BAHAYA PUJIAN
Larangan Mengumbar Pujian
1.
Pujian dari Al Kholik kepada Al khalik (قديم على
قديم)
Adalah
pujian dari Allah untuk Allah. Contoh dalam surat Thaha ayat 14.
اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ
اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ
Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang
hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku.” (QS. Thaha: 14).
2. Pujian dari Al Kholik kepada makhluk. (قديم على حديث)
Adalah
pujian yang datangnya dari Allah kepada hambanya.
Contoh:
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya engkau
(Muhammad) benar-benar di atas akhlak yang agung.” (QS Al-Qolam: 4).
3.
Pujian dari makhluk kepada sang khalik. (حديث على
قديم)
Pujiian
dari hamba Allah kepada Robbnya.
Contoh:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ Artinya:
Segala puji hanyalah milik Allah.
4.
Makhluk kepada makhluk ( حدوث
على حدوث) . Adalah pujian yang
datangnya dari hamba Allah kepada hamba Allah.
Contoh:
جَزَا كَ الله Artinya: Semoga Allah membalasmu.
Pujian adalah ungkapan rasa
kekaguman kepada sesuatu yang dianggap baik, indah dan sebagainya. Oleh karena
itu pujian harus memiliki alasan di dalamnya, dan dalam mengungkapkan pujian
tidak boleh diungkapkan secara berlebihan.
Pujian adalah perkataan memuji atau
mengungkapkan rasa kekaguman kepada sesuatu secara berlebihan. Berikut adalah
beberapa contoh kalimat pujian. Contoh ungkapan pujian : Nabila anak yang
rajin. Hana anak yang dermawan.
Secara psikologi umumnya manusia
ketika mendapatkan pujian akan merasa senang dan bangga. Hal
itu tentu saja manusiawi, hal yang wajar dan dapat diterima oleh logika
yang sehat namun ketika pujian itu dijadikan alat oleh orang lain untuk
"memaksa" seseorang suka kepada orang yang muji maka akan timbul
persoalan baik itu persoalan sosial ataupun persoalan aqidah maka dalam hal ini
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak menyukai kepada seseorang yang
suka memuji-muji orang lain dalam hal ini tentu memujinya yang mengandung unsur
terselubung nilai-nilai insaniyah yang tidak baik. Contoh seseorang memuji karena
berharap ada timbal balik seperti ingin diperhatikan oleh orang yang dipuji,
atau ingin dapat nilai tambah dari orang yang dipuji dan lain sebagainya.
Larangan memuji telah disabdakan dalam hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam.
قام
رجل يثنى على أمير من الأمراء فجعل المقداد يحثى في وجهه التراب وقال
: أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نحثي في وجوه المداحين التراب
"Seseorang berdiri sambil
menyanjung salah seorang Amir (pemimpin) dari pemimpin-pemimpin lainnya, lalu
Al Miqdad menumpahkan debu pada wajahnya dan berkata, 'Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam telah memerintahkan kepada kita agar menumpahkan debu pada
wajah orang-orang yang suka memuji.'" Shahih, di dalam kitab
Ash-Shaihah (912). [Muslim, 53-Kitab Az-Zuhdu, hadis 68].
Hadis di atas menegaskan adanya larangan
memuji secara berlebihan atau memuji karena ada unsur “tidak baik”. Pujian
terkadang bisa mendatangkan kebaikan bagi yang dipuji, namun tidak sedikit
pujian yang dilontarkan justru akan berakibat pada hal-hal yang tidak baik seperti kesombongan. Seseorang bisa jadi merasa dirinya lebih baik dari pada orang lain. Perasaan seperti
sungguh sangat berbahaya karena pada hakikatnya Allah adalah dzat yang Maha
sempurna. Sebalikanya pujian juga akan berakibat baik manakala pujian akan
menjadikannya sebuah motivasi menjadi hamba Allah yang lebih baik lagi. Artinya
orang tersebut bisa menyikapi pujian dengan baik, memahami bahwa sejatinya hanya
Allahlah dzat yang berhak untuk dipuji. Memahami bahwa manusia adalah manusia yang lemah, tidak luput dari salah dan dosa dan Allah yang maha menutupi aib hambanya.
Posting Komentar untuk "BAHAYA PUJIAN"