Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Organizing dalam Pendidikan

 A.  Pengertian Organizing dalam Pendidikan

Organizing merupakan kegiatan lanjutan dalam manajemen setelah perencanaan (planning). Ara Hidayat[1] menyebutkan organizing sebagai “urat nadi” bagi sebuah oraganisasi atau lembaga. Oleh karena itu organizing sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan oraganisasi. Organizing adalah proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga terbentuklah organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[2] Terry  dalam Muhammad Rifa’i dan Muhammad Fadhli menyebutkan, organizing is the establishing of effective behavioral relationship among persons, so that they may work together efficiently and gain personal satisfactions in doing selected tasks under given environmental conditions for the purpose of achieving some goal or objective”.[3]  Perorganisasian adalah pembentukan hubungan perilaku yang efektif diantara anggota organisasi untuk ketercapaian tujuan organisasi secara efisien serta mendapatkan kepuasan pribadi dalam menjalankan tugasnya dengan kondisi lingkungan kerja tertentu. Selanjutnya Engkoswara dan Komariah dalam Rahmat Hidayat[4] menyebutkan bahwa organizing adalah proses mengatur, mengalokasikan, mendistribusikan pekerjaan, wewenang, dan sumberdaya diantara anggota yang ada di dalam organisasi. Kegiatan pengorganisasian dilakukan dengan cara menetapkan bidang-bidang atau fungsi-fungsi yang dibutuhkan di dalam suatu organisasi yang dijalankan, dimana antara satu bidang dengan bidang lainnya merupakan satu kesatuan yang utuh yang saling melengkapi antara satu bidang dengan bidang lainnya untuk mencapai satu tujuan yang sama, yakni tujuan organisasi.  

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa organizing adalah salah satu kegiatan yang tidak kalah penting dengan perencanaan, organizing merupakan langkah-langkah operasional dan fungsional, membagi pekerjaan berdasarkan pembagian wilayah dan wewenang kerja, menentukan proses kerjasama yang kuat, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab, menentukan orang-orang yang akan melakukan pekerjaan, menenentukan bentuk koordinasi yang akan dibangun dan lain-lain yang dianggap perlu untuk pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien.


B.  Struktur Organisasi

Kata struktur menunjukkan adanya organisasi, jadi struktur pada sebuah organisasi menunjukkan adanya sekumpulan orang yang dibentuk atau disatukan dengan sebuah pekerjaan dimana ada atasan dan bawahan. Sementara Organisasi adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.[5] Struktur organisasi menunjuk adanya atasan (pemimpin, dan bawahan (anggota), melalui struktur organisasi dapat ditentukan fungsi serta tanggung jawab setiap anggota organisasi. Allah SWT menjelaskan dalam surat An-Nisa ayat 58:

 Artinya: “Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil Sesungguhnya sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu.”(Q.S An-Nisa: 58).

Ayat di atas menjelaskan bahwa dalam sebuah organisasi diperlukan pemimpin yang memiliki kompetensi  intelektual dan managerial. Seorang pemimpin dituntut kemampuannya untuk memberikan tanggung jawab serta wewenang kepada anggota yang memiliki kompetensi. Memberikan jabatan bukan berdasarkan kepentingan pribadi dan kelompok akan tetapi berdasarkan profesionalisme sebagai pemimpin.

Bagan organisasi menggambarkan lima hal yaitu: (1) Pembagian kerja, (2) Garis komando, (3) jenis pekerjaan yang dilakukan, (4) dan pengelompokan kerja, (5) tingkat manajemen. Berikut ini beberapa bentuk bagan struktur organisasi yaitu:

(1) Model pyramid. Model pyramid adalah struktur organisasi yang disusun seperti pyramid, karena bentuknya yang sederhana namun jelas dan mudah difahami maka model ini banyak digunakan baik pada lembaga pendidikan, atau pemerintahan. (2) Model Vertikal. Model struktur organisasi yang disusun tegak lurus dari atas kebawah. Bagan ini menunjukkan dengan jelas adanya pelimpahan kekuasaan dari atas ke bawah. (3) Model Horizontal. Model penyusunan struktur organisasi yang hanya digambarkan seperti garis lurus dari kiri kekanan.  (4) Model Lingkaran (menekankan pada hubungan antara satu jabatan denganjabatan lainnya dan jarang digunakan

C.  Fungsi Organizing

Akdon[6] menyebutkan bahwa pengorganisasian memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: (1) Fungsi strukturalisasi; organizing berfungsi untuk menetapkan struktur kepegawaian, menetapkan personel, pekerjaan-pekerjaan, material, dan pikiran-pikiran di dalam struktur organisasi. sebagaimana pada organisasi lembaga pada umumnya, lembaga pendidikan juga memiliki atasan dan bawahan seperti kepala sekolah, wakil kepala bidang kesiswaan, wakil kepala bidang kurikulum, guru, staf, penajag sekolah, dan lain-lain dimana semua personel tersebut memiliki tugas dan wewenangnya masing-masing. (2) Fungsi relationship, yaitu menjalin hubungan dengan pihak eksternal lembaga dengan mempertegas tugas, fungsi, kewajiban-kewajiban, hak-hak, dan tanggung jawab masing-masing anggota, yang disusun menjadi pola-pola kegiatan yang tertuju pada tercapainya tujuan pendidikan. (3) Fungsi integritas lembaga pendidikan. Yakni oraganizing berfungsi untuk mempersatukan usaha-usaha dari masing-masing anggota organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. lembaga pendidikan merupakan wadah aktivitas-aktivitas yang membentuk sebagai satu kesatuan yang saling mendukung satu sama lain dalam mewujudkan visi dan misi sekolah.

D.  Kegiatan Organizing dalam Pendidikan

Untuk dapat menjalankan fungsi organizing, kepala sekolah perlu melakukan kegiatan-kegiatan berikut: (1) Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan atau anggota sebuah organisasi (2) Membuat pengelompokan dan pembagian kerja menjadi struktur organisasi yang teratur. (3) Membentuk struktur kewenangan dan mekanisme koordinasi. (4) Penentuan metode kerja dan prosedurnya. (5) Memilih, melatih, dan memberi informasi kepada staf.[7] Selanjutnya Muhammad Rifa’i[8]  Menyebutkan bahwa kegiatan yang tercakup dalam organizing adalah: (1) menetapkan tugas-tugas yang harus dilakukan, (2) menentukan siapa saja yang akan mengerjakan tugas, (3) menentukan bagaimana tugas itu dikelompokkan, (4) menentukan siapa yang melaporkan, dan (5) dan menentukan dimana keputusan harus diambil.


Ernest Dale dalam Lukman Hakim[9]  Langkah-langkah pengorganisasian adalah sebagai berikut: (1) Pemerincian pekerjaan, (2) pembagian kerja, (3) Penyatuan pekerjaan, (4) koordinasi, (5)  monotoring dan reorganisasi. Tahap pertama yang harus dilakukan oleh manager dalam kegiatan organizing adalah merinci atau menentukan seluruh pekerjaan yang ada dilembaga pendidikan yang akan dipimpinnya guna mendukung ketercapaian visi, misi dan tujuan lembaga pendidikann. Kedua, membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh perseorangan atau kelompok. Ketiga, menggabungkan pekerjaan para anggota dengan cara yang rasional dan efisien. Ke empat, menetappkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis. Kelima, melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan dan meningkatkan efektifitas.

 



[1] Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah  (Yogyakarta: Kaukaba, 2012), hal. 28. 

[2] Muwahid Sulhan dan Soim, Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Dasar Menuju Peningkatan Mutu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2013), hal. 35

[3] Muhammad Rifa’i dan Muhammad Fadhli, Manajemen Organisasi (Medan: Cita Pustaka, 2013), hal.34.

[4] Rahmat Hidayat, dan Candra Wijaya, Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Manajemen  Pendidikan Islam (Medan: LPPPI, 2017), hal.26.

[5] Fahmi, Manajemen Pendidikan: Pengembangan Madrasah dan Profesionalisme Guru Pada Lembaga Pendidikan Islam  (Yogyakarta: K- Media, 2020) hal.7

[6] Akdon, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal.103.

[7] Akdon, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal.102

[8] Muhammad Rifa’i, Manajemen Organisasi Pendidikan (Malang: Humanis Media, 2019), hal.10

[9] Lukman Hakim dan Mukhtar, Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan (Jambi: Timur Laut Akasara, 2018), hal.29. 

Posting Komentar untuk "Organizing dalam Pendidikan "