Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PENTINGNYA MENJAGA LISAN DAN TULISAN


Bicaralah yang baik-baik atau Diam
Berbicara yang baik memang bukan suatu perkara yang mudah namun kemampuan untuk mengendalikan lisan dan berbicara seperlunya juga tidak banyak dimiliki orang.  Disamping memang tidak ada sekolah khusus yang mempelajari tentang keterampilan menjaga lisan, berani berbicara juga terkadang dijadikan sebagai tolak ukur keberanian atau keberdayaan seseorang di dalam lingkungannya, banyak bicara terkadang dianggap sebagai ciri orang yang berani dan pintar.  Padahal untuk berbicara dan menulis juga diperlukan ilmu dan keterampilan berkomunikasi yang baik disamping itu juga dibutuhkan kecerdasan emosional. Oleh karena itu tidak heran kalau Rasulullah SAW menganjurkan untuk diam apalabila tidak bisa berkata-kata yang baik, karena dengan diam seseorang akan selamat dari lidahnya, sebab tidak jarang orang celaka disebabkan lisan namun tidak jarang pula orang selamat karena  sikap diamnya. Nabi Muhammad SAW bersabda: "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari pembalasan seyogyanya ia mengucapkan yang baik saja atau pilihlah berdiam diri" 
Memang di zaman zaman modern seperti saat ini orang terkadang tidak malu untuk banyak bicara walaupun isi ucapannya terkadang tanpa disadarinya justru menambah nilai negatif pada dirinya sendiri, dikarenakan ucapannya sendiri pulalah seseorang justru jatuh kelembah dosa bukan menambah kebaikan-kebaikan. Ucapan yang baik adalah ucapan yang mengandung hikmah, dzikir, nasehat maupun pelajaran-pelajaran kehidupan. Oleh karena itu jika tidak mampu bertutur kata yang baik alangkah baiknya memilih diam. Sebagai seorang muslim kita dituntut untuk mengontrol ucapannya agar tidak menyakiti lawan bicara atau yang mendengarnya. karena dengan ucapan yang menyakitkan saudaranya  mampu membawa dirinya ke dalam jurang api neraka. 
Banyak hadis-hadis sahih yang menjelaskan tentang pentingnya menjaga lisan diantaranya: 
1. Menjaga lisan untuk keselamatan manusia 
ِِسَلاَمَةً الإِنسَان فيِ حِفظِ اللِساَن
Artinya "Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan"  
Dari hadis ini dapat dipahami bahwa menjaga lisan sangat penting untuk menjaga keselamatan seluruh umat manusia. Bisa dibayangkan jika seorang pimpinan, guru atau dosen mengatakan sesuatu hal yang salah tentu akan menjadi fatal akibatnya karena akan dianggap benar dan dicontoh kemudian menyampaikannya kepada peserta didiknya atau bawahannya kela jika ia menjadi guru atau pimpinan. 
2. Menjaga lisan sebagai bentuk keimanan kepada hari akhir. 

عَن أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم: (مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَو لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَاْليَومِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، ومَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ واليَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ) رَوَاهُ اْلبُخَارِي وَمُسْلِمٌ

Artinya: Dari abu Hurairah RA bahwa barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tamunya. " (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis di atas menjelaskan bahwa kemampuan seseorang dalam menjaga lisannya sebagai tolak ukur iman seseorang artinya seorang muslim yang mampu menjaga lisannya untuk tidak menyakiti sesama manusia sebagai tolak ukur tingkat keimanan seseorang, apabila seseorang banyak menyakiti hati dan perasaan muslim lainnya atau manusia lainnya tentu semakin berkurang tingkat keimanan seseorang namun jika seseorang mampu menjadikan lisannya untuk menambah kebahagiaan seseorang maka meningkat kadar keimanan karena tidak hanya menjaga lisannya namun mampu menggunakan lisannya untuk membahagiakan atau menyenangkan orang lain. Menyenangkan seseorang tidak harus dengan memberikan pujian-pujian namun cukup dengan memberikan senyum berkata jujur menyampaikan salam tidak mengadu domba tidak membuat seseorang tersinggung dari ucapannya itu juga merupakan kemampuan seseorang dalam menjaga lisannya. 
3. Menjaga lisan agar terhindar dari api neraka. 
Keutamaan menjaga lisan adalah dapat menghindarkan kita dari api neraka. 
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: 
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
Artinya: "Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat." (HR. Muslim)
Jadi sangat disayangkan manakala kita tidak mampu menjaga lisan kita, Jika kita mengucapkan sepatah atau dua patah kata yang tujuannya hanya untuk menyakiti saudara kita itu sangat disayangkan karena orang yang akan kita sakiti belum tentu dia akan terhina belum tentu dia akan jatuh bisa jadi dengan kita hina justru dari situ dia berdoa kepada Allah dia mohon kemuliaan dari Allah dan Allah mendengarkan doa dia orang yang kita sakiti justru Allah akan mengangkat derajat orang yang akan kita sakiti sementara kita jatuh ke neraka kalau sudah seperti ini siapa yang rugi. Kita sebagai seorang muslim tentu tidak ingin menjadi orang yang merugi oleh karena itu penting bagi kita untuk berbicara yang baik-baik saja berbicara berupa nasihat yang baik, berzikir, ilmu jangan bicara yang tidak berguna atau sia-sia apalagi berbicara mengenai keburukan seseorang kekurangan seseorang walaupun mungkin benar karena pada dasarnya manusia tidak ada yang sempurna namun lagi-lagi itu tidak perlu karena bisa jadi menyakiti hati seseorang dan akan menjadi dosa untuk kita yang membicarakan keburukan atau kekurangan orang lain. 
4. Menjaga lisan dapat jaminan masuk surga. 
Rasulullah SAW pernah menjelaskan;
مَنْ يَضْمَنَّ لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
Artinya: "Barang siapa bisa memberikan jaminan kepadaku untuk menjaga apa yang ada di antara dua janggutku  (mulut) dan dua kakinya (kemaluan) maka aku berikan kepadanya jaminan masuk surga"
 Dari sini dapat kita pahami bahwa pentingnya menjaga lisan, memperhatikan setiap kata yang kita keluarkan atau kita lontarkan atau yang kita tulis sehingga yang mendengar atau yang membaca tulisan kita tidak merasa tersakiti atau tersinggung disebabkan perkataan atau tulisan yang kita buat. Karena di zaman modern saat ini sangat mudah membuat pahala juga membuat dosa walaupun tidak kenal bisa jadi pesan atau tulisan yang kita baca justru menyakiti banyak orang tanpa kita sadari kita sudah membuat lubang neraka atau jurang neraka untuk diri kita sendiri, tanpa kita sadari kita telah menggali neraka untuk kita sendiri karena ketidak mampuan mengontrol lisan sehingga menyakiti banyak orang. 
5. Menjaga lisan dapat memperoleh pertolongan
عليك بطول الصمت فإنه مطردة الشيطان وعون لك علي أمردينك
Artinya: 
"Rasulullah SAW bersabda hendaklah engkau lebih banyak diam sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu" (HR.Ahmad) 
Hadis di atas menjelaskan bahwa kemampuan seseorang dalam menjaga lisan mampu menghindarkan dirinya dari setan dan akan mendapatkan pertolongan dari allah subhanahu wa ta'ala. 
6. Menjaga lisan bisa menaikkan kedudukan seorang muslim

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو - رضى الله عنهما - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلَمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مِنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

Artinya:
Dari Abdullah bin Amru nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah (HR. Bukhari). 
Seseorang yang mampu menjaga lisan dengan tidak menyakiti sesamanya tentu menunjukkan sebagai kecerdasan dalam mengelola emosi seorang pemimpin atau seseorang yang berkarir ppada bidang tertentu tentu harus memiliki kecerdasan emosional sebagai ibu rumah tangga sekalipun seseorang dituntut untuk memiliki kecerdasan emosional. Seorang yang berhasil mendidik anaknya tentu saja bukan dilahirkan dari seseorang yang orang tuanya memiliki sifat pemarah tidak mampu mengendalikan emosi lebih-lebih seorang pemimpin seorang guru tentu dituntut untuk memiliki kecerdasan emosional sebagai seorang bawahan sebagai seorang rakyat tentu kita tidak ingin dipimpin oleh seseorang yang memiliki sifat otoriter yang memiliki sifat pemarah atau tidak mampu menjaga lisannya hal ini tentu menjadi pertimbangan tersendiri untuk menjadikan seseorang yang tidak mampu menjaga lisannya untuk dijadikan sebagai pemimpin atau teladan. 
7. Menjaga lisan bisa menghindarkan seseorang dari kebinasaan
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda artinya:

 أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ. قُلْتُ بَلَى يَا نَبِىَّ اللَّهِ قَالَ فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ قَالَ كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا. فَقُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ.

Artinya: 
"Maukah ku beritahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?"  Jawabku iya: "iya, wahai Rasulullah" maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, "jagalah ini" aku bertanya, "wahai Rasulullah apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?" Maka beliau bersabda, "celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang menyugurkan mukanya atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?" (HR. Tirmidhi) 





2 komentar untuk "PENTINGNYA MENJAGA LISAN DAN TULISAN "