Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SEJARAH PONDOK PESANTREN

Sejarah Lahirnya Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia

Syaikh Maulāna Mālik Ibrāhīm atau Sunan Gresik merupakan orang pertama yang membangun lembaga pengajian yang merupakan cikal bakal berdirinya pesantren sebagai tempat mendidik dan menggembleng para santri. Tujuannya adalah agar para santri menjadi juru dakwah yang mahir sebelum mereka diterjunkan langsung di masyarakat luas. Usaha Syaikh menemukan momuntem seiring dengan mulai runtuhnya singgasana kekuasaan Majapahit (1293 – 1478 M). Islam pun berkembang demikian pesat, khususnya di daerah pesisir yang kebetulan menjadi pusat perdagangan antar daerah bahkan antar negara. Hasil penelusuran sejarah ditemukan sejumlah bukti kuat yang menunjukkan bahwa cikal bakal pendirian pesantren pada awal ini terdapat di daerah-daerah sepanjang pantai utara Jawa, seperti Giri (Gresik), Ampel Denta (Surabaya), Bonang (Tuban), Kudus, Lasem, dan Cirebon. Kota-kota tersebut pada waktu itu merupakan kota kosmopolitan yang menjadi jalur penghubung perdagangan dunia, sekaligus tempat persinggahan para pedagang dan muballig Islam yang datang dari Jazirah Arab seperti Hadramaut, Persia, dan Irak.
[1]
Lembaga pendidikan pada awalnya masuk islam bernama pesantren sebagaimana dikemukakan oleh maewan sidarjo sebagai berikut: ada abad ke-7 M. atau abad pertama hijriyah diketahui terdapat komunitas muslim di Indonesia (Peureulak), namun belum mengenal lembaga pendidikan pesantren. Lembaga pendidikan yang ada pada masa-masa awal itu adalah masjid atau yang lebih dikenal dengan nama meunasah di Aceh, tempat masyarakat muslim belajar agama. Lembaga pesantren seperti yang kita kenal sekarang berasal dari Jawa.[2]Usaha dakwah yang lebih berhasil di Jawa terjadi pada abad ke-14 M yang dipimpin oleh Maulāna Mālik Ibrāhīm dari tanah Arab. Menurut sejarah, Maulāna Mālik Ibrāhīm ini adalah keturunan Zainal Abidin (cicit Nabi Muhammad saw). Ia mendarat di pantai Jawa Timur bersama beberapa orang kawannya dan menetap di kota Gresik. Sehingga pada abad ke-15 telah terdapat banyak orang Islam di daerah itu yang terdiri dari orang-orang asing, terutama dari Arab dan India. Di Gresik, Maulāna Mālik Ibrāhīm tinggal menetap dan menyiarkan agama Islam sampai akhir hayatnya tahun 1419 M. Sebelum meninggal dunia, Maulāna Mālik Ibrāhīm (1406-1419) berhasil mengkader para muballig dan di antara mereka kemudian dikenal juga dengan wali. Para wali inilah yang meneruskan penyiaran dan pendidikan Islam melalui pesantren. Maulāna Mālik Ibrāhīm dianggap sebagai perintis lahirnya pesantren di tanah air yang kemudian dilanjutkan oleh Sunan Ampel.[3]

Pengertian Pesantren sebagai lembaga pendidikan islam

Istilah pesantren bisa disebut pondok saja atau kata ini digabungkan menjadi pondok pesantren, secara esensial, semua istilah ini menggabungkan makna yang sama Sesuai dengan namanya, pondok berarti tempat tinggal menginap (asrama), dan pesantren berarti tempat para santri mengkaji agama islam dan sekaligus di asramnakan. Istilah Pesantren itu  berasal dan kata pe santri an, dimana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab Funduug yang berarti penginapan Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama Dayah Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai Untuk mengatur kehidupan Pondok Pesantren, Kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik adik kelasnya, mereka biasanya disebut sebagai Lurah Pondok Tujuan para santri dipisahkan dan orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan.[4]

Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistern asrama (komplek) dimana santri santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dan leader ship seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal gabungan kedua istilah antara pondok dengan pesantren menjadi pondok pesantren, sebenarnya lebih mengakomodasikan karakter keduanya Namum penyebutan pondok pesantren kurang jami ma'ni (singkat padat) Selagi perhatiannya dapat diwakili istilah yang lebili singkat karena orang lebih cenderung mempergunakan yang pendek Maka pesantren dapat digunakan untuk menggantikan pondok atau pondok pesantren.

Karakteristik Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam

Menurut Anis Masykur dalam Modernisasi Pesantren menulis bahwa ada lima unsur yang menjadi ciri pondok pesantren. Kelima unsur ini menjadi syarat utama untuk pendefinisian sebuah pesantren. (1) Kiyai sebagai pimpinan pondok pesantren, (2) santri yang bermukim di asrama dan belajar kepad kiyai, (3) asrama sebagai tempat tinggal para santri, (4) Pengajian sebagai bentuk pengajaran kiyai terhadap santri, serta, (5) masjid sebagai pusat pendidikan dan kegiatan pondok pesantren[5]Adapun elemen-elemen pokok pesantren itu adalah pondok, masjid, santri, pengajaran kitab klasik dan kyai. Ada juga yang menyebutkan unsur-unsur pokok pesantren itu hanya tiga, yaitu: (1) kyai yang mendidik dan mengajar, (2) santri yang belajar, dan (3) masjid tempat mengaji. Namun bila dilihat kenyataan yang sesungguhnya bahwa persyaratan elemen-elemen yang lima macam itu lebih mengena sebagai unsur-unsur pokok dari suatu pesantren.[6] Menurut Yacub ada beberapa pembagian macam pondok pesantren yaitu: Pertama; Pesantren Salafi yaitu pesantren yang tetap mempertahankan pelajaran dengan kitab-kitab klasik dan tanpa diberikan pengetahuan umum. Model pengajarannya pun sebagaimana yang lazim diterapkan dalam pesantren salaf yaitu dengan metode sorogan dan weton. Pada pesantren Salafi dapat ditemukan di pesantren yang masih menjada sistem kuno yang tidak memberikan ruang sama sekali dalam pengetahuan umum sehingga materi dan sistemnya cenderung stabil. Contoh: Pesantren Jilusalamah di prt 4tembilahan, Ponpes sidogiri pasuruan. Kedua; Pesantren Khalafi yaitu pesantren yang menerapkan sistem pengajaran klasikal (madrasi) memberikan ilmu umum dan ilmu agama serta juga memberikan pendidikan keterampilan. Ponpes darussalam gontor, Ponpes tebuireng di jombang, Ponpes rejoso di jombang. Ketiga; Pesantren Kilat yaitu pesantren yang berbentuk semacam training dalam waktu relatif singkat dan biasa dilaksanakan pada waktu libur sekolah. Pesantren ini menitikberatkan pada keterampilan ibadah dan kepemimpinan. Sedangkan santri terdiri dari siswa sekolah yang dipandang perlu mengikuti kegiatan keagamaan di pesantren kilat. Contoh kegiatan pesantren kilat dalam sekolah: Program pesantren ramadhan. Keempat; Pesantren  terintegrasi yaitu pesantren yang lebih menekankan pada pendidika vocasional atau kejuruan sebagaimana balai latihan kerja di Departemen Tenaga Kerja dengan program yang terintegrasi. Sedangkan santri mayoritas berasal dari kalangan anak putus sekolah atau para pencari kerja. Dimana pesantren terintegrasi juga dengan menawarkan beberapa keterampilan seperti kursus menjahit, berkebun, teknik dan keahlian lainnya.[7]



[1]Fatah Syukur, Dinamika Pesantren dan Madrasah (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2002), h. 248.

[2] Marwan Saridjo, Pendidikan Islam dari Masa ke Masa: Tinjauan Kebijakan terhadap

Pendidikan Islam di Indonesia (Cet. I; Jakarta: Yayasan Ngali Aksara, 2010), h. 17-30.

[3] ibid

[4] Ahmad Taufiq dan Kholilur Rohman Journal/pengembangan kurikulum pesantren free eBooks download hom,hal2

[5]Masykur Anis. Menakar Modernisasi Pendidikan Pesantren, (Depok: Barnea Pustaka,2010).hal.43

[6]Haidar, P. D.Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia.. (Jakarta: Kencana, 2009). Hal.

[7] [7]Khosin, Tipologi Pondok Pesantren, (Jakarta: diva Pustaka, 2006), hal. 101


Author: 
Gustina Rahmi & Riska

Posting Komentar untuk "SEJARAH PONDOK PESANTREN "