cepat padam semangatnya.
MEMILIH ILMU, GURU, DAN TEMAN
1. Tiga kriteria utama memilih guru menurut ulama:
• Berilmu tinggi (’alim) dengan sanad bersambung hingga Rasulullah.
• Rabbani (berorientasi Allah, ikhlas, jujur).
• Wara’ (menjaga diri dari haram, sabar, teladan).
2. Langkah praktis mendalami tafsir:
• Pilih kitab pemula: Tafsir Al-Muyassar, Tafsir As-Sa’di, atau Al-Mukhtashar fi At-Tafsir (ringkas, mudah dipahami).
• Duduk majelis guru potensial untuk cek kecocokan, pastikan sanad jelas dan ahli tafsir.
• Mulai kajian bertahap, diskusikan dengan kelompok, terapkan dalam hidup.
3. Peran teman: Memberi semangat, inspirasi, dan pengaruh positif dalam menuntut ilmu. Teman shalih-serius jadi faktor penentu kesuksesan karena hindari godaan sfeah (bodoh/kenakalan), capai cita-cita mulia via saling bantu.
METODE DAN TATA CARA BELAJAR
1. Fahm lebih utama daripada hifzh di awal karena pemahaman membawa derajat tinggi di sisi Allah, menghasilkan fiqh dan amal shaleh, sementara hafalan hanya sarana jika tak dipahami jadi sia-sia.
2. Urutan prioritas maratib al-’ulum pemula:
• Ilmu tujuan (aqidah, fiqh wajib dari Quran-Hadits).
• Ilmu sarana (tajwid, nahwu dasar)
• Ilmu tambahan setelah mantap.
3. Hikmah batasi materi baru + ulang: ilmu melekat kuat di hati, hindari lupa, capai pemahaman mendalam untuk manfaat abadi.
*HAKIKAT ILMU, HUKUM MENENTUKAN NYA, DAN KEUTAMAAN NYA*
BalasHapus1. Perbedaan fardhu ‘ain dan fardhu kifayah serta contohnya
Fardhu ‘ain adalah kewajiban menuntut ilmu yang harus dipelajari setiap Muslim secara pribadi.
Contoh:
1. Ilmu tentang tata cara shalat yang benar.
2. Ilmu akidah dasar seperti rukun iman dan rukun Islam.
Fardhu kifayah adalah kewajiban menuntut ilmu yang cukup dilakukan sebagian umat, dan bila sudah ada yang mempelajarinya maka gugurlah kewajiban bagi yang lain.
Contoh:
1. Ilmu kedokteran.
2. Ilmu hisab dan falak.
---
2. Mengapa menuntut ilmu termasuk ibadah + dalil
Menuntut ilmu termasuk ibadah karena dilakukan dengan niat mendekatkan diri kepada Allah dan ilmu tersebut digunakan untuk kebaikan. Allah menjanjikan derajat yang tinggi bagi orang berilmu.
Dalil (QS. Al-Mujādalah: 11):
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”
---
3. Analisis pernyataan: “Di zaman digital ini, semua ilmu adalah fardhu kifayah.”
Saya tidak setuju.
Tidak semua ilmu menjadi fardhu kifayah, karena ada ilmu dasar yang tetap wajib dipelajari setiap individu, seperti ilmu ibadah, akidah, dan akhlak. Memang banyak ilmu modern yang bersifat fardhu kifayah seperti teknologi, kedokteran, dan sains, tetapi ilmu agama yang berkaitan dengan kewajiban pribadi tetap fardhu ‘ain dan tidak bisa digantikan oleh orang lain.
*MEMILIH ILMU GURU DAN TEMAN*
1. Tiga kriteria utama memilih guru menurut ulama
1. Ilmunya benar dan terpercaya, tidak menyimpang dari ajaran Islam.
2. Akhlaknya baik, rendah hati, sabar, dan memberi teladan.
3. Metode mengajarnya jelas, sehingga mudah dipahami dan tidak membingungkan murid.
---
2. Langkah praktis memilih ilmu tafsir dan guru yang tepat
1. Menentukan tujuan belajar, misalnya ingin memahami tafsir Al-Qur’an dasar atau ingin mendalami tafsir klasik.
2. Memilih kitab yang sesuai, seperti Tafsir Ibnu Katsir atau Tafsir al-Muyassar untuk pemula.
3. Mencari guru yang kompeten, yang memahami tata cara penafsiran, sanad ilmunya jelas, dan akhlaknya baik.
4. Mempertimbangkan lingkungan belajar, apakah kelas offline, online, atau pesantren yang mendukung fokus belajar.
--
3. Peran teman dalam menuntut ilmu
Teman yang shalih dan serius belajar sangat penting karena mampu menjaga semangat, saling mengingatkan, dan memberi pengaruh baik.
Teman yang baik membuat seseorang lebih disiplin, lebih termotivasi, dan lebih mudah istiqamah, sehingga sangat menentukan keberhasilan belajar dalam jangka panjang.
*TAWAKAL*
1. Keseimbangan antara usaha maksimal dan tawakal + contoh
Usaha maksimal berarti belajar dengan sungguh-sungguh, sedangkan tawakal berarti menyerahkan hasilnya kepada Allah setelah berusaha.
Contoh: seseorang belajar keras untuk ujian—membaca, mencatat, dan berlatih soal—lalu ia berdoa dan menerima hasil apa pun sebagai ketetapan Allah.
---
2. Perbedaan tawakal dan pasrah tanpa usaha
Tawakal tetap berusaha dengan serius lalu menyerahkan hasil kepada Allah.
Pasrah tanpa usaha hanya mengandalkan nasib tanpa belajar apa pun.
Jadi tawakal ada kerja kerasnya, sedangkan pasrah tidak.
---
3. Doa sebelum dan sesudah belajar + maknanya
Sebelum belajar: memohon agar Allah membuka pemahaman dan memudahkan ilmu.
Sesudah belajar: meminta agar ilmu yang dipelajari bermanfaat dan tidak mudah dilupakan.
Maknanya: menunjukkan bahwa ilmu itu datang dari Allah dan kita membutuhkan pertolongan-Nya dalam memahami serta mengamalkannya.
BAB 1 HAKIKAT ILMU, HUKUM MENUNTUTNYA,DAN KEUTAMAANNYA
BalasHapus1. Perbedaan Fardhu 'Ain dan Kifayah dalam Menuntut Ilmu
Fardhu 'Ain: Kewajiban personal yang harus dipenuhi setiap Muslim, tidak bisa diwakilkan, seperti ilmu tentang rukun iman, rukun Islam, dan tata cara salat yang benar (ilmu fikih dasar).
Fardhu Kifayah: Kewajiban komunal yang jika telah dilaksanakan oleh sebagian kaum Muslimin, maka kewajiban tersebut gugur bagi yang lainnya. Contohnya adalah ilmu kedokteran, teknologi, atau ilmu-ilmu lain yang bermanfaat untuk kemaslahatan umat.
2. Menuntut Ilmu sebagai Ibadah
Menuntut ilmu adalah ibadah karena membutuhkan kesungguhan dan ketekunan, serta dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan (QS. Thaaha: 114).
Ilmu yang bermanfaat juga menjadi amal jariyah setelah kematian, sebagaimana disebutkan dalam hadis, "Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya kecuali tiga hal: sedekah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih/hah yang berdoa untuk orang tua" (HR. Muslim).
3. Ilmu Pengetahuan di Era Digital (Fardhu Kifayah)
Pernyataan bahwa semua ilmu pengetahuan di era digital adalah fardhu kifayah adalah benar karena kemajuan teknologi menuntut umat Islam menguasai berbagai disiplin ilmu agar mampu bersaing dan membangun masyarakat yang maju.
Penguasaan ilmu pengetahuan umum menjadi kewajiban kolektif agar umat Islam tidak tertinggal dan mampu berkontribusi secara produktif, namun tetap harus diimbangi dengan akhlak dan nilai-nilai Islam.
BAB 11 BERSIKAP WARA'(HATI-HATI) SAAT MENUNTUT ILMU
1.Imam Ghazali dalam kitabnya "ihya Ulumuddin" menjelaskan bahwa maksiat dapat menghalangi ilmu karena dapat menimbulkan dapat menimbulkan sifat-sifat negatif yang dapat menghalangi dalam memahami ilmu.
2.makanan,minuman dan harta yang syubhat adalah yang tidak jelas status halal atau haramnya.makanan, minuman, dan harta yang syubhat yang dapat mengotori jiwa ,serta ilmu dan amalan yang tidak bermanfaat.
3.dengan menggunakan gadget dan media sosial hanya untuk keperluan yang bermanfaat , menghindari konten-konten yang tidak bermanfaat,tidak terlalu seringgg menggunakan gadget dan media sosial,serta berhati-hati dalam membagikan informasi atau pendapat di media sosial.
BAB 4 HORMAT KEPADA ILMU DAN GURU
1.Bentuk ta'dzim kepada guru dapat diterapkan dalam berbagai cara,
- Mengucapkan salam dan menyambut guru.
- Memperhatikan dan mengikuti instruksi guru .
- Menghormati waktu guru dengan datang tepat waktu dan tidak meninggalkan kelas tanpa izin.
- Menggunakan bahasa yang sopan dan hormat.
- Menghargai pendapat dan pengetahuan guru.
- Mengirimkan pesan atau email yang sopan dan hormat dalam pembelajaran daring.
- Mengikuti aturan dan tata tertib yang ditetapkan oleh guru.
2. Rasa Hormat kepada Guru sebagai Sumber Keberkahan Ilmu.
Rasa hormat kepada guru dianggap sebagai sumber keberkahan ilmu karena dengan menghormati guru, kita dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat dan berkah. Konsep adab sebelum ilmu menekankan pentingnya memiliki adab dan akhlak yang baik sebelum mencari ilmu.
3. Sikap Menghadapi Kekeliruan atau Kesalahan dari guru dengan cara :
- Mengklarifikasi kekeliruan atau kesalahan tersebut dengan sopan dan hormat
- Mengajukan pertanyaan yang membangun dan tidak menuduh
- Menerima penjelasan guru dengan lapang dada dan berlapang dada
- Tidak langsung membantah atau menyangkal pendapat guru
- Menghargai kesempatan untuk belajar dari kesalahan dan meningkatkan pengetahuan
TAWAKAL
BalasHapus1. Bagaimana keseimbangan antara usaha maksimal (mujahadah) dan tawakal dalam menuntut ilmu? Berikan contoh.
Keseimbangan antara mujahadah dan tawakal itu artinya kita berusaha sekuat mungkin, tapi tetap menyerahkan hasilnya kepada Allah. Jadi bukan cuma usaha doang tanpa doa, dan bukan cuma doa tanpa usaha.
Contohnya:
Seorang mahasiswa belajar untuk UTS. Dia bikin rangkuman, baca materi, latihan soal, dan datang tepat waktu. Itu bagian mujahadah. Setelah semua usaha dilakukan, dia berdoa, pasrahkan hasilnya kepada Allah, dan yakin kalau apa pun nilai yang keluar adalah yang terbaik menurut Allah. Itu bagian tawakal.
2. Apa perbedaan antara tawakal dan pasrah (taslim) tanpa usaha dalam konteks belajar?
Tawakal:
– Ada usaha yang maksimal, terencana, sungguh-sungguh.
– Setelah usaha, baru diserahkan hasilnya kepada Allah.
Pasrah tanpa usaha (taslim):
– Tidak berusaha, hanya menunggu hasil.
– Tidak belajar, tidak membaca materi, hanya berharap Allah bantu tanpa ikhtiar.
Jadi tawakal itu aktif, sedangkan pasrah tanpa usaha itu pasif dan tidak dibenarkan dalam Islam.
3. Doa apa yang biasa dipanjatkan sebelum dan sesudah belajar sebagai bentuk tawakal? Jelaskan maknanya.
Sebelum belajar:
"Rabbi zidni ‘ilma"
Artinya: “Ya Rabb, tambahkanlah aku ilmu.”
Maknanya: kita minta agar Allah membuka pikiran, diberi kemudahan memahami pelajaran, dan diberi keberkahan dalam ilmu.
Sesudah belajar:
"Allahumma inni as’aluka ‘ilman naafi’an, warizqan thayyiban, wa ‘amalan mutaqabbalan."
Artinya: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.”
Maknanya: kita berharap ilmu yang dipelajari tidak hanya masuk otak, tapi juga bermanfaat dan membawa kebaikan.
Doa-doa ini menunjukkan bahwa setelah usaha belajar, kita tetap butuh pertolongan Allah agar ilmu itu benar-benar masuk dan berguna.
MEMILIH ILMU, GURU DAN TEMAN
Tiga kriteria utama memilih guru
1. Ilmu yang benar dan kuat.
2. Akhlaq yang baik.
3. Perkataan dan perbuatannya sesuai.
Langkah memilih ilmu tafsir dan guru yang tepat
1. Tentukan tujuan belajar tafsir.
2. Pilih kitab sesuai level (misal: Jalalain/Ibnu Katsir ringkas).
3. Cari guru yang ahli tafsir, berakhlak baik, dan metode mengajarnya jelas.
4. Minta rekomendasi dari orang yang lebih berilmu.
3. Peran teman dalam menuntut ilmu
Teman shalih membantu menjaga niat, memberi motivasi, menularkan semangat belajar, dan menciptakan lingkungan yang baik. Karena itu teman yang baik sangat menentukan keberhasilan belajar.
HAKIKAT ILMU, HUKUM MENUNTUTNYA, DAN KEUTAMAANNYA
1. Perbedaan fardhu ‘ain dan fardhu kifayah + 2 contoh
Fardhu ‘ain:
Kewajiban belajar yang harus dilakukan setiap muslim.
Contoh: belajar wudhu, shalat, dan akhlak dasar.
Fardhu kifayah:
Kewajiban yang cukup diwakili sebagian orang.
Contoh: ilmu kedokteran, ilmu hisab (perhitungan waris).
2. Mengapa menuntut ilmu termasuk ibadah? Sertakan dalil
Menuntut ilmu jadi ibadah karena dilakukan untuk mencari ridha Allah dan membawa manfaat bagi diri dan umat.
Dalil:
Nabi bersabda: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Maknanya: aktivitas belajar bernilai ibadah jika diniatkan lillah.
3. Analisis pernyataan: “Di zaman digital ini, semua ilmu adalah fardhu kifayah.” Setuju atau tidak?
Tidak sepenuhnya setuju.
Karena ada ilmu yang tetap wajib dipelajari setiap muslim (fardhu ‘ain), seperti ibadah dan akhlak.
Sedangkan ilmu umum seperti teknologi, kedokteran, atau sains memang termasuk fardhu kifayah.
Jadi tidak semua ilmu masuk fardhu kifayah.
METODE DAN TATA CARA BELAJAR
BalasHapus1.1.Memahami (Al-Fahm) Lebih Diutamakan daripada Menghafal (Al-Hifzh) di Awal Belajar dalam Tradisi Keilmuan Islam karena :Membentuk Dasar yang Kokoh:Mencegah Kesalahan dalam Aplikasi Mengembangkan Kemampuan Berpikir kritis.
Sedangkan Pemahaman adalah Kunci untuk Ilmu yang Bermanfaat (Nafi') dan Berkelanjutan, sedangkan hafalan adalah alat untuk melestarikannya.
2.1. Ilmu Fardhu 'Ain (Ilmu Wajib Individual 2. Ilmu Alat (Ulum Al-Alat) 3.Ilmu Fardhu Kifayah (Ilmu Kewajiban Kolektif)
3.
Penguatan dan Kualitas Pemahaman (Itqan):
Mencegah Kebosanan dan Kelelahan Kognitif:
Menciptakan Struktur Ilmu yang Kohesif
4Menjamin Kebermanfaatan Ilmu (Nafi
Kualitas Pemahaman (Mutqin) Jauh Lebih Penting daripada Kuantitas Materi yang Dipelajari.
MEMILIH ILMU GURU DAN TEMAN
1.Lurus Akidah dan Manhajnya: Keyakinan dan metodenya dalam beragama harus sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah, serta pemahaman para ulama salafus shalih.
Mendalam/Kompeten Ilmunya: Memiliki ilmu yang mapan, layak, dan ahli di bidang yang diajarkan, bukan orang yang berbicara tanpa ilmu.
Baik Akhlaknya (dan Wara'): Memiliki moralitas yang terpuji, dapat menjadi teladan (panutan), dan berhati-hati (wara') dalam segala hal.
2.
1. Menyiapkan Fondasi Ilmu Pendukung
2. . Memilih Kitab Tafsir Bertahap
3. . Memilih Guru (Mursyid) yang Sesuai
3.Peran Kunci Teman yang Shalih Pendorong dan Pengingat Teman Memiliki teman yang shalih dan serius dianggap penentu kesuksesan karena dua hal utama:
A. Hukum Kesejajaran (Pengaruh LingkunDampak Negatif: Berteman dengan orang yang lalai akan menarik kita ke jurang kelalaian dan membuang waktu belajar.
Dampak Positif: Berteman dengan orang yang serius (serius belajar, serius ibadah) akan menarik kita naik dan membuat kita malu untuk bermalas-malasan. Konsistensi (Istiqamah)
NIAT DALAM MENUNTUT ILMU
1.Mencari kedudukan atau jabatan. .Menarik perhatian dan pujian manusia. .Berbangga diri atau menyombongkan diri (ujub) atas orang lain.
2.Mengingat Tujuan Utama (Tazakkur):Menyembunyikan Amalan Ilmiah:Memperbanyak DoaMuhasabah (Introspeksi Diri):Pelajar B: Budi (Niat Riya')
3.Budi juga belajar keras, tetapi tujuannya adalah agar ia dipandang sebagai pelajar paling cerdas, meraih nilai tertinggi, dan mendapatkan tepuk tangan. Ia rajin bertanya di kelas agar terlihat menonjol. Ketika ia tidak mendapatkan pujian atau nilainya sedikit menurun, ia merasa kecewa dan motivasinya langsung turun drastis, bahkan mudah menyerah.
BalasHapus---
Hormat kepada Ilmu dan Guru (Ta’dzim)
1. Ta’dzim kepada guru: sopan saat tatap muka, tidak memotong pembicaraan, hadir tepat waktu; dalam daring tetap sopan, ikut aturan kelas, dan fokus.
2. Hormat mendatangkan keberkahan karena adab adalah pintu ilmu. Adab sebelum ilmu.
3. Jika guru salah, sampaikan dengan sopan, tidak di depan umum, dan tetap berhusnuzan.
Kesungguhan, Ketekunan, Kontinuitas (Mujahadah)
1. Ilmu diperoleh dengan usaha, bukan angan-angan. Ini inti mujahadah: bersungguh-sungguh melawan malas.
2. Contoh jadwal belajar: 1 jam per hari bergantian mata pelajaran; Sabtu latihan soal; Ahad review.
3. Penghalang belajar: malas, distraksi HP, dan kurang motivasi. Solusi: kuatkan niat, batasi HP, tetapkan tujuan.
Metode dan Tata Cara Belajar
1. Memahami lebih utama dari menghafal karena pemahaman membuat ilmu kuat dan mudah diamalkan.
2. Prioritas ilmu: aqidah → fikih ibadah → tajwid → akhlak → sirah → ilmu lanjutan.
3. Sedikit materi tapi diulang lebih efektif agar ilmu menetap dan tidak membingungkan.
NIAT DALAM MENUNTUT ILMU
BalasHapus(1) Tiga niat yang salah dalam menuntut ilmu selain karena Allah adalah belajar untuk mencari popularitas, mengejar pujian manusia, dan mengharapkan keuntungan dunia, yang berdampak pada hilangnya keberkahan ilmu karena sulit diamalkan dan tidak menenangkan hati. (2) Cara menjaga niat agar tetap ikhlas adalah dengan meluruskan tujuan belajar karena Allah, memperbanyak muhasabah dan doa, serta menahan diri dari sikap pamer meskipun ada dorongan untuk dipuji. (3) Perbedaan niat tampak pada dua pelajar, di mana pelajar yang ikhlas akan konsisten, sabar, dan ilmunya bermanfaat dalam jangka panjang, sedangkan pelajar yang riya cenderung mudah lelah dan ilmunya tidak membekas.
MEMILIH ILMU, GURU, DAN TEMAN
(1) Kriteria utama dalam memilih guru menurut ulama adalah lurus akidah dan akhlaknya, luas ilmunya, serta mengamalkan ilmu yang diajarkannya. (2) Untuk mendalami ilmu tafsir, langkah praktisnya adalah mempelajari ilmu dasar terlebih dahulu, memilih kitab tafsir sesuai kemampuan, dan mencari guru yang amanah serta jelas metode pengajarannya. (3) Teman memiliki peran penting dalam menuntut ilmu karena teman yang shalih dan serius dapat saling memotivasi, menjaga semangat, dan membantu istiqamah hingga mencapai keberhasilan.
METODE DAN TATA CARA BELAJAR
(1) Memahami lebih diutamakan daripada menghafal karena pemahaman menjadi dasar pengamalan dan membuat ilmu lebih bertahan lama. (2) Urutan prioritas ilmu bagi pemula dimulai dari akidah, kemudian fiqh ibadah dasar, lalu akhlak sebelum mempelajari ilmu (3) Membatasi materi baru dan mengulanginya hingga paham bertujuan agar ilmu tertanam kuat, tidak menimbulkan kebingungan, dan mudah diamalkan.
"METODE DAN CARA BELAJAR"
BalasHapus1. Memahami vs Menghafal
Lebih penting memahami dulu daripada sekadar menghafal.
Membuat dasar ilmu lebih kuat.
Mencegah salah saat memakai ilmu.
Melatih cara berpikir kritis.
Hafalan berguna untuk menyimpan ilmu.
Intinya: Pemahaman bikin ilmu bermanfaat dan awet, hafalan cuma alat bantu.
2. Jenis Ilmu
1. Ilmu Fardhu ‘Ain → wajib dipelajari semua orang (contoh: rukun Islam).
2. Ilmu Alat → ilmu pendukung untuk memahami ilmu lain (contoh: nahwu).
3. Ilmu Fardhu Kifayah → ilmu yang cukup dipelajari beberapa orang saja, tapi bermanfaat buat banyak orang (contoh: dokter, pengacara).
3. Kualitas Pemahaman (Itqan)
Biar nggak cepat bosan dan capek belajar.
Biar ilmu tersusun rapi dan nyambung satu sama lain.
Biar ilmu bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.
Catatan: Lebih penting paham betul daripada banyak hafalan.
"MEMILIH ILMU, GURU, DAN TEMAN"
1. Guru
Lurus akidah dan cara mengajar sesuai Al-Qur’an dan Sunnah.
Paham ilmunya, bukan asal ngomong.
Baik akhlak dan bisa jadi teladan.
2. Ilmu & Kitab
Mulai dari dasar/fondasi dulu.
Pilih buku atau kitab bertahap sesuai level.
Pilih guru yang cocok dan bisa membimbingan
3. Teman Shalih
Lingkungan mempengaruhi kita.
Negatif: Teman malas *kita ikut malas.
Positif: Teman rajin bikin kita semangat dan konsisten.
"NIAT DALAM BELAJAR"
1. Niat yang salah
Belajar cuma untuk jabatan atau pujian.
Belajar supaya terlihat pintar.
Belajar untuk sombong (ujub).
2. Niat yang benar
Belajar untuk Allah dan manfaat diri & orang lain.
Tidak mencari pujian (riya’).
Banyak doa dan introspeksi diri.
Intinya: Niat yang benar bikin ilmu berkah dan bermanfaat.
3.Memperbanyak Doa dan Muhasabah – Selalu introspeksi diri agar ilmu bermanfaat dan niat tetap bersih.
1."memilih ilmu, guru, dan teman"
BalasHapusguru tersebut memiliki pengetahuan yang mendalam tentang ilmu yang akan diajarkan, guru tersebut memiliki akhlak yang baik, guru tersebut memiliki kemampuan untuk menyampaikan dengan jelas dan mudah dipahami. memilih kitab/bidang tafsir(pelajari dasar-dasar ilmu tafsir), memilih guru tafsir(cari guru yang memiliki sanad ilmu yang jelas). motivasi dan dukungan(teman yang shalih dan serius dapat memberikan motivasi dan dukungan ketika kita merasa kesulitan/putus asa dalam belajar, saling mengingatkan.
2."hormat kepada ilmu dan guru(ta'dzhim)"
tatap muka: datang tepat waktu, berpakaian sopan, memperhatikan penjelasan guru, bertanya dengan santun, tidak menyela pembicaraan guru, mencatat materi yang disampaikan, mengerjakan tugas dengan baik, bersikap ramah dan sopan, mendoakan guru
daring: bergabung tepat waktu, berpakaian sopan, mematikan mikrofon saat tidak bicara. adab sebelum ilmu, guru sebagai perantara ilmu, berkah ilmu. tabayyun(klarifikasi) sebelum menyebarkan/menghakimi kesalahan guru sebaiknya kita melakukan tabayyun terlebih dahulu, menyampaikan dengan cara yang baik, menjaga adab dan ta'dzhim.
3."hal-hal yang dapat menguatkan hafalan dan melemahnya"
ikhlas karena Allah SWT, menjauhi maksiat, makan makanan yang halal dan baik, tidur yang cukup, mengulang ulang hafalan. membaca Al-qur'an dengan tadabbur(tadabbur berarti merenungkan dan memahami makna ayat-ayat Al-quran), shalat malam(shalat malam adalah waktu yang mustajab untuk berdoa dan mendekat diri kepada Allah SWT). bergadang, makan makanan yang tidak sehat (junk food), merokok
(bagi laki-laki).
"TAWAKAL"
BalasHapusKeseimbangan mujahadah dan tawakal menurut Ta'lim al-Muta'allim adalah berusaha sungguh-sungguh dalam belajar—seperti belajar rutin, mengulang hafalan, dan menjaga adab—seraya menyerahkan hasil kepada Allah, karena ilmu datang dengan ikhtiar namun bertahan dengan tawakal; hal ini berbeda dengan pasrah tanpa usaha yang hanya menjadi alasan untuk malas, sebab tawakal sejati dilakukan setelah ikhtiar sebagaimana petani menanam sebelum menunggu panen, sedangkan pasrah tanpa usaha justru membawa kegagalan; karena itu penuntut ilmu dianjurkan membaca doa sebelum belajar “Rabbi zidni 'ilman warzuqni fahman” dan setelah belajar “Allahumma infa'ni bima 'allamtani…” untuk mengaitkan usaha dengan keberkahan dan penjagaan ilmu melalui tawakal.
"WAKTU BELAJAR YANG AFDAL"
Menurut Imam Az-Zarnuji dalam Ta'lim al-Muta'allim, waktu paling afdhal untuk menelaah ilmu adalah antara Maghrib–Isya’, pertengahan malam, dan waktu sahur karena pikiran lebih tenang, minim gangguan, serta penuh barokah; selain itu waktu pagi setelah Subuh hingga terbit matahari juga sangat dianjurkan karena termasuk barakah ash-shubh, saat pikiran paling jernih sehingga cocok untuk murojaah dan belajar berkelanjutan; adapun belajar setelah tengah malam terutama sepertiga akhir malam juga dianjurkan bagi yang kuat fisik dan spiritual, namun tidak disarankan bagi pemula atau yang mudah lelah agar tetap menjaga keseimbangan kesehatan dan kualitas belajar.
"HAL-HAL YANG DAPAT MENGUATKAN HAFALAN DAN MELEMAHKANNYA"
Lima tips penguat hafalan menurut Ta'lim al-Muta'allim mencakup belajar tekun, mengurangi makan, shalat malam, membaca Al-Qur'an dari mushaf, dan bersiwak, ditambah anjuran konsumsi madu atau kismis merah; membaca Al-Qur'an dengan tadabbur serta shalat malam juga sangat menguatkan hafalan karena membersihkan hati, meningkatkan fokus, dan mencegah lupa; sementara itu, hafalan dapat melemah akibat maksiat, pikiran duniawi berlebihan, dan makan terlalu banyak, sehingga perlu diatasi dengan taubat, tawakal, pengendalian makan, serta membiasakan murojaah yang teratur.
"HORMAT TERHADAP ILMU DAN GURU (TA'DZIM)"
BalasHapusBentuk ta’dzim kepada guru dapat dilakukan dengan bersikap sopan, mendengarkan dengan baik, tidak memotong pembicaraan, mengerjakan tugas tepat waktu, serta menjaga etika baik saat tatap muka maupun daring; rasa hormat ini dianggap membawa keberkahan ilmu karena adab adalah jalan pembuka hati agar ilmu mudah dipahami dan bermanfaat; jika menemukan kekeliruan guru, kita menyampaikannya dengan cara halus, sopan, dan tidak merendahkan, misalnya memberikan masukan secara pribadi, sehingga tetap menjaga prinsip ta’dzim.
"HAKIKAT ILMU, HUKUM MENUNTUTNYA DAN KEUTAMAANNYA"
Hukum menuntut ilmu fardhu ‘ain adalah kewajiban setiap muslim seperti belajar akidah dan tata cara shalat, sedangkan fardhu kifayah adalah kewajiban yang cukup dilakukan sebagian umat seperti menjadi dokter atau ahli teknologi; menuntut ilmu termasuk ibadah karena Allah memerintahkannya, sebagaimana hadis “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim”; dan menurut saya tidak semua ilmu di zaman digital ini termasuk fardhu kifayah karena ada ilmu dasar yang tetap wajib dipahami setiap individu, sementara ilmu yang lebih khusus cukup dipelajari sebagian orang sesuai kebutuhan umat.
"KESUNGGUHAN, KETEKUNAN, DAN KONTINUITAS (MUJAHADAH)"
Makna pernyataan ilmu didapat dengan diitala’ah, bukan diiltima’ah adalah bahwa ilmu hanya bisa diperoleh dengan belajar serius, bukan sekadar berharap, dan ini sesuai dengan mujahadah yang menuntut kesungguhan; jadwal belajar mingguan yang mencerminkan kontinuitas misalnya belajar 1–2 jam setiap hari Senin–Jumat untuk mata pelajaran utama, Sabtu untuk mengulang dan merangkum, serta Ahad untuk persiapan minggu depan agar tetap seimbang; tiga penghalang ketekunan dalam belajar adalah rasa malas, gangguan gadget, dan kurangnya niat, sehingga solusinya yaitu memperkuat niat karena Allah, mengatur waktu penggunaan gadget, dan membiasakan disiplin harian.
Metode dan tata cara belajar
BalasHapusDalam tradisi keilmuan Islam, memahami lebih diutamakan daripada sekadar menghafal karena pemahaman membuat ilmu hidup, dapat diamalkan, dan tidak mudah hilang, sedangkan hafalan tanpa faham sering rapuh; bagi pemula, urutan prioritas ilmu dimulai dari memperbaiki akidah, lalu fiqih ibadah sehari-hari, kemudian akhlak, setelah itu barulah memperluas ke ilmu Al-Qur’an, hadis, dan cabang-cabang lainnya; hikmah membatasi materi baru namun mengulanginya adalah agar otak dan hati tidak terbebani, ilmu masuk secara perlahan, lebih kuat melekat, serta mencegah kebingungan sehingga pemahaman menjadi kokoh dan siap ditingkatkan ke level berikutnya.
Mencari tambahan ilmu pengetahuan
Hadis menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat bermakna bahwa seorang Muslim dituntut untuk memiliki semangat belajar sepanjang hayat tanpa merasa cukup dengan ilmu yang telah dimiliki; belajar adalah ibadah yang terus berlanjut hingga akhir kehidupan. Di era informasi yang sangat melimpah, seorang penuntut ilmu perlu selektif dengan cara menentukan prioritas ilmu yang paling dibutuhkan, memilih sumber yang terpercaya, mengatur waktu belajar, serta menghindari konsumsi informasi yang tidak bermanfaat agar tidak bingung dan tetap fokus. Selain berguru dan belajar dari kitab, ilmu juga dapat diperoleh melalui majelis taklim, kajian daring, buku-buku ilmiah, media digital seperti video atau podcast keislaman, dan aplikasi belajar, namun semuanya harus bersumber dari ulama atau lembaga yang kredibel, tidak menyimpang dari akidah yang benar, serta digunakan dengan adab, kehati-hatian, dan tidak menggantikan peran guru secara total.
Saling menasihati dan berkasih sayang
Lingkungan belajar yang penuh kasih sayang dapat dibangun dengan saling menghargai, tidak merendahkan kemampuan teman, mendoakan kebaikan bagi sesama, serta menjadikan keberhasilan teman sebagai motivasi, bukan ancaman; contohnya dua sahabat menasihati dengan lembut—satu mengingatkan pentingnya keikhlasan saat belajar, dan yang lain mengingatkan agar menjaga waktu belajar—keduanya saling menguatkan tanpa menyalahkan; sementara itu, hasad terhadap ilmu atau pencapaian teman akan menghalangi hati dari ketenangan dan membuat seseorang sulit menerima kebenaran, karena hati yang dipenuhi iri tidak mampu fokus pada ilmu, tetapi hanya pada kelebihan orang lain sehingga ilmu tidak masuk dengan baik.
NIAT DALAM MENUNTUT ILMU
BalasHapus1. Niat yang salah dan dampaknya
Mencari sanjungan → pengetahuan menjadi tidak berkah
Berharap bisa mengungguli orang lain → menciptakan perselisihan
Hanya mengejar kepentingan duniawi → pahala tidak akan didapat
2. Cara menjaga niat tetap ikhlas
Tujukan tujuan untuk mendapatkan ridha Allah
Renungkan diri dan berdoalah
Hindari menunjukkan diri, pilihlah lingkungan yang baik
3. Ilustrasi singkat
Pelajar dengan niat tulus belajar untuk kebaikan, ilmunya menjadi berkah dan bertambah banyak.
Pelajar yang ingin dipuji hanya mencari perhatian, jika tidak dipuji, motivasinya menghilang dan ilmunya menjadi tidak berkah.
---
MEMILIH ILMU, GURU, DAN TEMAN
1. Kriteria utama memilih guru
Pengetahuannya benar
Sifatnya baik
Mengajar dengan tulus
2. Langkah memilih ilmu tafsir dan guru
Pilih buku yang sesuai dengan tingkat pemahaman
Cari guru yang ahli dalam Qur'an dan memiliki akhlak baik
Ikuti petunjuk guru secara konsisten
3. Peran teman dalam menuntut ilmu
Teman yang baik dapat meningkatkan motivasi, saling menasehati, dan mencegah rasa malas sehingga mendukung keberhasilan belajar.
---
HORMAT KEPADA ILMU DAN GURU
1. Bentuk ta’dzim kepada guru
Bersikap sopan saat berbicara, tidak menginterupsi, mencatat, dan memperhatikan; baik dalam pertemuan langsung maupun online.
2. Mengapa hormat membawa keberkahan
Karena tata krama sebelum ilmu: sikap menghormati membuka jalan untuk memperoleh pahala dan manfaat dari ilmu.
3. Sikap saat guru salah
Perbaiki dengan cara yang sopan, tanpa mempermalukan, dan tetap menghormati guru.
*"memilih ilmu,guru,dan teman*"
BalasHapusBerdasarkan petunjuk ulama, tiga kriteria utama memilih guru adalah kepemilikan ilmu yang benar, akhlak yang baik, dan kemampuan mengajar; untuk mendalami tafsir, langkah praktisnya adalah memulai dari kitab yang mudah seperti Tafsir al-Jalalain, menentukan fokus sesuai kemampuan, serta memilih guru yang memenuhi kriteria tersebut dan mencoba sesi pembelajaran pertamanya; sedangkan teman dalam perjalanan menuntut ilmu berperan sebagai teman belajar, pemacu semangat, dan pengecek kebenaran, sehingga memiliki teman shalih dan serius menjadi faktor penentu kesuksesan karena manusia cenderung terpengaruh lingkungan sekitar dan mereka memberikan dukungan untuk tetap konsisten serta terhindar dari kesalahan.
*"metode dan tata cara belajar*"
Dalam tradisi keilmuan Islam, al-fahm (memahami) lebih diutamakan daripada al-hifzh (menghafal) di awal belajar karena tujuan utamanya adalah mengamalkan ajaran, bukan hanya menyimpan teks — tanpa pemahaman, penghafalan sia-sia dan berisiko kesalahpahaman; untuk pemula, urutan prioritas (maratib al-'ulum) ilmu agama adalah ilmu tauhid sebagai dasar, ilmu akhlak untuk membentuk watak, ilmu fiqh yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, dan kemudian ilmu tafsir serta hadis setelah memahami dasar-dasar; sedangkan hikmah membatasi materi baru dan mengulangnya hingga paham adalah agar materi diserap mendalam dan tetap diingatan, mencegah kesalahpahaman, serta membangun dasar kuat dan konsistensi dalam menuntut ilmu.
*"waktu belajar yang afdhol*"
Berdasarkan ulama, waktu-waktu afdhal menelaah ilmu adalah pagi hari (setelah shalat subuh) karena penuh barakah dan pikiran segar, malam hari (sebelum tidur) karena suasana tenang guna memahami dengan mudah, serta waktu antara shalat ashar dan maghrib karena memiliki keberkahan dan kurang gangguan; untuk memanfaatkan barakah ash-shubh, sebaiknya mulai dengan membaca Al-Qur'an, menelaah ilmu dasar, atau merencanakan pembelajaran hari itu saat pikiran masih jernih dan energi cukup; sedangkan belajar setelah tengah malam memang memiliki keistimewaan karena suasana lebih sunyi, tetapi tidak dianjurkan untuk semua orang — tergantung kondisi tubuh, karena jika menyebabkan kurang tidur dan mempengaruhi aktivitas serta kesehatan hari berikutnya, lebih baik memilih waktu yang cocok dengan ritme tubuh masing-masing.
WAKTU BELAJAR
BalasHapus1) •Waktu sebelum subuh (ash-shubuh): karena hati masih tenang dan pikiran jernih.
•Waktu pagi: karena terdapat keberkahan dan kondisi tubuh masih segar.
•Waktu malam (setelah Isya hingga sebelum tidur): suasana sunyi sehingga fokus lebih kuat.
2. Waktu pagi dimanfaatkan dengan memulai belajar setelah shalat Subuh, membaca materi penting, menghafal, atau merencanakan kegiatan karena pikiran sedang sangat optimal dan diberkahi.
3. Belajar setelah tengah malam baik bagi sebagian orang karena suasana sangat tenang dan fokus tinggi. Namun tidak dianjurkan untuk semua orang karena bisa mengganggu kesehatan, waktu tidur, dan aktivitas pagi. Orang yang tidak kuat begadang sebaiknya tidak melakukannya.
SALING MENASEHATI DAN BERKASIHSAYANG
1. Cara menciptakan halaqah yang penuh kasih sayang yaitu dengan saling menghormati, tidak merendahkan teman, saling membantu memahami materi, menjaga adab, serta menanamkan niat belajar karena Allah, bukan untuk berkompetisi secara tidak sehat.
2. Contoh sikap saling menasihati yang konstruktif:
Seorang teman mengingatkan temannya agar disiplin hadir belajar, memberi saran cara memahami materi dengan lembut, atau membantu ketika temannya kesulitan tanpa merendahkan.
3. Hasad menjadi penghalang ilmu karena hati menjadi kotor, sulit menerima kebenaran, fokus teralih pada iri, bukan pada belajar. Dengki juga membuat seseorang tidak ikhlas sehingga ilmu sulit masuk dan tidak membawa keberkahan.
HAL-HAL YANG DAPT MENGUATKAN HAFALAN DAN MELEMAHKAN NYA
1)Menjauhi maksiat.
Mengulang hafalan secara rutin.
Belajar di waktu-waktu terbaik (pagi/subuh).
Mengurangi terlalu banyak makan.
Berdoa dan menjaga adab kepada guru.
2. Membaca Al-Qur’an dengan tadabbur dan shalat malam membantu menguatkan hafalan karena hati menjadi lebih khusyuk, pikiran tenang, jiwa bersih, dan suasana malam sangat mendukung fokus sehingga hafalan lebih mudah menempel.
3. Tiga kebiasaan yang melemahkan hafalan:
Terlalu sering begadang tanpa kebutuhan → alternatif: tidur teratur.
Makan berlebihan dan makanan tidak sehat → alternatif: makan secukupnya dan bergizi.
Sibuk dengan hal sia-sia (main berlebihan) → alternatif: mengatur waktu dan mengurangi distraksi.
1. TAWAKAL
BalasHapusKeseimbangan antara usaha maksimal (mujahadah) dan berserah diri (tawakal)dalam menuntut ilmu, sebagaimana diajarkan oleh Imam Az-Zarnuji, dicapai dengan berikhtiar sungguh-sungguh seperti belajar rutin dan menjaga adab sambil menyerahkan hasil kepada Allah SWT, yang berbeda dengan pasrah tanpa usaha yang dianggap sebagai kemalasan. Tawakal yang benar mendorong keberkahan ilmu dan pemahaman mendalam, sementara pasrah tanpa ikhtiar adalah sikap menyalahkan takdir yang menyebabkan kegagalan dan lupa. Untuk mengikat mujahadah dengan tawakal, Az-Zarnuji merekomendasikan doa sebelum belajar (Rabbi zidni 'ilman warzuqni fahman) sebagai permohonan rezeki ilmu, dan doa setelah belajar (Allahumma infa'ni bima 'allamtani...)sebagai penyerahan agar ilmu bermanfaat dan bertambah barokah.
2. WAKTU BELAJAR YANG AFDOL
Menurut Imam Az-Zarnuji, waktu utama (afdhal) untuk menelaah ilmu adalah antara Maghrib dan Isya', pertengahan malam (sepertiga akhir), dan waktu sahur, karena kondisi pikiran yang segar atau suasana hati yang tenang dan penuh berkah. Selain itu, beliau sangat menekankan untuk memanfaatkan waktu pagi (Barakah ash-Shubh) dari Subuh hingga terbit matahari sebab pikiran paling jernih dan energi prima, ideal untuk mengulang hafalan (murojaah) agar ilmu melekat sepanjang hari. Sementara itu, belajar setelah tengah malam (sepertiga akhir malam) sangat dianjurkan untuk hafalan dan pemahaman mendalam karena keberkahannya, namun beliau juga memberikan catatan bahwa anjuran ini terutama ditujukan bagi mereka yang kuat fisik dan spiritualnya agar tidak mengganggu kesehatan.
3. HAL HAL YANG DAPAT MENGUATKAN HAPALAN DAN MELEMAHKAN NYA
Menurut Imam Az-Zarnuji, tips praktis menguatkan hafalan meliputi lima hal: rajin belajar, mengurangi asupan makan, rajin shalat malam, membaca Al-Qur'an dengan melihat mushaf, dan bersiwak rutin, didukung juga dengan mengonsumsi madu atau kismis. (Tips Praktis Menguatkan Hafalan) Beliau menjelaskan bahwa manfaat tadabbur Al-Qur'an dan shalat malam adalah membersihkan hati dan menyegarkan pikiran, menjadikan hafalan lebih melekat, dan menegaskan bahwa membaca Al-Qur'an sambil melihat mushaf merupakan amalan paling efektif untuk menguatkan daya ingat. (Manfaat Tadabbur Al-Qur'an dan Shalat Malam) Sebaliknya, hal-hal yang dapat melemahkan hafalan adalah banyak berbuat maksiat atau dosa, terlalu memikirkan harta duniawi, dan makan berlebihan yang memicu dahak, dan Az-Zarnuji menyarankan untuk menggantinya dengan taubat, tawakal, puasa sunnah, serta menjauhi hal-hal yang menyeramkan. (Kebiasaan dan Makanan yang Melemahkan Hafalan)
1.TAWAKKAL
BalasHapusImam Az-Zarnuji dalam Ta'lim al-Muta'allim menekankan keseimbangan antara mujahadah—usaha sungguh-sungguh dalam belajar—dan tawakal yaitu menyerahkan hasil kepada Allah, sambil membedakan tawakal yang lahir dari ikhtiar dengan pasrah tanpa usaha yang hanya menjadi sumber kegagalan. Untuk mengikat usaha dengan tawakal, dianjurkan membaca doa sebelum belajar “Rabbi zidni ‘ilman warzuqni fahman” dan setelah belajar “Allahumma infa‘ni bima ‘allamtani…” agar ilmu diberikan, dijaga, dan diberkahi oleh Allah.
2. WAKTU BELAJAR
Imam Az-Zarnuji dalam Ta'lim al-Muta'allim menjelaskan bahwa waktu paling afdhal untuk belajar adalah antara Maghrib–Isya’, pertengahan malam, dan waktu sahur karena pikiran tenang dan penuh barokah, sementara waktu pagi setelah Subuh juga sangat dianjurkan sebagai barakah ash-shubh untuk mengulang hafalan dan memulai kajian ketika energi masih segar. Beliau juga menekankan bahwa belajar setelah tengah malam memiliki keutamaan tinggi bagi yang kuat secara fisik dan spiritual, namun bagi yang tidak mampu sebaiknya memaksimalkan waktu sahur atau pagi agar tetap seimbang dan tidak mengganggu kesehatan.
3.HAL HAL YANG DAPAT MENGUATKAN HAPALAN DAN MELEMAHKAN
Imam Az-Zarnuji dalam Ta'lim al-Muta'allim menjelaskan bahwa hafalan dapat diperkuat dengan lima langkah praktis seperti belajar tekun, mengurangi makan, shalat malam, membaca Al-Qur'an dengan melihat mushaf, serta rutin bersiwak, ditambah konsumsi madu atau kismis sebagai pendukung; beliau juga menekankan bahwa tadabbur Al-Qur’an dan shalat malam sangat membantu karena membersihkan hati dan menyegarkan pikiran sehingga hafalan lebih melekat; sedangkan yang melemahkan hafalan adalah maksiat, pikiran duniawi berlebihan, serta makan berlebihan, sehingga dianjurkan taubat, fokus ibadah, dan mengatur pola makan agar hafalan tetap kuat.
HAKIKAT ILMU, HUKUM MENUNTUTNYA, DAN KEUTAMAANNYA
BalasHapusPerbedaan fardhu ‘ain dan fardhu kifayah dalam menuntut ilmu: Pertama Fardhu ‘Ain: Kewajiban individu yang harus dilakukan setiap Muslim tanpa pengecualian. Contoh: Belajar ilmu tauhid (mengenal Allah dan rukun iman). Belajar Ilmu fikih: tata cara salat yang benar.
Sedangkan yang Kedua Fardhu Kifayah: Kewajiban kolektif; jika sebagian orang sudah menunaikannya, yang lain bebas dari dosa. Contoh: Belajar kedokteran untuk mengobati masyarakat. Menuntut ilmu adalah ibadah karena dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjadi jalan untuk mengamalkan kebenaran. Dalilnya: "Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)
Tidak semua ilmu hanya fardhu kifayah. Alasannya adalah Ilmu agama merupakan dasar tetap fardhu 'ain, seperti ilmu salat, wudhu, akidah. Meski digital memudahkan akses ilmu, kewajiban mempelajarinya tetap bersifat individu. Namun, banyak ilmu modern (coding, AI, kesehatan digital) menjadi fardhu kifayah karena dibutuhkan umat.
NIAT DALAM MENUNTUT ILMU
Tiga niat yang salah dalam menuntut ilmu beserta dampaknya: Niat untuk mencari popularitas dampaknya ilmunya tidak berkah dan hatinya gelisah, niat untuk mendebat orang lain dampaknya menyebabkan kesombongan, niat untuk mencari keuntungan dunia semata dampaknya menjadikan ilmu sebagai alat, bukan jalan menuju Allah. Cara menjaga niat agar ikhlas yaitu dengan Muhasabah diri sebelum, selama, dan setelah belajar, berdoa agar diberi keikhlasan, hindari pamer di media sosial atau lingkungan, dan ingat bahwa ilmu yang diberkahi membawa ketenangan, bukan pujian manusia. Ilustrasi singkat niat dalam menuntut ilmu: Budi (ikhlas) belajar karena ingin memahami agama dan membantu sesama. Ia tekun, sabar, dan tidak mudah putus asa. Sedangkan Joko (riya) belajar untuk mendapat pujian. Ia semangat di depan orang, namun malas saat sendirian. Hasilnya, Budi mendapatkan ilmu yang berkah, tahan lama, dan bermanfaat, sedangkan Joko cepat lupa, stres, dan haus pengakuan.
WAKTU BELAJAR YANG AFDAL
Waktu utama belajar menurut ulama yaitu Setelah Subuh karena Waktunya penuh berkah dan pikiran masih segar, antara Maghrib dan Isya karena waktunya tenang dan cocok untuk muraja’ah/mengulang, sepertiga malam terakhir karena suasananya hening dan konsentrasi tinggi. Manfaat waktu pagi (barakah ash-shubh) yaitu waktu pagi penuh berkah, sebagaimana doa Nabi: “Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”
Aktivitas belajar di pagi hari lebih efektif karena energi dan fokus masih optimal. Pendapat saya tentang belajar setelah tengah malam yaitu tidak dianjurkan untuk semua orang, karena tidak semua bisa fokus dan kuat secara fisik. Namun, bagi sebagian orang yang terbiasa (misalnya santri, peneliti), ini bisa sangat efektif, yang penting kualitas belajar, bukan hanya waktu.
HORMAT KEPADA ILMU DAN GURU (TA'DZIM)
BalasHapus1. Bentuk penghormatan: memberi sapaan sopan, hadir tepat waktu, fokus tanpa menginterupsi, tidak meninggikan suara, menaati aturan kelas (termasuk etika penggunaan kamera dan mikrofon saat belajar daring), serta menjaga nama baik guru.
2. Menghormati guru membawa berkah ilmu, menumbuhkan kerendahan hati, menghilangkan kesombongan, memuliakan guru, dan memudahkan pemahaman, dan sejalan dengan perinsip, adab sebelum ilmu, yang menekankan pentingya pembentukan karakter dan moral.
3. Jika guru melakukan kesalahan: tetap hormat, tidak menegur di depan umum, sampaikan secara pribadi dengan lembut agar kebenaran tetap ditegakkan tanpa merendahkan guru.
METODE DAN TATA CARA BELAJAR
1. Pemahaman lebih utama dari pada hafalan pada tahap awal agar ilmu kokoh dan dapat diamalkan, pemahaman membuka jalan untuk analisis, penerapan, dan mengajarkan ilmu kepada orang lain.
2. Urutan Prioritas Ilmu (Maratib al-'Ulum)
•Ilmu tujuan utama: tauhid, rukun-rukun Islam.
•Ilmu fardhu ‘ain: fikih dasar ibadah.
•Ilmu alat: nahwu, sharaf, bahasa.
•Ilmu pendukung: tafsir, hadis, ushul fikih tingkat lanjut.
3. Hikmah membatasi materi Baru mengulang materi sedikit demi sedikit membuat ilmu stabil (qarar) mencegah kebingungan, mengurangi beban pikiran, dan memperkuat memori jangka panjang.
HAL-HAL YANG DAPAT MENGUATKAN HAFALAN DAN MELEMAHKAN
1. Menguatkan Hafalan
•Konsisten mengulang setiap hari.
•Mengurangi makan, termasuk puasa sunnah.
•Menjauhi maksiat.
•Membaca Al-Qur’an sambil melihat mushaf.
•Melakukan shalat malam.
•Bersiwak, memperbanyak shalawat, dan konsumsi sederhana seperti madu/kurma.
2. Membaca Al-Qur'an dengan penuh perhatian dan menjalankan sholat malam diyakini dapat menguatkan hafalan dan daya ingat karena kedua aktifitas tersebut meningkatkan fokus, penghayataan makna, dan ketenangan jiwa.
3. Melemahkan Hafalan
•Makan berlebihan yang menimbulkan kantuk.
•Makanan berat dan berminyak.
•Banyak dosa dan pikiran dunia yang mengganggu fokus.
= Alternatif yang lebih sehat.
* Makan secukupnya dengan menu seimbang (seperti buah, madu/ kurma) dan cukup air.
* Lebih banyak berpuasa sunnah untuk mengendalikan nafsu makan, dan terbiasa berdzikir atau istighfar untuk menjaga keadaan dan fokus mental.
METODE DAN TATA CARA BELAJAR
BalasHapus1. Memahami ilmu lebih diutamakan sebab ilmu dalam Islam bukan hanya sekedar informasi melainkan petunjuk hidup yang harus diamalkan.
2. Diwajibkan mempelajari ilmu yang bersifat fardhu 'ain terlebih dahulu, yaitu tauhid dan akidah, adab, dan fikih ibadah, serta ilmu halal dan haram dalam bermuamalah.
3. - Memperkuat daya ingat
- Penguasaan materi yang mendalam
- Membangun fondasi yang kokoh
KESUNGGUHAN, KETEKUNAN, DAN KONTINUITAS (MUJAHADAH)
1. Mujahadah atau kesungguhan merupakan syarat mutlak dalam menuntut ilmu, karna ilmu tidak akan didapat bagi orang yang bermalas-malasan
2. 04.30 - 05.30: Sholat subuh dan baca Qur'an
05.30 - 06.00: Mengulang pelajaran
07.00 - 11.30: Sekolah formal
12.00 - 13.15: Sholat Zuhur, makan, istirahat
16.15 - 17.00: Sholat asar, mengulang pelajaran
18.30 - 20.15: Sholat magrib, makan, sholat isya', zikir
20.30 - 22.15: Belajar malam
22.30: Istirahat
3. - Malas: Cara mengatasinya, memperbaiki serta meluruskan niat, dan perjuangan dari diri sendiri untuk melawannya
- Kurangnya adab dan melakukan maksiat atau dosa: Cara mengatasinya, Istighfar dan bertobat
- Tergesa-gesa: Cara mengatasinya, Bersabar
SALING MENASEHATI DAN BERKASIH SAYANG
1. - Menetapkan niat bersama
- Membangun rasa persaudaraan
- Menerapkan tawajuh dan ta'awun
- Menghilangkan stigma kesalahan
- Peran pengajar
2. "Saudaraku Faisal, coba kita pakai metode peta pikiran (mind map) untuk bab ini. Kemarin saya coba dan cukup membantu saya mengingat strukturnya. Mari kita buat bersama setelah Ashar nanti."
3. - Menjadi penghalang masuknya ilmu (nur) kedalam hati
- Merusak hubungan persaudaraan
- Merusak fokus dan tujuan utama
- Menolak takdir Allah
MEMILIH ILMU, GURU, DAN TEMAN
BalasHapus1. Ilmu yang luas dan mendalam, Akhlak yang baik, Kredibilitas dan integritas.
2. Menentukan tujuan, mencari referensi, memilih bidang spesialisasi, mencari guru yang kompeten, mengikuti kajian dan diskusi, membaca dan menganalisis, mengikuti perkembangan mutakhir.
3. Motivasi dan dukungan, pertukaran pengetahuan, akuntabilitas, jaringan dan sumber, pembentukan karakter.
HORMAT KEPADA ILMU DAN GURU (TA'DZIM)
1. Mengucapkan salam, menghormati guru, mencatat materi, mengajukan pertanyaan, dan mengikuti instruksi.
2. Dalam konsep adab sebelum ilmu, Menghormati guru adalah salah satu aspek yang sangat penting. Dengan menghormati guru, kita dapat memperoleh keberkahan ilmu dan meningkatkan kualitas diri kita sendiri. Oleh karena itu, rasa hormat kepada guru dianggap sebagai sumber keberkahan ilmu dan merupakan bagian penting dari proses belajar.
3. Tidak langsung mengoreksi, menggunakan bahasa yang sopan, mengajukan pertanyaan, mengoreksi dengan cara yang tepat, menghargai niat baik.
WAKTU BELAJAR YANG AFDAL
1. Waktu subuh dianggap sebagai waktu yang paling baik untuk menelaah ilmu karena otak masih fresh dan tidak terlalu banyak gangguan, waktu malam dianggap sebagai waktu yang ideal untuk menelaah ilmu karena suasana yang tenang dan tidak banyak gangguan, waktu setelah shalat fardhu dianggap sebagai waktu yang baik untuk menelaah ilmu karena telah selesai dari kewajiban beribadah dan dapat fokus pada kegiatan menuntut ilmu, waktu luang dapat digunakan untuk menelaah ilmu terutama jika tidak ada kegiatan lain yang lebih penting.
2. Bangun lebih awal, membuat rencana, mengatur waktu, menggunakan waktu dengan efektif, mengambil istirahat, menggunakan sumber belajar yang tepat, mengulang dan menguatkan.
3. Tidak dianjurkan untuk semua orang, jika ingin belajar di malam hari pastikan untuk memiliki waktu tidur yang cukup sebelumnya, Buatlah jadwal belajar yang teratur dan realistis sehingga dapat memaksimalkan waktu belajar tanpa mengganggu pola tidur, cari waktu belajar yang lebih sesuai seperti pagi atau siang hari jika memungkinkan.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus