Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

USIA IDEAL ANAK BELAJAR KE PESANTREN

Kesiapan Anak 

Berbicara mengenai usia ideal tentu berbicara mengenai kesiapan anak baik secara fisik maupun psikologi. Anak dikatan siap fisik manakala anak memiliki kesehatan yang baik, mampu menjaga kesehatannya melalui kedisiplinan menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta menjaga kedisiplinan menjaga asupan makanan. Anak bisa dikatakan siap psikologi manakala anak memiliki kemauan dan komitmen untuk belajar kepesantren. Siap menghadapi perubahan lingkungan baik berupa tata tertib yang harus dipatuhi, maupun perbedaan karakteristik teman yang akan dihadapi, untuk memiliki kesiapan tersebut tentu pendidikan dan pola asuh orang tua sebelum memutuskan anak belajar ke pesantren menjadi penentu, namun yang terpenting dari kedua aspek tersebut adalah anak memiliki kemauan untuk belajar kepesantren. Sangat disayangkan manakala anak sudah memiliki kemauan, namun orang tua tidak mendukung dengan dalih anak masih kecil. 

Kondisi Lingkungan Keluarga

Selain mempertimbangkan aspek kemauan hal yang terpenting untuk menjadi pertimbangan orang tua adalah faktor lingkungan yang ada di dalam keluarga dan lingkungan sekitar rumah (masyarakat). Manakala anak berada dilingkungan keluarga yang kondusif, orang tua memiliki waktu kebersamaan yang cukup untuk anak seperti waktu untuk berlibur atau bersantai bersama, kecukupan waktu orang tua untuk memberikan edukasi pada anak tentu hal tidak akan menjadi soal, namun manakala orang tua tidak memiliki waktu cukup untuk anak akan menjadi persoalan tersendiri sehingga anak akan mencari "sosok lain" sebagai temannya baik itu dengan asisten rumah tangga, teman sebaya atau "teman lain". teman lain ini bisa berupa handphope, televisi, hewan peliharaannya, atau lainnya. 

Faktor Lingkungan Masyarakat (Teman Sepermainan) 

Teman tentu akan mempengaruhi pekembangan perilaku anak, manakala anak bermain dengan teman yang kreatif tentu anak akan melihat contoh-contoh buah dari kreativitas temannya, namun manakala anak berteman dengan handphone atau televisi yang tidak memiliki daya sensor yang baik tentu anak akan melihat contoh-contoh perilaku yang bisa jadi akan membentuk anak untuk memiliki perilaku yang kurang baik. Namun jika orang tua memiliki cukup waktu untuk senantiasa mendampingin buah hatinya dengan memberikan edukasi yang cukup tentu tidak menjadi kekhawatiran manakala anak aktif dengan media elektroniknya.  Namun, jika orang tua tidak memiliki cukup waktu dan membiarkan anak bergaul bebas dengan teman-temannya asal anak diam tidak mengganggu kerja orang tua tentu ini akan membahayakan anak tidak hanya pada perkembangan fisik namun juga perkembangan psikologis anak. 

Pendampingan Orang Tua di dalam rumahnya 

Orang tua memiliki peran penting dalam mengawal tumbuh kembang anak. Orang tua idealnya memiliki waktu yang cukup untuk dapat memberikan perhatian yang cukup untuk tumbuh kembang anak. Anak tidak hanya memiliki kebutuhan nutrisi pada tumbuh kembangnya namun juga membutuhkan pendampingan untuk perkembangan ilmu pengetahuannya khususnya ilmu Agama. memberikan pondasi yang kuat akan aqidahnya, mengenalkan anak tentang Allah, Nabi-Nabinya, Kitab-Kitabnya, hari kiamat dan takdir baik maupun takdir buruk. mengajarkan pada anak tentang tatacara beribadah kepada Allah seperti membaca al-quran sejak dini, mengajarkan anak tentang shalat, puasa, zakat dan berhaji bagi yang mampu, mengajarkan tentang pentingnya menghargai orang tua, guru, mengasihi saudara dan teman-temanya. 

Pendidikan sebagai Kebutuhan dasar anak 

Dari pemaparan diatas, tentu bisa menakar dan menimbang usia berapa anak belajar kepesantren. Kedewasaan setiap anak tentu tidak sama satu sama lain, manakala orang tua mampu mempersiapkan anak sejak dini mengapa tidak?. Namun tiap-tiap keluarga tentu punya pola asuh masing-masing dan itu sah-sah saja. Namun perlu difahami bahwa kemauan anak untuk belajar ke pesantren tidak datang dua kali, bisa jadi setelah SMP /SMA justru anak sudah tidak memiliki keinginan untuk belajar kepesantren, dan kasus-kasus seperti ini juga banyak ditemukan karena anak merasa sudah tanggung, anak merasa tidak memiliki kesiapan ilmu manakala harus belajar kepesantren pada usia SMA misalnya. atau anak sudah merasa cukup nyaman dengan teman-temannya atau lingkungan anak saat ini. 

Memondokkan anak bukan berarti tidak sayang anak

Pendidikan di rumah bagus, pendidikkan di pesantren juga bagus, banyak orang tua yang berhasil mendidik anak tanpa pesantren, bahkan orang tua mampu menjadikan rumahnya sebagai pesantren bagi anak-anaknya dan menjadikan anak-anaknya hafidz ahli agama. Namun lagi-lagi harus melihat kesiapan pada orang tuanya dalam memanage pendidikan, pergaulan, dan kesehatan untuk anak-anaknya. ahir kata semoga Allah senantiasa membimbing kita dalam menjaga anak-anak kita, menjadikan anak-anak kita menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah, menjadi hamba Allah yang taat pada Robbnya, menghormati orang tua dan gurunya, sayang pada teman-temannya serta memiliki kepedulian pada sesama. 








  

Posting Komentar untuk "USIA IDEAL ANAK BELAJAR KE PESANTREN "